Sepenggal Kisah Kopda Maryono, Awak Kapal Selam KRI Nanggala-402

GROBOGAN, suarapembaharuan.com – Sepenggal kisah Kopda Maryono, salah satu dari 53 orang awak kapal selam KRI Nanggala 402, yang gugur dalam mengemban tugas negara, meninggalkan luka mendalam di tengah keluarga tercinta.


Istimewa

Abdi negara ini sempat pulang ke desa untuk menemui orangtua maupun keluarga tercintanya di Desa Rejosari, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Ini sebelum Maryono ikut dalam kapal selam KRI Nanggala 402 yang tenggelam di Bali.


"Anak saya ini balik ke kampung khusus untuk menemui saya dan adik - adiknya. Dia sengaja datang untuk berlibur. Kemudian dia berangkat mendadak karena ada tugas," ujar ibunda Kopda Maryono, Supriyati.


Supriyati mengatakan, putra tercintanya itu berangkat terburu - buru saat meninggalkan rumahnya. Tidak seperti biasanya, Maryono selalu pamitan sebelum berangkat bertugas. Saat itu, Maryono pergi tanpa pamitan.


Supriyati sendiri merasa terpukul saat mendengar KRI Nanggala 402 tenggelam di perairan Bali. Saat itu, dia berusaha tenang dengan mencari informasi dari menantunya, yang tinggal di Asrama TNI di Surabaya.


"Saya mengetahui musibah tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 melalui televisi. Saya sangat terpukul karena berdasarkan dari menantunya, Maryono ada di dalam kapal selam KRI Nanggala 402 itu," katanya.


Didampingi Parni anak sulungnya, Supriyati menyebutkan anaknya itu sangat berbakti terhadap orangtuanya. Bahkan, Maryono selalu membiayai hidup ibu, kakak, adik, istri dan kedua anaknya yang masih balita. 


“Saya tidak mendapatkan firasat apa-apa sebelum terjadinya musibah. Namun seminggu selama berada di rumah, saya melihat anak saya terlihat gelisah,” kata Supriyati. 


Kopda Maryono biasanya pulang ke rumah orang tuanya bersama anak dan istri. Ia dua minggu sekali menjenguk keluarga dan nyekar ke makam ayahnya di Grobogan. Selama dalam tugas, Kopda Maryono selalu menyempatkan diri berkomunikasi dengan keluarga.


Terakhir kali, Kopda Maryono mengirim pesan singkat di handphone adiknya 18 April 2021. Selama berkomunikasi, tidak ada satu pun percakapan yang aneh yang dikirimkan.


Keluarga pasrah dan ikhlas atas kepergian Kopda Maryono. Mereka berharap jenazah Kopda Maryono bisa dipulangkan ke tanah kelahirannya dalam kondisi apa pun.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama