PLTE, Cara Belajar Hidup Damai

KOREA SELATAN, suarapembaharuan.com - Rasa ketidakdamaian mendera banyak manusia. Hilangnya rasa damai terjadi karena konflik yang berkepanjangan, baik karena konflik pribadi, dengan orang lain, apalagi konflik antarbangsa atau antarnegara. Dampaknya sungguh dahsyat.


Lilian Benedict Msaki, Anggota IWPG Tanzania, sebagai Spesialis Kesehatan Masyarakat di Christian Social Service Commissions (CSSC)

Karena itulah, sebagai oraganisasi wanita yang fokus pada perdamaian, International Womans Peace Group (IWPG) mewajibkan setiap anggotanya menjadi pengajar perdamaian, melalui program Peace Lecturer Training Education (PLTE).


Pendidikan dengan pola homeschooling itu, sangat penting untuk setiap wanita pelaku perdamaian agar bisa menyebarkan rasa damai ke seluruh dunia.


Pada International Women’s Peace Conference 2023 yang diadakan di Grand Hyatt Incheon West, Korea Selatan pada 19 September lalu, topik pendidikan perdamaian juga dibahas secara khusus. Lilian Benedict Msaki, Anggota IWPG Tanzania, sebagai Spesialis Kesehatan Masyarakat di Christian Social Service Commissions (CSSC), mengakui efek positif PLTE bagi para wanita di negaranya.


“PLTE mengubah pemikiran dan perspektif wanita tentang berharganya hidup. Karena merasakan manfaatnya yang sangat besar, kami berkolaborasi secara strategis dengan Pemerintah Tanzania untuk menyelenggarakan PLTE sebanyak mungkin,” katanya.


Dia sekarang memberikan pendidikan perdamaian kepada 23 siswa di Tanzania. Tak sedikit wanita Tanzania yang mengalami pahitnya hidup, bangkit semangatnya setelah mengikuti PLTE. Meski tantangan infrastruktur sangat berat, mereka harus tetap belajar.


Sri Suwartiningsih, dosen Universitas Satya Wacana, Salatiga, Indonesia yang juga Ketua Pusat Studi Perdamaian UKSW.

“PLTE pada dasarnya diajarkan secara online, tetapi sangat sulit mendapat jaringan internet di negara kami. Karena itu, kami mengajarkan secara offline dan harus menempuh jarak yang cukup jauh,” katanya.


Pendidikan perdamaian salah satu aspek yang diterapkan oleh IWPG untuk mencapai tujuan perdamaian dunia. Ketua IWPG Hyun Sook Yoon mengatakan, jika tidak ada sistem di seluruh dunia untuk membangun perdamaian berkelanjutan, kita tidak bisa bebas dari perang. 


“Kita harus mulai memikirkan perdamaian yang kita butuhkan. IWPG bekerja sama dengan perempuan di seluruh dunia untuk mengambil pendekatan multi-aspek guna mencapai perdamaian yang dibutuhkan dunia,” katanya pada acara yang diselenggarakan sebagai bagian dari Peringatan 9 Tahun KTT Perdamaian Dunia 18 September oleh Heavenly Culture, World Peace, Restoration of Light (HWPL) bekerjasama dengan IWPG.


Sisi Lembut Wanita


Peserta Konferensi IWPG dari Indonesia, Sri Suwartiningsih, dosen Universitas Satya Wacana, Salatiga, Indonesia mengatakan, sangat merasakan manfaat PLTE. “Saya banyak memperoleh informasi dan inspirasi tentang bagaimana aktivitas perdamaian dari berbagai negara. Bukan hanya wacana dan kata-kata, tetapi sudah dimplementasikan oleh pemerintahan maupun NGO sampai ke masyarakat  yang paling bawah,” kata alumni pertama PLTE Indonesia tersebut.


Hal yang paling penting kata Sri, yang juga Ketua Pusat Studi Perdamaian UKSW tersebut, bagaimana kita menanamkan dalam diri kita masing-masing individu untuk selalu memiliki hati yang damai, sehingga kita dapat memancarkan kedamaian. “Kalau setiap individu dan komunitas dalam satu negara bersama-sama memiliki hati seperti itu, maka dunia ini pun akan damai,” katanya.


Sri mengimbau agar para wanita Indonesia mengikuti PLTE. “Pendidikan ini benar-benar bisa mengubah karakter saya, mendidik diri sendiri, semakin bisa merasakan damai di hati, dan ingin menyebarkannya ke banyak orang,” katanya.


Aktivis LSM Indonesia, yang juga anggota IWPG dan lulusan PLTE Indonesia,  Satuf Hidayah.

PLTE mengajarkan bahwa tidak semua hal harus seperti yang kita inginkan. “ yang terpenting adalah kita ingin damai itu ada dalam hati kita, kemudian memberikannya kepada banyak orang,” katanya.


Sementara itu, Aktivis LSM Indonesia, yang juga anggota IWPG dan lulusan PLTE Indonesia,  Satuf Hidayah mengatakan hal yang sama. Dalam PLTE ditanamkan bahwa Wanita harus percaya diri untuk menyuarakan kedamaian ke seluruh dunia. 


“Walaupun suara kita kecil, tetapi bisa bergema ke seluruh dunia sehingga perdamaian yang kita mimpikan akan tercapai,” katanya.


Perempuan itu sungguh luar biasa, jadi manusia yang istimewa. Kelebihan-kelebihan perempuan itu bisa menjadi salah satu faktor penting mendukung perdamaian dunia. Karena perempuan memiliki kelembutan dan bisa merangkul semua segmen di dunia ini dengan lembut.


“Karena empatinya, perempuan bisa meneruskan perdamaian ini mulai dari gerenerasi sekarang sampai generasai yang akan datang,” katanya.


Sekitar 50 persen persen saja perempuan di dunia ini  bergabung bersama sama dengan IWPG, bukan hal yang tidak mungkin perdamaian tercapai dan perang terhapus. “PLTE secara sistematis mengajarkan kepada para Perempuan untuk ikut mengambil bagian menjadi pengajar perdamaian, sehingga mereka bisa menyam;aikan materi PLTE kepada orang lain. Saran saya, Perempuan harus ikut ambil bagian dalam PLTE,” katanya.


Kategori : News


Editor     : AHS


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama