Gubernur Edy Berikan Penghargaan kepada Tokoh Islam KH Rivai Abdul Manap Nasution

MEDAN, suarapembaharuan.com - Lagu Panggilan Jihad karya KH Rivai Abdul Manap Nasution diperdengarkan kepada belasan ribu jamaah sebagai pembuka acara Tabligh Akbar yang menghadirkan penceramah kondang  Ustadz Abdul Somad di Gedung Serba Guna Astaka, Jalan Pancing, Medan, Senin (19/12/2022) kemarin. 



Di kesempatan itu, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi memberikan penghargaan kepada pencipta lagu Panggilan Jihad.


“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu Akbar. Kalam Suci menyentuh kalbu berjuang. Maju serentak membela kebenaran. Untuk negara, bangsa dan kemakmuran. Hukum Allah tegakkan. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu Akbar...”


Bait-bait di atas merupakan bagian dari lagu Panggilan Jihad yang membuat belasan ribu jamaah tampak khidmat mendengar. Seluruhnya terdiam dan akhirnya ikut bernyanyi secara serempak


“Lagu Panggilan Jihad ini merupakan ciptaan dari seorang tokoh Islam, satu dari lima pendiri Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), KH Rivai Abdul Manap Nasution. Pernah viral di RRI seluruh Indonesia, bahkan diputar di Malaysia setiap menjelang ceramah Buya Haji Abdul Malik Karim Amarullah atau biasa dikenal dengan Buya HAMKA,” ungkap Gubsu Edy Rahmayadi sebelum penyerahan piagam tanda penghargaan kepada KH Rivai Abdul Manap Nasution, yang diterima langsung oleh salah seorang putra kandungnya, Prof. H. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros(K)., FICD yang bergelar Datuk Cendikia Darmalaksana Raja.


Gubsu mengajak seluruh umat Islam untuk mengambil makna atas lagu tersebut. Pupuk kebanggaan, kemudian bersatu untuk kejayaan agama dan bangsa. Selain dikenal sebagai salah satu pendiri UISU, Gubsu Edy Rahmayadi menyebut almarhum KH Rivai Abdul Manap Nasution merupakan tokoh Islam berkaliber internasional dari Sumut. Karyanya mampu menjadi pembakar semangat umat hingga ke Semenanjung Malaka dalam menjalankan syiar Islam.


Mewakili keluarga almarhum KH Rivai Abdul Manap Nasution dan seluruh keluarga besar UISU, Prof. Ismet menyampaikan terima kasih dan apresiasi tinggi atas inisiatif Gubsu Edy Rahmayadi memberi penghargaan khusus atas penciptaan lagu Panggilan Jihad.


“Kita juga sangat terharu. Insya Allah, lagu Panggilan Jihad menjadi amal jariah bagi almarhum orang tua kami. Insya Allah, semangat juangnya dalam menumbuh kembangkan kecintaan terhadap Islam terus terwarisi pada generasi bangsa. Demikian juga dengan perjuangannya membentuk generasi intelektual Islam lewat jalur pendidikan dapat terus dipertahankan keberlanjutannya,” ungkap Prof. Ismet, didampingi dua adiknya, yakni H. Ikrom Helmy Nasution, SH. dan Ir. H. Rizal Fahmi Nasution.


Prof. Ismet sendiri mengenang almarhum KH Rivai Abdul Manap Nasution sebagai inspirator dan motivator bagi generasi muda. Sebagai salah satu anak almarhum, Prof. Ismet yang kini menjabat Ketua Umum Pengurus Yayasan UISU mengaku beruntung merasakannya langsung.


“Falsafah beliau dalam mengarungi kehidupan di dunia ini dan selalu diucapkannya adalah jangan bermain di lapangan yang sempit. Maksudnya, kita harus bisa berinovasi, berimprovisasi menciptakan lapangan pekerjaan baru yang peminatnya belum ada. Sehingga, di area yang baru ini kita akan muncul,” kenangnya.


Menurut dia, KH Rivai Abdul Manap Nasution menciptakan lagu Panggilan Jihad pada tahun 1963. Lagu ini selalu dikumandangkan saat pembukaan MTQ di Sumatera Utara, baik tingkat kabupaten/kota maupun provinsi.


Panggilan jihad juga dikumandangkan pada Pembukaan MTQ Nasional IV di Stadion Teladan, Medan. Bahkan, lagu ini juga selalu menjadi pembakar semangat para peserta MTQ Antar Bangsa di Kuala Lumpur.


Seingat Prof Ismet, Panggilan Jihad terus-menerus dikumandangkan pada pembukaan MTQ skala internasional di Malaysia itu sejak Tahun 1970 hingga 1980.


Terkait perjuangan membentuk generasi intelektual Islam, urai Prof Ismet, almarhum ayahnya bergandengan tangan dengan empat sahabatnya yang juga pejuang-pejuang Islam. Keempatnya adalah almarhum H. Bahrum Djamil, SH., almarhum H. Adnan Benawi, SH., almarhumah Hj. Sariani AS dan almarhum Drs. H. Sabaruddin Ahmad.


"Pada 3 Januari 1951, ayah saya bersama keempat pejuang Islam sahabatnya itu bersepakat membentuk sebuah yayasan sebagai alat perjuangan. Berbekal itu, setahun berselang, persisnya 7 Januari 1952, berdirilah Universitas Islam Sumatera Utara," kenang Prof. Ismet. 


Kategori : News

Editor     : ARS


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama