Kemenko Marves Gali Jejak Budaya Melayu di Riau

PEKAN BARU, suarapembaharuan.com - Tidak hanya membangun infrastruktur konektivitas, untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia, pemerintah juga terus menggali budaya yang menjadi pilar budaya bahari. Oleh karena itu, Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (SAM) Bidang Sosio-Antropologi, Tukul Rameyo mengunjungi beberapa situs budaya maritim serta berdialog dengan budayawan Melayu di Pekanbaru dan Siak, Riau.


istimewa


Dengan didampingi oleh Kepala Biro Komunikasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Andrias D Patria, SAM Rameyo sempat bertemu dengan Nizami Jamil dari lembaga budaya Melayu. 



“Budaya melayu adalah pilar budaya bahari. Dalam rangka pengembangan budaya bahari dan literasi maritim, kita ingin mulai mulai dari sini, bagaimana kondisi dan pemajuan budaya melayu itu sendiri. Karena sebetulnya ini (budaya melayu) adalah aset pembangunan yang bisa menjadi inovasi kreatif, mulai dari fashion, kuliner kemudian juga seni pertunjukan, film, web-series maupu inovasi digital lainnya yang sekarang ini banyak sekali profit yang bisa kita dapatkan dari situ,” ujar SAM Rameyo di Pekan Baru, Minggu (21/2/2021).



Secara umum dia menyebutkan tujuan kunjungannya ke Pekanbaru dan Siak Indrapura ada beberapa hal. Pertama, dia ingin melihat jejak-jejak kebudayaan terutama berupa kearifan dan pengetahuan tradisi seperti manuskrip-manuskrip atau produk-produk kebudayaan yang bisa  diangkat.  



“Lalu, kita  juga ingin  menggali lebih dalam salah satu pilar budaya Bahari yaitu budaya Melayu ini seperti apa sekarang statusnya langsung dari jantung budaya melayu sendiri, Negeri Lancang Kuning,” lanjut SAM Rameyo.



Sebagai kementerian koordinator yang mengomandani implementasi berbagai upaya untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, menurutnya, sudah menjadi kewajiban Kemenko Marves untuk terus menggali budaya-budaya yang menjadi akar dari budaya bahari.


istimewa


 “Pemahaman kita tentang laut terutama anak bangsa makin lama makin sedikit makin rendah, minat untuk memahami laut Makin lama makin hilang.  Disitulah kemudian kita coba membuat sebuah pengembangan budaya bahari dan literasi maritim menjadi sebuah gerakan,” jelasnya.



Namun demikian, SAM Rameyo menyadari upaya itu tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja. “Akan tetapi, kita harus punya mitra kita harus bersama-sama, istilahnya adalah kerja budaya masyarakat untuk perguruan tinggi kemudian Pemda (Pemerintahan daerah), swasta kalau perlu juga sama-sama ikut untuk menjadikannya sebuah gerakan,” tukasnya.


Kesadaran tersebutlah yang kemudian mendasari SAM Rameyo untuk bermitra dengan universitas khususnya yang memiliki bidang studi budaya maritim. Salah satu universitas tersebut adalah  Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) di Tanjung Pinang. 



“Bila kita tidak hati-hati maka kita mungkin malah malah tidak tahu bawa salah satu budaya yang kemudian diklaim oleh bangsa lain, dulunya adalah bagian dari kita,” ujarnya tentang alasan bermitra dengan kalangan akademisi.



Lebih jauh, selain untuk membangun kesadaran masyarakat tentang akar budaya maritim bagi bangsa Indonesia, SAM Rameyo juga berharap agar budaya juga dijadikan  basis pembangunan ekonomi. “Sekarang sudah ada namanya culture based economic,  bahwa ternyata didunia  terutama China menganggap budaya ini menjadi basis pertumbuhan ekonominya,” contohnya. 



Sementara itu, tambah SAM Rameyo,

Indonesia yang dikatakan laboratoriumnya budaya  karena  memiliki 1300-an etnik dengan berbagai keragaman budayanya malah belum menggunakan budaya sebagai basis pembangunan ekonomi. Padahal budaya menjadi penopang sektor industri dan digital yang menjadi ujug tombak transformasi ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.


Selama dua hari berada di Pekanbaru dan Siak, selain berdialog dengan budayawan Melayu,  SAM Rameyo dan rombongan juga berkunjung ke Istana Siak dan makam pahlawan nasional Sultan Syarif Kasim. Hasil-hasil diskusi dan dialog tersebut akan dipetakan sebagai bahan produk-produk komunikasi yang diminati oleh anak muda serta strategi untuk mengimplementasikan program prioritas Pengembangan Budya Bahari dan Literasi Maritim yang tercantum dalam RPJMN 2020-2024.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama