JAKARTA, suarapembaharuan.com - Masalah stunting tetap menjadi momok yang hangat dibicarakan. Persoalan stunting menjadi pemicu lambatnya pertumbuhan pada anak. Masyarakat perlu mewaspadai kondisi yang kerap menghantui ini.
![]() |
Ist |
Berdasarkan data WHO tahun 2022, 21,6% anak Indonesia mengalami stunting, yang tidak hanya berdampak pada postur tubuh, tapi juga perkembangan otak dan imunitas.
"Tinggi badan anak-anak yang mengalami stunting itu 5-15 cm lebih pendek dari standar usia. Begitu juga dengan perkembangan otak yang terhambat dengan IQ rata-rata 5-10 poin lebih rendah," terang Ahli Gizi, dr Evi Verawati, MGizi, SpGK.
Hal itu disampaikan Evi pada acara "Dapur Nusantara: Ikan Bermutu untuk Generasi Emas" yang diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta, baru-baru ini. Acara tersebut juga didukung oleh Regal Springs Indonesia (PT Aqua Farm Nusantara).
Dalam bahan presentasinya, yang dikutip, Selasa (20/5/2025), Evi mengatakan, konsumsi protein hewani, seperti ikan, menjadi langkah preventif paling efektif.
“Ikan itu paket lengkap. Kandungan asam amino esensialnya tinggi dan mudah diserap tubuh. Ditambah omega-3 dan mikronutrien seperti zat besi dan yodium, sangat baik untuk anak-anak,” jelasnya.
Menurutnya, salah satu jenis ikan yang kaya gizi namun tetap terjangkau adalah tilapia (ikan nila). Ikan ini tak hanya tinggi protein, tapi juga rendah kolesterol dan lemak jenuh, menjadikannya aman dikonsumsi secara rutin.
Evi menegaskan, pentingnya ikan sebagai sumber protein utama. Karena protein memiliki banyak fungsi penting dalam tubuh, termasuk pembentukan jaringan, produksi enzim pencernaan dan hormon, hingga pembentukan antibodi.
Protein pada ikan memiliki nilai biologis yang tinggi sehingga kualitas asam aminonya semakin baik dan semakin efisien protein itu diserap oleh tubuh.
Dikatakannya, ikan bukan hanya sumber protein berkualitas tinggi, tetapi juga kaya akan asam lemak omega-3 (EPA dan DHA), vitamin D, yodium, selenium, dan antioksidan, yang semuanya memiliki efek langsung pada sistem tubuh wanita.
“Dengan mengonsumsi ikan secara rutin terbukti memberikan berbagai manfaat kesehatan yang signifikan bagi wanita, baik dari segi pencegahan atau preventif, terapi pendamping pengobatan namun juga segi estetika. Selain itu juga dapat membantu untuk menurunkan risiko penyakit degeneratif,” ungkap dr. Evi.
Sesuai dengan anjuran dari American Heart Association (AHA) dr. Evi juga menggarisbawahi, omega-3 pada ikan berperan penting untuk kesehatan jantung pada wanita.
“Kita ketahui bahwa wanita lebih berisiko terkena penyakit jantung dibandingkan laki-laki,”jelasnya.
Menurutnya, omega-3 pada ikan dapat menurunkan risiko penyakit jantung hingga 25%, dengan makan ikan secara rutin dapat menurunkan risiko stroke hingga 17%.
Penelitian pada 40.000 wanita membuktikan yang makan ikan 2 kali seminggu lebih sehat, serta ikan bantu turunkan tekanan darah hingga 30% pada wanita dengan darah tinggi, hal ini dikaitkan dengan adanya kandungan EPA dan DHA dalam ikan.
“Wanita yang mengonsumsi ikan dua kali seminggu mengalami penurunan risiko depresi hingga 17% dibandingkan yang jarang makan ikan. Kandungan EPA dan DHA pada ikan berkontribusi langsung terhadap fungsi neurotransmitter sistem saraf di otak,” jelasnya.
Evi lebih lanjut mengatakan, tilapia atau ikan nila bisa menjadi alternatif cerdas di tengah fluktuasi harga bahan pokok. Dibandingkan daging sapi atau ayam, tilapia lebih murah dan nilai gizinya bersaing.
Menurutnya, kandungan vitamin D dan B12 dalam tilapia juga penting untuk daya tahan tubuh dan pembentukan sel darah merah, terutama pada masa pertumbuhan.
Tak hanya baik untuk anak, tilapia juga cocok dikonsumsi orang dewasa dan lansia. Kandungan omega-3 di dalamnya mendukung kesehatan jantung dan otak, serta menjaga imunitas.
Menurut dr. Evi, konsumsi ikan sebaiknya 2-3 kali seminggu.
“Ikan lokal seperti kembung, lele, tongkol, dan tilapia sangat direkomendasikan,” katanya.
Produksi Regal Springs Indonesia
Regal Springs Indonesia, adalah perusahaan budidaya ikan tilapia terbesar di Tanah Air, dibesarkan di perairan alami seperti Danau Toba. Mereka mengedepankan praktik budidaya berkelanjutan tanpa antibiotik, hormon, atau pakan berbahan kimia.
“Sebagai perusahaan budidaya ikan tilapia premium di Indonesia, Regal Springs Indonesia berkomitmen pada praktik budidaya yang berkelanjutan dan bertanggung jawab," jelas Direktur Regal Springs Indonesia, Tri Dharma Saputra yang hadir dalam acara tersebut.
Menurutnya, Tilapia dikenal sebagai sumber protein tinggi, rendah lemak, serta kaya akan omega-3 dan vitamin D, menjadikannya pilihan ideal untuk menunjang kesehatan keluarga.
"Produk-produk Regal Springs Indonesia telah memenuhi standar nasional dan internasional serta telah diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Asia, dan Eropa," ujarnya.
Budidaya berkelanjutan ini juga menghasilkan jejak karbon yang jauh lebih kecil dibandingkan daging sapi atau unggas.
Satu kilogram protein dari ikan hanya menghasilkan sekitar 1,9 kg CO₂, sementara daging sapi bisa mencapai 27 kg CO₂.
“Jadi selain sehat, konsumsi tilapia juga mendukung keberlanjutan lingkungan,” imbuh dr. Evi.
Dengan harga yang bersahabat, kualitas tinggi, dan nilai gizi unggul, tilapia dari Regal Springs Indonesia dapat menjadi bagian penting dari upaya nasional mencegah stunting dan memperbaiki gizi keluarga Indonesia.
Kategori : News
Editor : ARS
Posting Komentar