JAKARTA, suarapembaharuan.com - Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) dan Museum Catur Indonesia mendapat penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Penghargaan untuk SCUA dengan kategori Sekolah Catur Pertama di Indonesia dan Museum Catur pertama di Indonesia diserahkan langsung oleh Pendiri Rekor MURI, Jaya Suprana kepada pendiri SCUA sekaligus Ketua Dewan Pembina PB Percasi, Eka Putra Wirya di Museum Rekor Dunia Indonesia, Gedung Jaya Suprana Institute Kelapa Gading Jakarta, Senin (22/9/2025).
Wadah pembinaan pecatur muda Indonesia yang didirikan GM Utut Adianto, Eka Putra Wirya, Kristianus Liem, dan Machnan R. Kamaluddin pada tahun 1993 telah membuktikan sumbangsihnya kepada Merah Putih. Sebut saja, GM Susanto Megaranto, WGM Irene Kharisma Sukandar, WGM Medina Warda Aulia yang sudah mengharumkan nama bangsa dan negara di ajang single dan multi event internasional.
Tidak hanya itu saja, kini sekolah yang bermarkas di Bekasi, Jawa Barat itu juga telah memunculkan pecatur muda potensial IM Aditya Bagus Arfan yang sudah mendapat dua kali Norma GM.
Penyerahan rekor ini diberikan langsung oleh Pendiri MURI Jaya Suprana kepada Owner SCUA Eka Putra Wirya yang berlangsung di Gedung MURI kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin 22 September 2025.
Sebelum menyerahkan piagam penghargaan Jaya Suprana menyampaikan apresiasi atas kolaborasi Eka Putra Wirya bersama Grand Master Utut Adianto dan jajaran pengurus menggagas sekolah catur dan museum catur pertama di Indonesia.
Ditemui usai menerima penghargaan Eka Putra Wirya sangat berterimakasih atas penganugerahan Rekor MURI ini. Ia mengatakan penghargaan ini memberikan semangat buat dirinya dan seluruh pengurus SCUA untuk lebih lagi berkarya. Ini sebagai komitmen pengabdian tanpa batas yang dilandasi rasa cinta mati untuk terus membangun catur di Tanah Air.
"Saya rasa walaupun kami juga tidak menyangka bahwa kami diberikan oleh MURI untuk rekor ini. Karena kami menjalankan ini semua dengan cinta, dengan kasih semua yang kami perjuangkan untuk catur Indonesia," kata Eka Putra Wirya yang didampingi Kepala Sekolah SCUA Lisa Lumondong, Sekjen PB Percasi Hendri Hendratno dan jajaran pengurus.
Ia menyebut rasa cintanya bersama Utut Adianto dan Kristianus Liem terhadap catur adalah cinta mati. Eka bertekad untuk terus berupaya sampai suatu saat nanti dapat melihat lahirnya seorang juara dunia catur dari Indonesia.
"Itu yang mungkin satu pemikiran saya, satu harapan saya ke depan. Dan saya yakin bahwa suatu saat nanti kita akan mendapatkan atlet catur yang berbakat sekali. Dan didukung oleh keluarga juga pembinaan yang tepat. Maka bukan yang mustahil kalau kita bisa mendapatkan juara dunia dari Indonesia," tekadnya.
Disinggung soal pengorbanan moril dan materil yang telah diberikannya selama puluhan tahun membantu pembinaan catur di Indonesia.
Eka menegaskan semua itu dilakukannya atas dasar cinta, sehingga terasa ringan dan menyenangkan. Apalagi pengorbanan tersebut berbuah manis dengan lahirnya pecatur-pecatur muda berbakat dan berprestasi yang meneruskan 'jejak emas' Utut Adianto.
"Semua karena cinta. Kalau cinta tuh keluar duit juga enak. Jadi kalau cinta apa juga dijalankan. Jadi bukan karena saya tidak takutkan, tapi ini karena kecintaan saya akan catur," tandasnya.
Dedikasi dan cinta Eka Putra Wirya kepada pembinaan catur memang tak perlu diragukan lagi. Eka tak hanya berkontribusi secara materi tapi juga menyumbangkan gagasan-gagasan bernas untuk lebih mempopulerkan catur kepada masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan mendirikan SCUA dan Museum Catur Indonesia.
Ia juga berhasil mengajak institusi pendidikan BPK Penabur untuk turut aktif memajukan catur dengan menggelar turnamen untuk para pelajar baik skala nasional maupun internasional.
Sebagai wujud cintanya pada catur Eka juga berkeinginan untuk bisa mendirikan SCUA dan Museum Catur Indonesia di berbagai daerah di Indonesia. Rencana positif ini bertujuan agar semakin banyak anak-anak yang menggemari catur.
Sejalan dengan misi tersebut SCUA Bekasi kini rutin menggelar Chess Fun Night.
"Jadi, tiap hari Selasa, dua minggu sekali, kita di Cafe Tutur membuat catur gembira. Kita ingin menyenangkan anak-anak kecil. Supaya catur mereka senang dengan catur. Kalau kita terlalu serius, mungkin mereka nggak mau. Tapi dengan cara kita memberikan sesuatu yang menarik, sesuatu yang gembira. Tentu kalau udah gembira ilmunya kita bisa masukkan dengan baik," tuturnya.
Eka menambahkan sebenarnya jumlah pemain catur di Indonesia sangat banyak. Namun tantangannya adalah bagaimana bibit-bibit pecatur tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik hingga meraih prestasi dunia.
"Cuma kita bagaimana anak-anak ini dibina dengan baik, di lingkungan yang baik, dengan support orang tua juga yang baik. Itu akan bisa menjadikan kita berhasil," ungkap Eka.
Sementara, Pendiri Rekor MURI Jaya Suprana mengapresiasi SCUA yang berhasil menorehkan sejarah atas rekor yang didapatkannya itu. "Hebat dan keren SCUA dan Museum Catur Indonesia. Keduanya pelopor pertama di Indonesia dan telah berhasil melahirkan Grand Master untuk membanggakan Indonesia," pungkas Jaya Suprana.
Selain SCUA dan Museum Catur Indonesia, Rekor MURI juga diberikan kepada sejumlah organisasi dan pribadi yang dinilai menginspirasi. Termasuk kepada Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) H Rahmat Shah dan penyanyi keroncong Sundari Untinasih Soekotjo.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar