PBSI Kian Terpuruk, Siapa yang salah?

Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia atau PBSI kembali menuai sorotan usai Indonesia gagal total di Kapal Api Indonesia Open 2025. Olahraga tepuk bulu yang digawangi Fadil Imran dkk harus menerima kenyataan kembali tanpa gelar juara.


Ilustrasi

Harapan satu-satunya dari sektor ganda putra melalui Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahani kalah di babak final dari Kim Won Ho/Seo Seung Jae asal Korea Selatan dengan rubber game yaitu 21-18, 19-21 dan 12-21.


Tak hanya Sabar/Reza yang gagal, para pemain unggulan seperti Jonatan Christie, Putri Kusuma Wardani, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari hingga Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang diharapkan mampu meraih gelar juara juga  sudah tersingkir sebelum babak final.


Hal ini tentunya  membuat  PBSI menjadi sorotan dan mendapat kritik keras dari berbagai elemen  maupun the power of netizen.


" Hasil minor  ini menambah daftar panjang kegagalan tim bulutangkis Indonesia diberbagai even bergengsi sejak bulan Januari lalu. Siapa yang harus bertanggungjawab," ujar Iwan, salah seorang badminton Lovers.


Dia merasa geram karena  dari 6 bulan awal ditahun ini, tim bulutangkis Indonesia baru berhasil meraih dua gelar juara. Itupun dari turnamen kategori super 300 BWF. 


Dua gelar juara tersebut diraih oleh Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti dari sektor ganda putri di turnamen Thailand Masters 2025 serta melalui Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathanael Pasaribu dari sektor ganda campuran pada ajang Taipei Open 2025.


Sebelumnya di ajang Kejuaraan Bulu Tangkis Asia 2025, yang berlangsung di Ningbo, Tiongkok, 8-13 April, Indonesia juga tidak meraih satu pun gelar juara dari berbagai nomor yang diikuti.


Pencapaian terbaik adalah menembus babak semifinal dari ganda campuran Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu dan ganda putra Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana.


Indonesia juga  tanpa gelar di All England 2025. Hal ini setelah ganda putra Leo Rolly Carnando / Bagas Maulana kalah melawan pasangan Korea Selatan Kim Won Ho / Seo Seung Jae di final, pada Senin dinihari WIB, 17 Maret 2025.


 " Kami heran, kenapa bulutangkis Indonesia kian terpuruk, padahal banyak legenda yang Jadi pengurus di PBSI. Harusnya bulutangkis kita kian kuat, bukannya malah terpuruk, kalau begini pasti ada yang tidak beres," tambah Iwan.


Uangkapan Badminton Lover  ini memang ada benarnya. Saat ini di kepengurusan PBSI pimpinan  Fadil Imran banyak para legenda  bulutangkis Indonesia yang bergabung. Sebut saja, Taufik Hidayat, Ricky Subagja, Eng Hian, Yuni Kartika dan lain-lain. Tapi ironisnya, keberadaan mereka tidak membuat pamor bulutangkis Indonesia terangkat melainkan justru menurun.


Bahkan parahnya lagi beberapa pemain andalan seperti Jonatan Christie dan Chiko Wardoyo memilih mundur dari pelatnas PBSI. Sementara Anthony Ginting dan Georgia Mariska yang di andalkan disektor tunggal putri belum dipastikan kapan bisa bermain karena sakit. Celakanya  pelatih hebat sekelas Harry IP juga keluar dari pelatnas PBSI dan memilih melatih di Malaysia. Padahal pelatih yang akrab disapa Ko Herry yang telah melahirkan pemain ganda sekaliber Kevin dan Markus.


PBSI juga dinilai sering pulah-pilih turnamen yang akhirnya membuat presentase gelar juara semakin tidak menentu dan tentu saja semakin tertinggal, bahkan dari para negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Singapura.


 Selain itu masalah regenerasi pada PBSI dinilai masih belum cukup, terutama dari sektor tunggal putra dan tunggal putri. Bahkan bisa dibilang, negara seperti India dan Chinese Taipei mulai menunjukkan regenerasi yang cukup baik dan dinilai memiliki performa yang cukup menjanjikan untuk beberapa turnamen, terutama di tahun ini.


Ajang seperti Sirnas atau Sirkuit Nasional sebenarnya ada awal yang baik untuk cari bibit unggul dan potensial, bahkan pada saat mereka masuk dan tampil pada BWF World Junior Championship, performanya bisa dibilang cukup baik dan ciamik. Namun sayangnya pada saat masuk kejenjang senior dan tampil di berbagai turnamen BWF, penampilan mereka justru menurun dan tidak konsisten, hal inilah yang membuat bulutangkis Indonesia semakin tertinggal dari segi regenerasi juga prestasi.


Kemudian masalah psikologi pemain dan mental bertanding pemain, juga masalah pengembangan sport science untuk pemain yang dinilai masih belum memadai. Hal ini yang harusnya segera diperbaiki oleh PBSI, agar bulutangkis Indonesia semakin membaik dan bisa kembali berprestasi kedepannya. 


"Dengan buruknya prestasi tahun ini menandakan bahwasanya kepengurusan sebelumnya bisa dikata lebih baik dengan sederet prestasi yang di torehkan atlet-atletnya. Saat ini yang diperlukan adalah proses peningkatan prestasi dari para atlet yang ada & regenerasi yang sudah ada di pelatnas," paparnya.


Kategori : News


Editor     : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama