Musa Rajekshah, Tak Lain di Bibir Lain di Hati

Catatan: ZULKIFLI, Jurnalis di Medan


Seperampat abad bukanlah waktu yang singkat mengenal seseorang, termasuk Musa Rajekshah. Andai 25 tahun itu adalah usia manusia, banyak yang telah beranak, sangkin matangnya. Tapi tidak untuk perkenalan terhadap lelaki yang akrab disapa Ijeck ini. Seakan tak percaya, meski jelas-jelas nyata. Nyata, apa yang diucapkannya dengan apa yang dilakukannya. 



Kali pertama mengikuti Bang Ijeck-demikian saya menyapa lelaki berwajah ganteng ini- di Partai Golkar, satu yang berulangkali dimintanya kepada para kader Partai Golkar. Berbuatlah ke masyarakat jangan menunggu saat Pemilu. Berbuat baiklah ke masyarakat jangan hanya saat ada kepentingan. Ke mana pergi, pesan itu tak henti digelorakannya. Beruntungnya, kader partai berlambang pohon beringin menjalankan pesan itu. 


Efek dari perintah berulang itu kini dirasakan. Partai Golkar Sumut  jadi pemenang. Kemenangan dengan angka yang signifikan tersebut, selain menggusur partai sebelumnya menjadi Ketua DPRD Sumut, membuktikan apa yang diucapkan Bang Ijeck. Apa yang dilakukan kader kader Golkar dibawah kepemimpinan Bang Ijeck, terjawab sudah. Rakyat mencintai 'beringin' Sumut itu karena perbuatan baiknya yang tiada henti. 


Bang Ijeck meski terlihat sangat religius dalam ke-Islaman-nya, tak membedakan perbuatan baiknya. Kurun waktu empat tahun memimpin Partai Golkar, beberapa kali kegiatan agama nasrani dilakukan Partai Golkar dengan sangat akbar. Tapanuli, menjadi saksi bisu betapa Bang Ijeck tak memilih agama dalam berbuat kebaikan. Terus menerus, konsisten, hingga hari ini Partai Golkar di Sumut mengantar kenaikan 100 persen anggota DPR-RI ke Senayan. 


Jumawa? Tidak! Puas hati? Itu apa lagi! Bang Ijeck tak sedikitpun mengubah kebiasaan baiknya meski hanya sesaat. Terus berbuat meski dalam kondisi lelah. Pemilu 14 Februari baru usai sebulan, pastilah rasa lelah itu masih terbayang. Pantas rasanya, jika siapapun pemenang ingin rehat dari lelah panjangnya selama berjuang. Duduk santai menikmati kemenangan. Bang Ijeck tidak melakukan itu. 


Seakan tak memiliki rasa capek, Bang Ijeck hari ini sudah berada di Labuhanbatu. Kota ujung timur Sumatera itu, dikunjungi Bang Ijeck sepulangnya menjalankan tugas partai di Bali dan Jakarta. Medan-Labuhanbatu bukanlah jarak yang pendek, butuh waktu berjam-jam untuk bisa mencapai ke sana melalui jalur darat. Tapi Bang Ijeck seakan tak pernah lelah. Jangankan mengikuti perjalanannya, membayangkan sajapun sudah terasa lelahnya. 


Tapi itulah Bang Ijeck, nyaris sempurna. Perfecsionisnya, keyakinannya, mengantar Partai Golkar di Sumut jadi pemenang, tak seketika. Panjang dan simultan. Terus menerus dilakukan dan mengingatkan seluruh kadernya melakukan hal yang sama. Seperti hari ini, melakukan safari Ramadhan meski lelah itu belum usai. Semua yang dilakukan Bang Ijeck semakin meneguhkan, suami Ayu Mihari ini tipikal tak lain di bibir lain di hati.


Kategori : Opini


Editor      : ARS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama