BANDUNG BARAT, suarapembaharuan.com - Aksi mogok massal para perajin tahu dan tempe sebagai protes atas melambungnya harga kedelai, membuat pasokan kedua komoditas tersebut ke sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan Kota Cimahi terhenti. Para pedagang terpaksa menjual stok tahu dan tempe yang tersisa.
Pedagang mengaku menjual barang penghabisan yang dikirim perajin pada Kamis (27/5/2021). "Ini stok yang tersisa yang dikirim kemarin. Kalau ini habis ya buat besok ga bisa jualan karena tahu dan tempe ga ada yang ngirim," ujar Riyanto (30), seorang pedagang tahu dan tempe di Pasar Panorama Lembang, Jumat (28/5/2021).
Riyanto mengatakan, konsumen masih banyak yang mencari tahu dan tempe. Untuk harga jual ada kenaikan dari sebelumnya. Kenaikan sudah dilakukan sejak beberapa hari yang lalu dan disepakati oleh semua pedagang di Pasar Panorama Lembang.
"Sejak hari Selasa harga udah naik, dari yang asalnya Rp5.000 jadi Rp6.000, yang Rp6.000 jadi Rp6.500 per satuan. Banyak pelanggan yang keberatan dengan kenaikan harga itu," ujar Riyanto
Sementara di pasar tradisional di Kota Cimahi, pedagang mengaku sudah tidak ada lagi kiriman lagi dari produsen tahu dan tempe. Biasanya pedagang menerima kiriman tahu dari produsen di wilayah Lembang, KBB.
Sementara tempe didapatnya dari produsen asal Kota Cimahi. "Produsen tahu dan tempenya gak jual, kan lagi pada mogok produksi selama tiga hari," ujar Entin (40), salah seorang pedagang Pasar Atas Baru, Cimahi.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Atas Baru Hana Subuarti mengatakan, total ada 12 pedagang tahu dan tempe di pasar milik Pemkot Cimahi itu. Namun kini hanya ada tiga pedagang yang benar-benar libur berjualan, karena mereka hanya menjual komoditas itu saja.
"Kalau yang lain jualannya campuran dengan kelapa, gula dan sebagainya. Jadi meski tahu dan tempe tidak ada tetep jualan," kata Hana Subuarti.
Posting Komentar