JAKARTA, suarapembaharuan.com – Industri wastra tradisional Indonesia yang meliputi batik, tenun ikat, songket, dan tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) menyimpan potensi besar untuk menggeliat kembali, baik di pasar domestik maupun internasional. Terutama bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mengandalkan kerajinan tangan dengan kearifan lokal sebagai produk utama.
Ketua Umum Komunitas Indonesia International Fashion Art & UKM (KADIIFA), Prof. Dr. Anna Mariana, S.H., M.H., MBA., menegaskan pentingnya kebangkitan industri wastra melalui kolaborasi berbagai pihak, termasuk pengrajin, desainer, komunitas kreatif, dan pemerintah. Dorongan tersebut ia sampaikan dalam ajang UKM-IKM Trade Expo (UITE) 2025 yang berlangsung di SME Tower, Jakarta pada 27-28 Mei 2025.
“Keberadaan UITE 2025 sebagai momentum penting. Ini harus dimanfaatkan bagi para pelaku usaha wastra di Indonesia dan UKM. Kita ingin kembali membangkitkan motivasi dan semangat mendorong pasar bagi para pelaku UKM. Khususnya pengrajin wastra Indonesia,” ujar Anna Mariana pada Rabu (28/5/2025).
Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak berat terhadap para pengrajin wastra dan pelaku UKM. Penurunan daya beli hingga 90 persen menyebabkan produksi berhenti dan akses pasar tertutup total. Anna menjelaskan, “Karena lebih dari dua tahun tidak ada kegiatan event pameran yang sebelum Covid-19 marak di berbagai daerah, sampai pameran ke berbagai mancanegara. Di mana, para duta besar perwakilan Indonesia membantu memberikan fasilitas serta peluang untuk perdagangan ekspor produk-produk kearifan lokal Indonesia.”
Melalui event ini, Anna Mariana mendorong sinergi dengan kementerian terkait, seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian UMKM, agar dapat mempercepat pemulihan ekonomi sekaligus memperluas pangsa pasar wastra Indonesia di dunia.
“Banyak pelaku UKM, terutama kerajinan wastra seperti batik, tenun ikat, dan songket tradisional, semua membutuhkan dorongan agar bisa kembali eksis di pasar domestik dan bertransformasi menembus pasar ekspor global atau mancanegara,” lanjutnya.
UITE 2025 yang diinisiasi Corporate Forum for CSR Development (CFCD) Chapter Jakarta mengusung tema ‘UKM-IKM Menembus Pasar Global: Memahami Peluang, Menjawab Tantangan Ekspor.’ Pameran ini menghadirkan agenda menarik seperti pameran produk unggulan UMKM, talkshow, dan International Business Clinic (IBC) yang mempertemukan pelaku UKM dengan praktisi serta perwakilan dagang dari berbagai negara seperti Arab Saudi, Jepang, Australia, Belanda, China, dan Korea Selatan.
Tidak hanya dikenal sebagai warisan budaya, Anna ingin wastra Indonesia diakui sebagai produk bernilai ekonomi tinggi dengan kualitas motif, teknik pengerjaan, dan storytelling yang kuat, sehingga mampu bersaing di pasar global. “Industri fashion berbasis wastra punya potensi besar bila dikembangkan ke aplikasi desain modern dan inovatif. Saat ini, wastra tak hanya hadir dalam bentuk busana, tapi juga aksesori seperti dompet, tas, dan dekorasi rumah,” tambah Anna.
Dukungan dari pemerintah juga disampaikan oleh Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita. Ia menegaskan komitmen pemerintah dalam membina pelaku IKM agar naik kelas dan siap menembus pasar ekspor.
“Kami harap wastra kita mendunia. Pemerintah tak hanya mendorong dan support, tetapi memberikan pendampingan dari hulu ke hilir—dari aspek produksi, perizinan, sertifikasi, hingga pemasaran digital dan ekspor,” ungkap Reni.
Menurutnya, pasar wastra yang semakin mendunia bukan hanya menjaga warisan budaya bangsa, tapi juga membuka peluang besar di industri kreatif, yang tidak sebatas fashion tapi juga produk pelengkap seperti tas dan aksesori.
Dengan sinergi kuat antar pelaku usaha dan pemerintah, industri wastra tradisional Indonesia siap bangkit kembali, menembus pasar ekspor yang lebih luas, dan mengangkat ekonomi kreatif nasional menuju masa depan yang gemilang.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar