JAKARTA, suarapembaharuan.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang mendirikan tenda darurat di halaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ambarawa di Jawa Tengah.
Ist |
Tenda daerurat dibangun untuk mengantisipasi dampak lanjutan pascagempa dengan magnitudo M3,0 di daerah tersebut. Tidak ada laporan korban jiwa maupun kerusakan parah bangunan akibat gempa tersebut.
Pekaksana Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, Abdul Muhari mengatakan, gempa yang terjadi Sabtu kemarin menimbulkan retakan pada bagian gedung.
"BPBD menginformasikan pasien yang berada di lantai dua dan tiga merasakan guncangan gempa yang terjadi. Tenda darurat ini merupakan tenda transit sebelum mereka dipindahkan sementara ke RS Ungaran," ujar Abdul Muhari melalui keterangan tertulisnya, Minggu (24/10/2021).
Diaebutkan, pada wilayah lain di Provinsi Jateng, yaitu di Kota Semarang dan Kota Salatiga, pemerintah daerah setempat melakukan pemantauan di lapangan pascagaempa. Informasi sementara dari wilayah tersebut, sejumlah mengungsi sementara di sekitar rumah mereka.
Pusdalops BNPB menerima informasi bahwa warga yang berada di kedua wilayah Jateng itu merasakan guncangan lemah saat gempa magnitudo (M)3,0 terjadi tengah malam.
BPBD Kota Semarang menginformasikan warganya merasakan guncangan lemah dengan durasi 2 hingga 4 detik, sedangkan Dinas Satpol PP Kota Salatiga mencatat guncangan berlangsung 1 hingga 2 detik.
Parameter gempa dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyebutkan gempa terjadi tersebut, dengan pusat gempa berada pada 13 km barat laut Kota Salatiga dengan kedalaman 6 km.
BMKG mengidentifikasi kekuatan gempa pada dini hari tersebut, yang diukur dengan skala Modified Mercalli Intensity atau MMI, berada pada I – II MMI di wilayah Ambarawa, Jawa Tengah.
Pascagempa tersebut, Pusdalops BNPB telah melakukan koordinasi dengan BPBD terdampak maupun BPBD Provinsi Jateng. Informasi terdampak akan disampaikan selanjutnya setelah mendapatkan data ataupun informasi yang terkonfirmasi dari pemerintah daerah setempat.
Ketika itu, rangkaian gempa dangkal terpantau 24 kali sejak gempa. Gempa susulan terjadi sekali, yaitu pada pukul Pusdalops BNPB mencatat sejumlah gempa dengan magnitudo kurang dari M5,0 terjadi sejak Sabtu pagi.
Analisis inaRISK mengidentifikasi sebanyak 33 wilayah administrasi setingkat kabupaten dan kota berada pada potensi bahaya gempa bumi kategori sedang hingga tinggi.
Beberapa wilayah antara lain Kota dan Kabupaten Semarang, Kota Salatiga maupun Ambarawa.
Meskipun magnitudo relatif kecil, masyarakat setempat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi dampak guncangan gempa dangkal.
Dilihat dari catatan historis, beberapa gempa merusak pernah terjadi di sektiar wilayah utara, seperti gempa yang dirasakan di Salatiga (1872), Kota Semarang (1856), Ambarawa (1866) dan Kudus (1877).
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar