Diceramahi Tiga Ulama, Ratusan Polisi Terdiam

MEDAN, suarapembaharuan.com - Kapolda Sumut Irjen Pol Panca Putra menurunkan tiga Ulama Polda Peduli Kamtibmas terdiri dari Ustaz Dr Amhar Nasution MA, KH Zulfikar Hajar Lc dan Dr. Mohammad Yusri M.Si. 



Para ulama itu diberikan tugas menyampaikan ceramah agama di jajaran Markas Polres Siantar, Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal (Madina), Mapolres Sibolga dan Tapanuli Tengah (Tapteng).


Ketiga ulama Sumut itu, sejak 6 hingga 9 September 2022, ditugaskan Kapoldasu antara lain memberikan ceramah tentang keamanan, ketertiban masyarakat (Kamtibmas) sekaligus memotivasi jajaran kepolisian agar saat bertugas di tengah-tengah masyarakat menunjukkan ahlaq mulia, keteladanan  dan kehormatan.


Ulama peduli kamtibmas juga kata Ustaz Amar Nasution dalam penjelasannya kepada wartawan, Jumat (16/9-2022), memberikan pengertian tentang kondisi keamanan dan ketertiban menurut UU Nomor 2 Tahun 2002 “adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional. 


Hal itu ditandai terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat. 


"Terutama dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat”, ujar Nasution yang secara bergantian bersama KH. Zulfikar Hajar dan Ustaz  Mohammad  Yusri menjawab pertanyaan baik dari masyarakat maupun aparat kepolisian yang hadir. 


Bangun kemitraan

Selain itu, tambah Ustaz Amhar Nasution, yang juga dosen di sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Sumatera Utara, Polri diharapkan mampu membangun kemitraan di tengah masyarakat yang tetap mempertimbangkan bahwa Polri bertugas dengan jumlah personil sangat terbatas dan tidak seimbang. Dimana satu polisi melayani 1.248 warga. Jangankan melihat kejahatannya, menghapal nama-nama masyarakat yang melaporkan kasusnya pun polisi tidak mampu. 


Sumber Daya Manusia (SDM) yg sangat sederhana dan tradisional, Alat komunikasi (HT) yang digunakan polisi saja produk yang sangat tertinggal termasuk IT digunakan dalam melacak kejahatan Cyber Crime. Padahal kepolisian memerlukan peralatan canggih untuk melacak kejahatan cyber crime tersebut. 


Pendidikan SDM di jajaran Polres juga dinilai sangat terbatas dan masih ada personil berpendidikan seperti di antaranya petugas juper ada yang cuma lulusan SMA dan D-3, meski sudah banyak juga berlatar pendidikan S-1, S-2, bahkan S-3 tapi jumlahnya tidak saja masih kurang, tapi sangat terbatas.


Ketika menyampaikan tausiah di Mapolres, ulama juga menyinggung bahwa Polisi harus punya keteladanan dan harus jadi bagian penggerak di tengah masyarakat, maka aparat kepolisian jangan sampai terkontaminasi dengan judi, narkoba dan kejahatan di tengah masyarakat lainnya seperti pemerasan yang harus  dihindari. 


“Inilah yang kita berikan motivasi agar terpanggil hati nuraninya”, ujar Dr Amhar Nasution yang bergantian dengan KH Zulfikar Hajar Lc. Berceramah dan Dr. Mohammad Yusri M.Si, bertindak sebagai moderator ketika menyampaikan tausiyah di enam Mapolres. Disela-sela kegiatan, jajaran kepolisian juga menandatangani fakta integritas.


Bangga jadi polisi

Selaku personil polisi tambah ustaz Amhar seharusnya bangga karena masuk polisi itu tidak mudah. Begitu pula persaingannya sangat ketat, termasuk juga dalam berkarier untuk meraih pangkat, karena semakin tinggi pangkat yang hendak dicapai, tantangannya semakin berat. 


Apalagi jika ada polisi tinggal di tengah masyarakat, mereka sangat senang dan jadi kebanggaan karena keamanan di lingkungan mereka terjamin. Termasuk juga fungsi sosial jajaran kepolisian yang sangat diharapkan.


Polri juga bisa bertugas secara preventif dengan memberikan ceramah dan tausiah dan terkadang juga bertindak represif. Artinya selalu petugas kepolisian bisa tiap saat menyidik masyarakat dan bisa masuk ke rumah warga termasuk memenjarakan seseorang. 


“Jadi kalau polisi berahlak baik saat bertugas, bisa saja seorang polisi duluan masuk surga daripada ustaz, karena kalau ustaz fungsinya cuma preventif memberikan tausiyah beda dengan polisi yang di antaranya juga bertugas memberantas kejahatan“, kata Amhar Nasution yang juga pengurus MUI Sumatera Utara. 


Peserta/undangan yang hadir saat ketiga ulama berceramah antara lain dari utusan Majlis Ulama Indonesia (MUI), Ka, Kan Kemenag, Kapolsek se Wilkum Polres, ormas antara lain Muhammadiyah, Alwashlyah dan Nahdatul Ulama, Forum Komunikasi antar Ummat Beragama  (FKUB), tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, ormas Pemuda dan tokoh Pemuda Mapolres setempat. (rel)


Kategori : News

Editor     : AAS


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama