Sepenggal Kisah Barokah di Pesarean Makam Syaikhona Kholil Bangkalan

Syaikhona Kholil atau mbah Kholil merupakan kiyai tersohor yang ada di Madura, makamnya tak pernah sepi oleh peziarah dari berbagai daerah. Mereka yang kesana dengan harapan mengais-ngais barokah yang diyakini masih ada pada wilayah pesarean mbah Kholil. Hal ini yang menjadikan makam mbah Kholil seakan tak pernah tidur, keramaian peziarah yang menggemakan tahlil, tahmid, yasin dan dzikir lainnya selalu bergemuruh di lingkungan pesareannya. 



Layaknya makam waliyullah lainnya, makam mbah Kholil juga menjai daya tarik para spiritualis yang juga berharap mendapatkan pelajaran hidup dan keberkahan melalui “jalannya” sendiri. Salah satunya adalah seorang musafir asal Brebes, Jawa Tengah yang menolak disebutkan namanya ini. Dirinya telah melakukan perjalanan selama empat tahun terakhir. 


Berbagai pengalaman juga dia ungkapkan seperti lamanya menempuh perjalanan hingga keistimewaan malam hari, yang dimaksud keistimewaan malam hari adalah ketika semua orang tertidur, dia justru melakukan perjalanan spiritual yang bertujuan untuk mencari makna kehidupan. Selain itu dalam perjalanannya ia juga mengaku banyak melalui berbagai rintangan seperti mendapatkan kekerasan fisik, mental, dianggap pencuri hingga dianggap sebagai orang gila.


“Sangat Istimewa jika kita melakukan perjalanan di kala semua orang tertidur. Banyak yang bisa di pelajari saat malam, mulai dari belajar sabar, Ikhlas dan juga ketenangan hati,” ungkapnya (19/04).


Pria tersebut juga menceritakan perjalanannya dari Jawa Tengah menuju Banyuwangi membutuhkan waktu 21 hari, sedangkan estimasi perjalanan antara kota satu dengan yang lainnya membutuhkan waktu kurang lebih sehari.


“Perjalanan dari Lumajang ke Jember butuh waktu sehari untuk jalan, sedangkan kalau dari Brebes ke Banyuwangi bisa ditempuh 21 hari, ungkapnya.


Dia mengaku telah ke makam Syaikhona Kholil dua kali ini, sebelum menuju Kediri. kemudian disusul keliling Madura, seperti kabupaten Sampang, Pamekasan, hingga Sumenep, hanya saja ada satu pulau yang belum bisa ia datangi yakni di ujung pulau Madura perbatasan dengan perairan Kalimantan.


“Sebelumnya sudah pernah kesini, setelah dari arah timur dan akan menuju ke kabupaten Kediri, kemudian kembali lagi untuk melanjutkan perjalanan keliling Madura, tuturnya.


Sebelum ke makam Syaikhona Kholil, dirinya mengaku melakukan perjalanan yang cukup panjang mulai dari Jawa Tengah menuju Banyuwangi, kemudia ke Bali hingga kembali lagi ke Madura. Dirinya juga mengaku pernah melewati beberapa kawasan di Jawa-Bali dengan berjalan. 


Adapun tujuan utamanya berkeliling pulau jawa khususnya Jawa Timur, tak lain karena melakukan ziarah ke makam wali-wali dan ulama besar di Jawa tak terkecuali Syaikhona Kholil. Dirinya mengaku saat berada di makam Syaikhona Kholil mengalami kenyamanan batin, dan merasa jauh lebih tenang daripada tempat lain yang pernah dikunjunginya.


Tak hanya itu, menurutnya Madura dianggap sebagai wilayah yang lebih aman jika dibandingkan dengan kawasan pulau Jawa, hal tersebut dikarenakan Madura dianggap sebagai tempat berpusatnya ilmu agama, dan masyarakat sekitar cukup tahu esensi serta makna musafir, tanpa perlu melakukan pengusiran dan kekerasan.


“Tujuannya tak lain adalah ziarah makam dan berdoa kepada Gusti Allah, selain itu juga dapat menenangkan jiwa,” ucapnya.


Sehingga dalam hal ini kata perjalanan memiliki makna tersendiri dalam kehidupan manusia. Saking istimewanya, islam juga mengabadikan kata perjalanan ini kedalam beberapa ayat di Alqur’an, seperti pada surat Al Mulk ayat 15, Al Isra ayat 1, Yusuf ayat 109 dan masih banyak lainnya. 


Tak hanya seorang musafir, Uswatun yang merupakan pengunjung lain juga mengungkapkan bahwa makam Syaikhona Kholil bukanlah sekedar tempat ziarah, akan tetapi menjadi tempat yang bisa menerima semua kalangan. Ia menjelaskan bahwa disana banyak dari pengunjung yang awam perihal agama islam, gundah akan pikiran dan jiwanya, akhirnya bisa mendapatkan ketenangan atau sesuatu yang dicarinya.


“Tempat ini bukan hanya sebagai tempat ziarah, namun lebih tepatnya dijadikan sebagai tujuan dari mereka yang ingin berpulang, atau dalam artian mereka yang ingin mendapatkan rahmat dan hidayah dari Gusti Allah,” ungkap wanita asal Tanah Merah tersebut.


Dirinya menjelaskan tentang pengabdian dalam mendapatkan sebuah ilmu fi dunya wal akhirah. Di mana banyak hal dan perubahan yang sudah dirasakan olehnya. Mulai dari rasa Ikhlas, tawadu, dan memperdalam ilmu agama.


“Sudah dua tahun saya mengabdikan diri di sini dengan memperdalam ilmu agama, banyak yang sudah berubah dan bisa saya rasakan perbedaannya, mulai dari semakin Ikhlas, dan lebih tawadu,” ucapnya.


Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah seorang pedagang pisau Bernama Murdi, yang dagangannya hampir tak pernah sepi pembeli. Dirinya mengaku bahwa ini merupakan salah satu berkah yang diberikan Allah untuk para pedagang di sini.


“Di sini selalu ramai, tak terkecuali hari biasa ataupun saat ada perayaan hari tertentu, alhamdulillah karena ini bentuk berkah yang diberikan oleh tuhan,” ungkapnya, baru - baru ini.


Lebih lanjut dirinya mengaku sudah berjualan di sini sekitar 6 tahun yang lalu. Alasannya tak lain karena dekat dengan tempat tinggalnya. Selain itu ia juga menjelaskan bahwa sebelum menjadi penjual pisau, dirinya merupakan seorang perampok. Namun seiring berjalannya waktu, dia memilih hengkang dari dunia gelap tersebut dan memilih untuk berhijrah.


“Sebelum ini saya pernah menjadi perampok, kemudian bertahun-tahun bekerja di kapal dan mengabdikan diri sebagai penjual pisau di Syaikhona Kholil. Selain itu, saya memilih jualan di sini karena dekat dengan rumah, saya juga ingin memperbaiki kesalahan di masalalu saya dengan cara seperti ini, dekat dengan tuhan dan keluarga,” ungkapnya.


Murdi juga membeberkan bahwa pengunjung di Syaikhona Kholil tidak semua berasal dari pondok pesantren, melainkan banyak diantaranya seperti musafir bahkan para bajingan yang kemudian memilih jalan untuk bertaubat. Banyak hal yang harus dilakukan untuk mencapai tahapan seperti itu, karena perlu adanya tirakat yang besar. 


Namun hal tersebut tidak berlaku bagi mereka yang melakukan pencarian jati diri. Misalnya saja seperti mantan perampok yang mendapatkan hidayah dan memutuskan untuk mengambil jalan taubat tanpa melakukan sebuah amalan atau memiliki seorang guru pendamping.


Dirinya menjelaskan jika sejak awal sudah memiliki niat baik, akan mendapatkan jalan dar Yang Maha Kuasa, bisa dilewatkan dari doa yang dipanjatkan orang tersebut.


“Kalau niatnya dari awal sudah baik, akan diberikan jalan, tidak perlu merisaukan bagaimana harusmengawalinya,” ungkapnya.


Adapun pengalaman spiritual yang kerap terjadi saat proses melakukan amalan, seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu, setelah berdoa dan keluar dari masjid, seorang wanita yang menangis dan berteriak menuju arah jalan raya sambil mengendarai motor. Tak hanya itu, terkadang juga ada yang mengaji sambil menangis dan berteriak seperti orang kesurupan atau bahkan dilihatkan wajah keluarga yang sudah meninggal. 


“Kemarin ada yang keluar dari arah masjid keluar, sambil menangis dan berteriak seperti orang kesurupan. Tak hanya itu, biasanya juga sering ada orang yang mengaji sampai menangis tersedu-sedu, bahkan sampai pingsan tidak sadarkan diri,” ucapnya.


Adapun pesan yang disampaikan olehnya, bahwa jika tujuannya mencari ilmu tidak perlu khawatir karena semua sudah ditakdirkan. Dirinya menegaskan tidak perlu secara muluk-muluk membaca surah Yasin, ataupun Al-Qur’an yang panjang, cukup dengan menata niat dan memperbanyak mengamalkan surah Al-Ikhlas, Sholawat, dan Al-Fatihah.


“Pesan saya perbanyak membaca surah Al-Ikhlas, Sholawat, dan Al-Fatihah, Insyaallah berkah,” ungkapnya.


Penulis : Weinona Putri Aisya dari Universitas                       Trunojoyo Madura



Kategori : News


Editor      : ARS

1 Komentar

  1. sangat menarik min, mengungkap apa yang tidak biasa diungkap oleh media² lain. disaat media lain fokus berita politik, mimin mengangkat isu² underground seperti ini🔥

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama