AMPPS dan Ketua MPR Ahmad Muzani Bersinergi Dorong Purbalingga Jadi Pusat Kebangkitan Warisan Jenderal Soedirman

JAKARTA, suarapembaharuan.com — Aliansi Masyarakat Purbalingga Pemerhati Soedirman (AMPPS) mengakhiri rangkaian kunjungan strategis di Jakarta dengan audiensi bersejarah bersama Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI), Ahmad Muzani. 



Pertemuan yang digelar di Gedung MPR-RI ini menjadi momentum krusial dalam perjuangan AMPPS untuk mendapatkan pengakuan negara atas tempat kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman, pahlawan nasional yang namanya telah diabadikan di berbagai penjuru tanah air.


Audiensi tersebut dibuka dengan sambutan penuh makna dari Sunaryo, penasihat AMPPS yang dikenal dengan julukan 'Paguru'. Dalam kata pembukanya, Paguru menegaskan bahwa tujuan utama rombongan adalah untuk menyampaikan aspirasi dan harapan masyarakat Purbalingga, sekaligus meminta arahan strategis dari Ketua MPR-RI terkait langkah-langkah konkret yang perlu diambil demi mewujudkan penghormatan yang layak terhadap Jenderal Soedirman.


Dua juru bicara AMPPS, Yudhia Patriana dan Agus Sukoco, secara rinci memaparkan berbagai usulan dan aspirasi yang telah dirumuskan masyarakat Purbalingga. Yudhia memulai ceritanya dengan mengisahkan perjalanan panjang rombongan yang dimulai pada Minggu malam dari Purbalingga menuju Jakarta dan tiba dini hari keesokan harinya. Perjalanan tersebut diawali dengan aksi spiritual di Patung Jenderal Soedirman yang berada di Jalan Jenderal Soedirman, dilanjutkan dengan audiensi bersama Menteri Sekretaris Negara, dan ditutup dengan pertemuan penting bersama Ketua MPR-RI.


Dalam pertemuan yang berjalan dengan suasana penuh harap tersebut, AMPPS menyampaikan beberapa 4 poin utama yang menjadi permohonan penting.



"Pertama, perbaikan dan peningkatan infrastruktur jalan strategis yang menghubungkan Pemalang, Purbalingga, dan Banjarnegara, jalur yang melewati tempat kelahiran Jenderal Soedirman. Aspirasi ini bukan hanya untuk memperkuat nilai sejarah tetapi juga sebagai dorongan pertumbuhan ekonomi wilayah," ujar Yudhia Patriana dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/10/2025). 


Selanjutnya, AMPPS mengusulkan pembangunan kawasan pendidikan militer terintegrasi di Purbalingga, yang mencakup fasilitas seperti Sekolah Calon Perwira (Secapa), Sekolah Calon Bintara (Secaba), Sekolah Calon Tamtama (Secata), atau pusat pelatihan bela negara.


"Langkah ini kami nilai sebagai upaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta memperkuat identitas militer dan nasionalisme di daerah kelahiran sang pahlawan," lanjutnya. 


Selain itu, AMPPS juga mengajukan pengembangan cabang industri pertahanan yang dikelola Pindad di Purbalingga, diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja lokal sekaligus menggerakkan ekonomi daerah.  


"Kami juga berharap optimalisasi Bandara Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai simpul transportasi yang dapat menggerakkan ekonomi regional turut menjadi perhatian dalam pertemuan tersebut," tegasnya.


Yudhia juga menyoroti ketimpangan perhatian dan pengakuan terhadap tempat kelahiran Jenderal Soedirman, yang hingga kini belum setara dengan daerah lain seperti Pacitan, meskipun nama Soedirman sudah diabadikan di berbagai jalan protokol nasional. 


"Kami berharap ada pengakuan yang sejajar, agar warisan sejarah dan jasa Jenderal Soedirman benar-benar dirasakan oleh masyarakat Purbalingga," tambah Yudhia.



Mendengar aspirasi tersebut, Ketua MPR-RI Ahmad Muzani menyatakan secara tegas bahwa Jenderal Soedirman adalah milik seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya milik satu daerah. Ia menekankan pentingnya koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten untuk mewujudkan aspirasi tersebut. 


"Yang pasti kami menyambut baik gagasan pembangunan kawasan pendidikan militer terintegrasi, dan berjanji akan segera mengkomunikasikan ide tersebut kepada Panglima TNI agar mendapatkan perhatian serius dari militer," tukas Ahmad Muzani.


Namun, terkait dengan upaya optimalisasi Bandara Panglima Besar Jenderal Soedirman, Muzani menyoroti bahwa tantangan utama bersifat bisnis.  


"Bandaranya ada, pesawatnya ada, orangnya ada, tapi tidak ada penumpangnya," ujarnya dengan nada realistis, menegaskan bahwa pengembangan bandara tidak cukup hanya dengan fasilitas, namun juga harus didukung oleh permintaan dan kelancaran arus penumpang.


Menutup audiensi, Agus Sukoco menyampaikan harapan besar atas dukungan dari Ketua MPR-RI. 


"Kami yakin, dengan kekuatan Ketua MPR-RI, tidak ada yang tidak mungkin. Jika Ketua berkenan, maka besok akan ada keajaiban bagi Purbalingga," ucap Agus penuh optimisme.


Audiensi ini bukan sekadar pertemuan formal, melainkan titik awal perjuangan AMPPS untuk mengangkat kembali nilai-nilai perjuangan Jenderal Soedirman dari tanah kelahirannya. Di samping itu, momentum ini membuka peluang bagi pembangunan strategis yang berpotensi memperkuat posisi Purbalingga sebagai pusat sejarah, pendidikan militer, dan ekonomi yang berkelanjutan.


Dengan semangat kebersamaan antara AMPPS dan pimpinan lembaga negara, langkah besar untuk memberikan penghargaan dan pengakuan yang layak bagi Purbalingga diharapkan bisa segera terwujud. Perjuangan ini juga mengingatkan kita bahwa menghargai jasa para pahlawan tidak hanya melalui penghormatan simbolik, melainkan dengan membangun masa depan yang lebih baik untuk daerah kelahirannya dan seluruh bangsa Indonesia.


Kategori : News


Editor      : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama