TPL Akan Ikuti Kebijakan Pemerintah Jika Ambil Alih Lahan Konsesi

MEDAN, suarapembaharuan.com - PT Toba Pulp Lestari (TPL) memastikan pihaknya akan mengikuti kebijakan pemerintah jika mengambil alih lahan konsesi demi meningkatkan hasil pertanian untuk mendukung program pangan.


Direktur PPT TPL Jandres Silalahi (tengah) memberikan keterangan pers terkait bentrokan karyawan perusahaan dengan warga di Sektor Aek Nauli, Desa/Nagori Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Senin kemarin, Ist.


Direktur PPT TPL Jandres Silalahi mengemukakan hal tersebut menyusul beredarnya informasi di media sosial, bahwa lahan konsesi yang dikelola oleh TPL akan dikelola pemerintah. Menurut Jandres, pihaknya tidak akan menolak keputusan maupun aturan yang dibuat pemerintah meski sesuai aturan yang dibuat pemerintah, bahwa TPL diberikan kewenangan untuk mengelola lahan dimaksud.


"Pada intinya, kami tidak bisa menolak apalagi memberikan perlawanan. TPL akan menyerahkan lahan yang dimaksud jika pemerintah ingin mengelolanya. TPL akan tetap mengikuti aturan dan kebijakan pemerintah," ujar Jandres H Silalahi di Medan, Sumatera Utara (Sumut), Selasa (23/09/2025).


Jandres Silalahi tidak mau berspekulasi terkait rencanaa pemerintah soal pengambilalihan lahan konsesi PT TPL. Dia hanya menengarai konflik yang berujung bentrokan antara karyawan dengan sekelompok massa di Sektor Aek Nauli, Desa/Nagori Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Senin kemarin, sudah direncanakan. Ada pihak yang diduga menyusun skenario di balik bentrokan tersebut. 


"Berdasarkan hasil penelusuran yang sudah kami temukan, ada sekelompok massa dilengkapi dengan broti dibalut kawat berduri, menyerang karyawan saat sedang bekerja. Mereka langsung melakukan penganiayaan dqn merusak operasional perusahaan," ujar Direktur PT Toba Pulp Lestari (TPL), Jandres H Silalahi.


Jandres membantah adanya tudingan dari pihak tertentu yang memojokkan TPL melakukan penyerangan terhadap warga di sana. Sebaliknya, dia menenga ada pihak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang diduga menunggangi pertikaian tersebut. Ada beberapa pegawai perusahaan yang mengalami luka-luka akibat penyerangan oleh sekelompok massa.


Jandres mengungkapkan kronologis terjadinya peristiwa bentrokan antara karyawan dengan PT TPL tersebut.


"Sekitar pukul 07.51 WIB, karyawan, pekerja (masyarakat setempat) dan sekuriti TPL melakukan persiapan untuk kegiatan pemanenan dan penanaman di areal kerja perizinan berusaha pemanfaatan hutan (PBPH) TPL dan pada kegiatan ini digunakan 1 unit excavator," jelas Jandres dalam keterangannya.


Kemudian, sekitar pukul 08.25 WIB, sekitar 25 meter dari areal kerja TPL, muncul puluhan orang yang melakukan penghadangan terhadap karyawan, pekerja dan sekuriti yang ingin bekerja. Jumlah orang yang melakukan penghadangan ini terus bertambah sehingga karyawan, pekerja (masyarakat setempat) dan sekuriti TPL mencoba melakukan negosiasi untuk dapat melakukan pekerjaan.


"Namun pihak yang melakukan penghadangan tetap melarang kegiatan operasional di areal PBPH TPL," ujar Jandres.


Jandres yang didampingi direktur TPL lainnya, Anwar Lawden, juga mengatakan, pada pukul 08.41 WIB, tim sekuriti TPL melakukan upaya pengamanan areal kerja dan karyawan beserta pekerja mulai melakukan pekerjaan permanen tanaman eukaliptus yang ditanam oleh TPL.


"Pukul 08.51 WIB, masyarakat setempat dari Desa Sipolha dan Sihaporas ikut bergabung sebagai pekerja dalam kegiatan penanaman di areal kerja TPL. Tak lama kemudian, sekelompok orang kembali mendatangi karyawan, pekerja dan sekuriti TPL yang sedang bekerja dengan membawa alat berupa pentungan kayu berduri, batu dan benda yang diduga bom molotov. Mereka kemudian melakukan tindakan berupa pelemparan batu, pemukulan dengan pentungan kayu dan upaya pembakaran terhadap aset perusahaan berupa kayu hasil panen," jelas Jandres.


Tindakan massa yang diduga digerakkan oleh LSM ini semakin brutal. Jandres mengatakan, massa yang telah melakukan kekerasan di areal kerja PBPH TPL kemudian membakar dan merusak aset perusahaan. Akibatnya, satu unit truk pemadam kebakaran dan satu unit mobil patrol mengalami kerusakan. Ditambah dengan lima orang pekerja dan sekuriti TPL luka berat hingga harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan inap.


"Peristiwa ini diduga telah direncanakan sebelumnya oleh sekelompok orang tidak dikenal dan melibatkan LSM," tutur Jandres.


Jandres juga membantah adanya kabar yang menyebutkan pihak TPL melakukan penyerbuan terhadap masyarakat adat. Kabar ini disampaikan Aliansj Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang menyebutkan ratusan pekerja dan satuan pengamanan PT Toba Pulp Lestari Tbk (TPL) menyerbu petani di Buntu Panaturan, Nagori Sihaporas, Pematang Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (22/9/2025), pukul 08.40 WIB.


"Perusahaan membantah keras tudingan yang tidak sesuai fakta terkait insiden ini. Yang terjadi adalah aksi anarkis sekelompok orang yang secara jelas mengganggu kegiatan operasional dan membahayakan pekerja, termasuk masyarakat lokal yang justru ingin bekerja," ujar Corporate Communication TPL, Salomo Sihotang.


Kategori : News


Editor      : ARS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama