Wakil Ketua Umum MUI Ajak Masyarakat Sudahi Polemik Soal Pengajian

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Masyarakat diharapkan untuk selalu menjaga persatuan dan mewaspadai provokasi  dan politisasi isu SARA yang dapat digunakan untuk memecah belah bangsa di tahun politik ini.


Wakil Ketua Umum MUI, KH Marsudi Syuhud. Google

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Umum MUI, KH Marsudi Syuhud dalam sebuah kesempatan di stasiun TV Nasional. Menurutnya, politik itu menyatukan dan bukan untuk menceraiberaikan. 


“Tujuan politik adalah untuk mengkomposisikan rencana lima tahun ke depan. Yang kedua adalah untuk menyatukan. Jika masyarakat sudah disatukan maka kemudian harus gotong royong dan mengecilkan suara kebisingan. Oleh sebab itu pemilu diharapkan berjalan aman dan nyaman” kata Kyai Marsudi.


Lebih lanjut dia mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh pernyataan-pernyataan yang menjadi daya ungkit untuk memecah belah masyarakat. 


Sebagaimana diketahui, salah satu statement Ketum PDIP Megawati Soekarno putri tentang pengajian mengundang reaksi beragam dari sebagian masyarakat.


Terkait hal tersebut, Kyai Marsudi mengimbau masyarakat agar tidak menelan mentah-mentah informasi yang disampaikan dan melakukan tabayun atau verifikasi.

 

“Bagi orang yang menanggapi adalah sesuatu yang kira-kira, tafsiran mereka sendiri,. Tafsiran itu bisa benar dan salah. Oleh sebab itu, ada konteks namanya tabayun.” imbuh Kyai Marsudi.


Sebelumnya, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi mengajak masyarakat untuk dapat mengedepankan prasangka baik (husnudzon) ucapan itu. Menurutnya, Megawati tidak melarang ibu-ibu mengaji.


"Maksudnya beliau bukan melarang atau tidak senang dengan kegiatan pengajian ibu-ibu tersebut, tetapi sebaiknya dalam mengatur waktunya harus lebih proporsional," tuturnya  


Lebih lanjut, Zainut menilai Megawati hanya mengingatkan ibu-ibu untuk seimbang dalam menjalankan tugas dalam membimbing anak.


"Jadi inti pesan yang beliau sampaikan adalah terkait dengan pengaturan waktu, bukan pada larangan mengikuti pengajian," ujarnya.


Tidak hanya itu, Zainut menjelaskan jika mengikuti pengajian adalah hal yang baik. Namun, kewajiban lain ibu-ibu untuk mengurus rumah tangga, mendidik anak, dan mengerjakan tugas dan kewajiban lainnya tak boleh ketinggalan.


"Apa yang disampaikan oleh Ibu Megawati harusnya dipandang sebagai sebuah masukan yang konstruktif, dan bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap praktik pengajian yang selama ini berlangsung," imbuhnya


Senada, Sekretaris Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) PDIP, Nasyirul Falah Amru menjelaskan, bahwa Megawati tak pernah melarang ibu-ibu ikut pengajian. Dia menegaskan bahwa Megawati hanya meminta agar para ibu bisa seimbang dalam mengaji dan mengurus anak.


"Sebab mengaji dan mengurus anak itu sama-sama untuk kepentingan dunia-akhirat, jadi mbok ya seimbang sehingga stunting dan sebagainya itu bisa dihindari, itu pesan sebenarnya dari Ibu Mega," ujar pria yang akrab disapa Gus Falah 


Megawati, imbuh Falah, sudah memohon maaf sebelum mengutarakan pernyataan demikian agar jangan sampai salah ditanggapi maksudnya, neliau juga seorang muslimah jadi tidak mungkin melarang pengajian.


Kategori : News

Editor     : AHS


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama