Wagub Musa Rajekshah: Indonesia Besar Karena Keberagaman Suku dan Agama

MEDAN, suarapembaharuan.com - Indonesia sebagai sebuah negara yang memuat keberagaman suku, bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama, harus diisi dengan masyarakat yang memiliki jiwa toleransi dan saling menghargai. Untuk mencapainya, diperlukan orang-orang khususnya  generasi penerus yang memiliki keimanan atau rasa takut dengan penciptanya.


Ist

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah saat menjadi keynote speaker dalam Seminar Moderasi Beragama yang digelar Rumah Moderasi Beragama UINSU di Medan, Selasa (23/11/2021). 


Untuk itu, Wagub menegaskan pendidikan agama sebagai penekanan keimanan perlu ditanamkan sejak dini kepada generasi muda.

 

"Sebab semua keyakinan agama mengajarkan hal yang baik, tidak merugikan orang lain, mengajarkan tidak mengambil yang bukan haknya, semua agama pasti berbicara bagaimana berbuat kebaikan dan mengumpulkan  pahala yang akhirnya pasti kita akan kembali kepada Sang Pencipta untuk mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan di muka bumi ini. Dan semua ini bisa terwujud dengan keimanan, rasa takut dengan penciptanya, bukan takut sama manusia," ujar Musa Rajekshah yang akrab disapa Ijeck.

 

Lanjutnya, memiliki ilmu juga menjadi hal penting agar ke depan potensi alam dan negara bisa bersaing dengan negara lainnya. 


"Ilmu itu sangat penting agar potensi alam dan negara ini secara keilmuan kita mampu mengimbangi dengan negara-negara lain, serta mental agar punya keberanian mengatakan yang benar itu benar. Tapi dari semua itu yang terpenting adalah keimanan. Karena ilmu tinggi, mental baik tapi tanpa keimanan, maka akan menjadi orang merugi," ujarnya.

 

Dikatakan Ijeck, moderasi beragama atau harmonisasi umat beragama ini juga harus disertai dengan edukasi yang baik ke generasi penerus. 


"Haruslah kita memberikan pemahaman kepada seluruh generasi muda kita, bahwa  dalam keyakinan beragama tidak ada paksaan untuk orang atau keyakinan agama lain supaya mengikuti keyakinan agama kita. Negara ini begitu besarnya dengan beragam agama dengan suku. Konflik agama sangat sensitif dan akan berkepanjangan, serta suatu hal merugikan dan sangat tidak baik," tegasnya.

 

Untuk itu pendidikan agama sangat perlu diberikan dalam pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi agar pemahaman agama tidak salah. "Tapi menurut saya tidak kalah penting mewaspadai narkoba karena dapat menyebabkan kelabilan jiwa dan terganggunya ekonomi. Kemudian juga LGBT yang kurang terpublis sehingga dianggap hal biasa," tegasnya.

 

Ia pun berharap seminar yang digelar Rumah Moderasi Beragama UINSU ini tidak hanya dilakukan di ibu kota Provinsi saja, tapi juga bisa sampai ke daerah untuk menyadarkan dan memberikan pengetahuan pemahaman yang baik dalam keberagaman.

 

Sebelumnya, Rektor UINSU Syahrin Harahap mengatakan, negara Indonesia merupakan negara moderasi beragama meski istilah ini jarang digunakan. Padahal dari pesan terkandung dalam sila-sila di Pancasila itu tergambarkan titik temu bangsa dan istilah teknis itu disebut moderasi beragama.

 

"Dengan hadirnya Rumah Moderasi Beragama ini akan menjadi sikap umum akademika agar UINSU dan Sumut terhindari dari radikalisme dan terorisme. Untuk itu saya mengusulkan kepada rumah moderasi beragama dalam  perspektif sejarah, Sumut ini pelopor dan inisiator dari lembaga keragaman dan kerukunan negeri kita. Jadi kegiatan seperti ini diformalkan menjadi kongres moderasi beragama yang dilakukan setiap tahun di Sumut," katanya.

 

Menambahkan, Ketua Rumah Moderasi Beragama UINSU Phil Zainul Fuad menerangkan bila seminar moderasi beragama ini merupakan kegiatan kedua kalinya setelah launching Rumah Moderasi Beragama pada Januari lalu, serta juga launching buku moderasi beragama.


Kategori : News

Editor     : AHS



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama