Negarawan dan Ambisiusme

 Oleh : Franzul M Sianturi, S.E, S.H 


Panggung politik menggebrak jagad dunia maya dan alam nyata. Di tengah duka nestapa yang sedang melanda, Partai Nasdem tiba - tiba mengumumkan calon presiden (Capres) 2024 mendatang. 


Franzul M Sianturi, S.E, S.H 

Reaksi publik bersileweran melalui media sosial. Tidak sedikit yang menyesalkan sikap Partai Nasdem. Kritikan sejumlah kalangan bermunculan dari berbagai penjuru. Ada ambisi di balik pengumuman capres Nasdem itu.


Di balik akrobat politik tersebut, sikap negarawan ditunjukkan Presiden Joko Widodo saat ditanya wartawan perihal keputusan Partai Nasdem mengusung Anies Baswaden menjadi capres dari partai milik Surya Paloh itu.


"Saya tidak ingin berkomentar karena posisinya masih kita dalam suasana duka," ujar Jokowi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (3/10/2022) kemarin.


Presiden Jokowi tidak ingin memberikan pernyataan apapun terkait itu, sebab ia melihat kejadian di Stadion Kanjuruhan, Kota Malang beberapa waktu lalu jelas sangat memukul Bangsa Indonesia bahkan jelas sangat menyedihkan, ratusan nyawa harus melayang dalam sebuah pertandingan sepakbola. 


Upaya yang dilakukannya Jokowi jelas sangat negarawan, memerintahkan semua pihak yang dipimpin oleh Menkopolhukam, Mahfud MD untuk melakukan investigasi dan mencari persoalan sampai ke akar akarnya, supaya kejadian memilukan di Sepakbola Indonesia tidak akan terulang lagi. 


Sementara dalam pengukuhan Gubernur DKI, Anies R Baswaden oleh Partai Nasdem sebagai capres dan disiarkan langsung oleh Metro TV, Senin (3/10/2022) kemarin,  Anies terlihat ambisius. Anies yang dikenal sebagai bapak politik identitas dalam Pilkada DKI 2017 terlihat sumringah dan sesekali melempar senyum meski terlihat wajahnya yang tegang. 


Bahkan dalam sambutanya, ia tidak menunjukkan empati atas kejadian yang terjadi di Kota Malang, namun ia merangkai kata demi kata tentang Manifesto yang dimiliki Nasdem dan sesuai dengan dirinya, tentang demokrasi yang matang, keberagaman dan kesatuan dan tentunya membuat sang Ketua Umum Nasdem, tersipu. 


Dipilihnya Anies R Baswedan menjadi capres  oleh Partai Nasdem menimbulkan spekulasi di tengah masyarakat. Salah satunya, Anies akan terus melenggang karena sudah memiliki "imunitas" sebagai capres, sehingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak akan melanjutkan kasus dugaan korupsi yang dilakukannya dalam perhelatan Formula E. 


Padahal, seyogianya, Nasdem telah menjadwal pengukuhan capres pada 10 November mendatang bertepatan dengan hari Pahlawan, namun untuk "menjegal" langkah KPK, maka pengukuhan Anies dipercepat, tanpa memperhatikan kejadian tragedi kemanusian yang sedang menimpa Bangsa Indonesia.


Sejujurnya, sangat memuakkan, Bangsa Indonesia yang sedang berduka, akan tetapi Anies terlihat sangat ambisius dalam pengukuhannya sebagai capres. Padahal, DKI Jakarta yang penuh dengan masalah bahkan janji janji kampanye Anies belum tuntas sepertinya tidak menjadi persoalan saat ia tampil dengan Jas di depan para petinggi Nasdem.


Anies dikenal memang sangat pintar merangkai dan memainkan kata demi kata. Sebagai seorang dosen, Anies memang bukan leader tapi pemakalah yang baik. Konsep teorinya sangat brilian, namun sangat kacau balau jika dibawa dalam praktek kerja sesungguhnya. 


Kembali ke Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem yang selalu tampil dengan pidato pidato kebangsaan yang sangat asik didengar dan sangat melegakan. Dalam beberapa kali orasinya, Paloh bahkan menyampaikan, Nasdem menolak politik identitas pada Pemilu 2024 nanti. 


Surya Paloh juga menegaskan negara ini tidak ingin berubah haluan dengan ideologi seperti khilapah yang terjebak dengan Suku, Agama dan Ras.  Namun, Nasdem berkomitmen melakukan restorasi kebangsaan. 


Namun, kenyataanya, pria berjenggot ini kokoh mengusung Anies yang sudah dikenal sebagai bapak politik identitas. Pilkada DKI 2017 menjadi contoh bagaimana bangsa ini nyaris terbelah karena isu agama. Sehingga, pernyatan Surya Paloh harus dituntut dan Nasdem akan ditinggalkan oleh masyarakat moderat dan berpikiran maju. 


Nah, ini Indonesia bukan Nasdem. Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke. Banyak suku dan agama yang mendiami. Pemimpin Indonesia haruslah lahir dari ibu pertiwi nusantara. Carilah maka akan ditemukan, maka carilah pemimpin yang negarawan bukan ambisius. 


Penulis merupakan jurnalis suarapembaharuan.com



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama