PT KAI Diduga Batalkan Sepihak Kerja Sama "Stasiun Cirebon BT Batik Trusmi"

JAKARTA, suarapembaharuan.com – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI diduga membatalkan secara sepihak kerja sama penamaan stasiun dengan BT Batik Trusmi hanya dua hari sebelum peresmian resmi “Stasiun Cirebon BT Batik Trusmi”. Keputusan ini menuai kekecewaan dari pihak BT Batik Trusmi yang menyebut pembatalan tersebut tidak hanya mendadak, tetapi juga bertentangan dengan kesepakatan kontraktual yang telah berlangsung selama lima bulan terakhir.



Kerja Sama Sudah Diteken, Peresmian Sudah Disiapkan


Batik Trusmi menyebutkan bahwa inisiatif kerja sama penamaan stasiun justru berasal dari pihak KAI. Selama lima bulan, berbagai proses administratif telah dilalui, termasuk penandatanganan kontrak, persiapan acara, hingga penyebaran undangan peresmian yang sedianya digelar pada awal Oktober 2025.


“Keputusan ini benar-benar mengejutkan kami. Semua sudah siap, kontrak sudah sah, bahkan undangan sudah tersebar. Tapi dua hari sebelum acara, kami diberitahu bahwa kerja sama ini dibatalkan,” ujar perwakilan manajemen BT Batik Trusmi dalam keterangan resmi, Selasa (30/9/2025).


Dugaan Intervensi Eksternal Jadi Pemicu


Dugaan pembatalan ini mencuat setelah muncul dinamika di ruang publik, termasuk perdebatan di media sosial dan tekanan dari sejumlah pihak di daerah. Menurut sumber internal, terdapat intervensi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta beberapa anggota DPRD Kota Cirebon yang menyoroti penambahan nama brand lokal pada fasilitas publik.


Batik Trusmi menegaskan bahwa penamaan tersebut tidak menghapus nama asli stasiun. Format penamaan mengikuti tren yang telah diterapkan di kota besar lainnya, seperti “Blok M BCA” atau “Istora Mandiri”.


“Kami tidak mengubah nama stasiun. Nama ‘Stasiun Cirebon’ tetap ada. Yang ditambahkan hanyalah ‘BT Batik Trusmi’ sebagai bentuk kolaborasi branding dan dukungan terhadap produk lokal,” lanjut pihak manajemen.



Lebih dari Branding: Dorongan Pariwisata Daerah


Pihak BT Batik Trusmi menyayangkan pembatalan kerja sama yang menurut mereka memiliki dampak lebih besar daripada sekadar branding. Investasi yang mereka gelontorkan dalam kerja sama ini disebut mencapai puluhan miliar rupiah, dengan kontrak berdurasi tiga tahun.


“Empat tahun terakhir pariwisata Cirebon stagnan. Ini upaya kami untuk mendongkrak daya tarik kota. Mengapa brand nasional diperbolehkan hadir di ruang publik, sementara brand lokal justru dipertanyakan?” ungkap Sally Giovanni, pemilik BT Batik Trusmi.


Batik dan Ekonomi Kerakyatan


Batik Trusmi juga menekankan bahwa batik bukan sekadar produk komersial, melainkan warisan budaya yang menjadi tumpuan ekonomi masyarakat. Saat ini, mereka mempekerjakan lebih dari 1.300 orang dan menggandeng ribuan pengrajin batik.


“Batik adalah identitas, bukan hanya bisnis. Setiap kain batik yang terjual berarti kehidupan bagi banyak orang. Dari New York Fashion Week hingga TransJakarta, kami sudah bawa batik ke banyak tempat. Kini kami ingin batik hadir di stasiun – tempat orang datang dan pulang membawa cerita,” tambah Sally.


Harapan Terakhir kepada Pemangku Kebijakan


Sebagai penutup, Batik Trusmi menyerukan agar pemerintah, DPRD, dan jajaran direksi KAI memberikan ruang bagi brand lokal untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan dan promosi daerah.


“Kami hanya ingin bermimpi. Bahwa batik bisa berdiri sejajar dengan brand besar. Bahwa ekonomi rakyat bisa tumbuh dari akar. Jangan matikan mimpi ini,” tutup pernyataan mereka.


Hingga berita ini diturunkan, pihak PT KAI belum memberikan keterangan resmi terkait pembatalan kerja sama tersebut.


Kategori : News


Editor       : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama