Repnas: Sagu Unggul Jadi Cadangan Pangan Indonesia

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Ketua Umum Relawan Pengusaha Muda Indonesia (Repnas), Anggawira mendorong pemerintah mendatang untuk mengembangkan sagu sebagai salah satu cadangan pangan di Indonesia. Menurut Anggawira, hal tersebut bisa mengurangi ketergantungan Indonesia kepada beras, apalagi ketersediaan sagu di Indonesia lebih luas dari beras.



"Ketersediaan sagu lebih luas daripada beras, kandungan gizinya juga lengkap mengandung serat, mineral, kalsium selain tentunya karbohidrat," ujar Anggawira kepada wartawan, Rabu (13/3/2024).


Apalagi, kata Anggawira, sagu mudah tumbuh di tanah yang subur dan tahan terhadap kekeringan. Repnas, tutur dia, akan mengkawal pengembang sagu ke depannya.


"Pohonnya juga  tumbuh baik di tanah yang kurang subur dan tahan pada kekeringan. So tunggu apalagi, kita musti serius mengembangkan komoditi khas nusantara ini," ungkap dia.


Repnas sebelumnya sudah menggelar diskusi terkait potensi sagu sebagai cadangan pangan di Indonesia pada Minggu (10/3/2024) lalu dengan menghadirkan narasumber pakar sagu Prof. Dr. Ir. H.M. Hisjim Bintoro, M.Agr; praktisi kuliner Hindah Muaris; dan pelaku industri hilir sagu Jenny Widjaja.


Pada kesempatan itu, Prof Bintoro mengatakan bahwa pohon sagu tidak rewel untuk dibudidayakan sebagaimana tanaman pangan lain seperti padi, jagung atau bahkan ubi-ubian. Menurut dia, sagu yang termasuk pepohonan lebih mudah dan murah dikembangkan sebanding dengan hasilnya. 


"Sagu juga merupakan tanaman endemik Indonesia karena 85 persen total luas kawasan sagu di seluruh dunia ada di Indonesia," tutur Bintaro.


Disebutkan juga bahwa pati kering berupa parutan sagu dapat dihasilkan dari pohon sagu bisa menghasilkan hingga 700 kilogram per pohon. Bahkan diprediksikan 204 ton pati kering per hektar per tahun dapat dihasilkan dengan teknik budidaya yang biasa-biasa saja. 


"Pengolahan sagu menjadi pati dan gula cair bisa dilakukan dalam skala rumah tangga. Jadi, mustinya dengan teknologi yang sederhana, mesin-mesin seperti ini mudah dikembangkan dan dikelola di daerah-daerah. Saya juga berharap agar sagu tetap diperhatikan oleh para pembuat kebijakan karena keunggulan-keunggulan komparatif yang dimiliki tanaman ini," terang Bintoro.


Sementara Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran yang juga penasihat Repnas Muhammad Sirod mengakui bahwa diskusi sagu sebagai cadangan pangan kalah populer dibanding diskusi soal beras untuk dikonsumsi masyarakat. Pasalnya, kata dia, ada politik beras saat Orde Baru berkuasa.


"Ada politik beras saat Orba berkuasa dulu, Pak Harto ingin agar capaian swasembada cepat diraih karena itu ia buat beras sebagai satu-satunya makanan pokok demi kemudahan pengelolaan. Ini strategi agribisnis, di satu sisi memang kita dapat swasembada tapi eksesnya merusak kearifan lokal dan merusak lahan karena penggunaan pupuk buatan berlebihan," pungkas Sirod.


Dalam diskusi tersebut, ada tawaran kerjasama bisnis antara pelaku industri hilir sagu Jenny Widjaja dan anggota REPNAS dengan membuka cabang/toko di seluruh Indonesia yang menjual produk-produk olahan sagu.


Kategori : News


Editor     : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama