Ganjar Mahfud Tidak Terpengaruh Hasil Survei, Fokus Dekati Rakyat

JAKARTA, suarapembaharuan.com – Perbedaan mencolok posisi elektabilitas calon presiden dan wakil presiden Ganjar-Mahfud pada dua hasil survei dari dua lembaga survei menyebabkan ketidakpercayaan terhadap proses survei yang berlangsung. 



Pada hasil survei Indikator Politik Indonesia, Ganjar Mahfud berada di posisi kedua, sedangkan hasil survei CSIS menunjukkan Ganjar Mahfud berada di posisi ketiga.


“Jangan percaya pada hasil survei. Kami fokus pada pekerjaan untuk memenangkan Ganjar Mahfud dan biarkan masyarakat memilih sesuai hati nuraninya. Kami yakin Ganjar Mahfud adalah pilihan rakyat karena dekat dan turun selalu ke bawah. Ini faktor pembeda Ganjar Mahfud dari pasangan lain,” ujar Ketua TPN Ganjar Mahfud Arsjad Rasjid.


Seperti diketahui, dua lembaga survei baru saja merilis hasil survei. Terbaru, CSIS mengumumkan hasil survei dengan mengambil data pada periode 13 – 18 Desember 2023. Pada hasil survei tersebut, elektabilitas Ganjar Mahfud sekitar 19,4% atau tertinggal dari kedua pasangan capres cawapres lainnya.


Dalam konferensi pers, Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes mengatakan, survei tersebut dilakukan sehari setelah debat capres pertama berlangsung. Ketiga calon masih memiliki waktu dan harapan dalam menentukan kerja politik. Situasi politik tersebut bisa saja dapat mengubah elektabilitas, baik naik maupun turun, termasuk karena faktor debat.


Berbeda dengan CSIS, Indikator Politik juga merilis hasil elektabilitas dengan sample yang lebih relevan pada periode 23 – 24 Desember 2023. Elektabilitas Ganjar Mahfud berada di posisi kedua, dengan total 24,5%. 


Sebelumnya, Ketua Badang Pengurus SETARA Institute Ismail Hasani menyerukan agar lembaga survei bersikap netral dalam kinerja masing-masing terkait Pemilu 2024. Karena belakangan ini masyarakat disuguhkan dengan beragam survei tentang elektabilitas capres dan cawapres yang dinilai semakin tidak masuk akal. 


“Posisi lembaga survei ini tidak pernah kita tahu, apakah mereka merangkap sebagai konsultan politik, juru kampanye yang berlindung di balik survei atau agitator yang ditugasi untuk menggiring opini,” katanya.


Kategori : News


Editor      : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama