UGM Kembangkan Teknologi EWS, Mampu Deteksi Gempa Bumi 3-7 Hari Sebelum Kejadian

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) sedang mengambangkan alat deteksi gempa bumi yang mampu mendeteksi 3 hingga 7 hari sebelum gempa bumi terjadi. Alat ini merupakan teknologi trianggulasi yang dapat memprediksi posisi pusat gempa dengan lebih baik. 

Istimewa

Ketua Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini (EWS) Gempa UGM, Sunarno mengatakan, alat deteksi gempa tersebut bisa memprediksi gempa tiga hari sebelum kejadian. Bahkan, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), alat ini sudah mampu memprediksi 3-7 hari sebelum kejadian gempa. 

 

"Pengalaman selama ini, kami baru dapat memprediksi tiga hari sebelum gempa dengan lokasi antara Aceh hingga NTT.  Algoritma awal, kami hanya mendeteksi dini 3-7 hari sebelum gempa khusus untuk DIY, mengingat stasiun pemantau kami hanya ada di DIY. Alat ini masih terus dikembangkan," ujar Sunarno dikutip dari laman resmi UGM di ugm.ac.id, Kamis (3/6/2021).

 

Menurut Sunarno, alat ini merupakan teknologi trianggulasi agar dapat memprediksi posisi pusat gempa yang lebih presisi. Selama dalam proses riset dan pengembangan, alat ini mampu selalu tepat memprediksi kejadian gempa.

 

"Selalu cocok, sudah dipakai tesis mahasiswa saya. Bahkan, lewat internet kita bisa bantu memberi peringatan tiga sebelum kejadian gempa di antara Aceh hingga NTT,” katanya.

 

Sistem yang dikembangkan terdiri alat EWS yang tersusun dari sejumlah komponen, seperti detektor perubahan level air tanah dan gas radon, pengkondisi sinyal, kontroler, penyimpan data, sumber daya listrik. Lalu, memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT) di dalamnya.

 

Sunarno menjelaskan cara kerja alat yang dikembangkan bersama tim ini berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah yang merupakan anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi.

 

"Apabila akan terjadi gempa di lempengan, akan muncul fenomena paparan gas radon alam dari tanah meningkat secara signifikan. Demikian juga permukaan air tanah naik turun secara signifikan," ucapnya. 

 

Penelitian yang sudah dilakukan sejak 2018 ini memang dikhususkan mengamati konsentrasi gas radon dan level air tanah sebelum terjadinya gempa bumi. Pengamatan yang telah dilakukan kemudian dikembangkan sehingga dirumuskan dalam suatu algoritma prediksi sistem peringatan dini gempa bumi. 

 

Sistem ini telah terbukti mampu memprediksi gempa bumi yang terjadi di Barat Bengkulu M5,2 pada 28 Agustus 2020, Barat Daya Sumur-Banten M5,3 pada 26 Agustus 2020, Barat Daya Bengkulu M5,1 pada 29 Agustus 2020.

 

Kemudian, gempa bumi berpusat di Barat Daya Sinabang Aceh M5,0 pada 1 September 2020, Barat Daya Pacitan M5,1 pada 10 September 2020 dan gempa Tenggara Nagan Raya-Aceh M5,4 pada 14 September 2020.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama