Luhut Binsar Pandjaitan: Paduan Sempurna Nasionalisme dan Kecintaan Pada Daerah

"No military leader has ever become great without audacity.”


Oleh RE Nainggolan


Tidak berlebihan jika dikatakan Sumut adalah salah satu tempat penyemaian bibit tokoh nasional. Sejak berdirinya Republik ini, bahkan lebih jauh lagi di masa kebangkitan nasional, era pergerakan dan persiapan kemerdekaan, nama-nama dari Sumatera Utara sudah menghiasi lembar sejarah.


RE Nainggolan

Di era sekarang, salah seorang yang menonjol adalah sosok Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan. Beliau diketahui menjadi sangat dekat dan dipercaya mengemban berbagai jabatan, saat era Presiden Abdurrahman Wahid dan saat ini, di masa bakti Presiden Joko Widodo.


Kepercayaan tentu bukanlah sesuatu yang diperoleh begitu saja. Kepercayaan hanya diberikan kepada mereka yang pantas, yang bisa membuktikan dirinya layak menerima kepercayaan itu, dan berkomitmen menjaganya sepenuh hatinya.


Sebagai seorang yang berlatar belakang militer, kesetiaan telah mengalir di dalam darahnya, khususnya bila dia meyakini visi dan tujuan pimpinannya sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara, menjunjung tinggi nilai kebangsaan, dan berorientasi pada kemajuan. 


Jika sudah begitu, Pak Luhut tidak akan peduli sama sekali terhadap hambatan apalagi sekadar komentar dan ejekan dari siapa pun. Itulah yang selalu beliau ucapkan dan tunjukkan terkait dukungan penuhnya pada kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini.


Selain nasionalisme yang tidak bisa ditawar-tawar, salah satu karakter yang menonjol darinya adalah perhatian luar biasa kepada daerah asalnya, dalam hal ini Sumatera Utara.


LBP, demikian namanya lazim disingkat, menjelma menjadi perpaduan tokoh dengan komitmen kebangsaan yang kuat sekaligus sosok yang tidak melupakan dari mana dia berasal. 


Keduanya menjadi harmoni di dalam dirinya, diwujudkan secara proporsioal, dan tidak menjadi kontradiksi satu sama lain.


Komitmen Kebangsaan

Sangat banyak rekam jejak yang menunjukkan komitmen kebangsaan yang kuat pada dirinya, figur nasionalis yang mencintai bangsa ini lebih daripada kepentingan mana pun. 


Tidak heran jika dia kemudian dekat dengan berbagai komponen bangsa yang juga memiliki komitmen yang sama. Persahabatan dan kedekatannya melintasi semua sekat perbedaan. Dalam berbagai kesempatan, di bermacam forum dia juga selalu menyampaikan pentingnya memupuk komitmen kebangsaan. 


Generasi muda selalu dia imbau agar jangan berleha-leha, tetapi fokus mengejar impian dan tetap menyimpan janji kesetiaan di dalam hati, bahwa kelak akan memberikan hati dan pikiran untuk kemajuan bangsa.


Seperti disebutkan di awal, dia juga seorang yang sangat loyal, punya kesetiaan yang teruji. Beliau bertahan mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sampai detik-detik terakhir, meskipun Pak Luhut sudah sangat tahu bahwa arah politik saat itu sudah pasti tidak menguntungkan bagi pilihannya tersebut. 


Dia tidak mau meninggalkan seorang sahabat, terutama jika mereka berada dalam situasi sulit. Beliau memahami betul bahwa seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.


Jika kita cermati lebih ke awal lagi, Pak Luhut juga orang yang dekat dan dipercaya oleh Jenderal TNI LB Moerdani, yang saat itu menjadi Menhankam/Pangab. 


Pak Luhut sendiri saat itu yang masih perwira menengah, secara terbuka mengaku masih sangat sungkan dipanggil langsung oleh LB Moerdani, yang berarti melewati jenjang yang sangat banyak. Kedekatannya itu pula yang menurut banyak pengamat membuat karier militernya “tersendat” sehingga tidak pernah menjadi Panglima Kodam apalagi KSAD. 


Jabatan terirotial tertinggi yang pernah disandangnya hanya setingkat Danrem, dan menjadi Danrem terbaik waktu itu. Jelas sekali bahwa dari sisi kemampuan, beliau sangatlah mumpuni.


Akan tetapi, dia tidak pernah menyesali hal itu dan menerimanya sebagai konsekuensi dari kesetiaannya kepada atasan.


Tidak sekadar setia, yang juga sangat mengagumkan adalah kemampuannya menyelesaikan tugas apa pun yang dipercayakan kepadanya. 


Pengamat dan media asing bahkan kerap menjulukinya Mr Fixit karena apa pun tugas yang diserahkan kepadanya selalu bisa diselesaikan dengan baik. Hebatnya lagi, dengan semua kesuksesan itu, beliau bukanlah orang yang gila penghormatan atau pengakuan. 


Di satu pertemuan, LBP secara resmi pernah diminta oleh Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed), PTN yang besar di Sumatera Utara untuk dianugerahi gelar Doktor kehormatan. LBP mengucapkan terima kasih sembari mengatakan agar diberikan kepada yang lebih layak.


Di usianya yang sudah tergolong sepuh, Pak Luhut bergerak laksana prajurit lapangan yang gesit, cepat, dan tepat sasaran. Tidak mengherankan, jika dia selalu mendapat kepercayaan penuh dalam pemerintahan Presiden Jokowi saat ini.


Membangun Sumut

Bisa dikatakan, Pak Luhut adalah orang yang sudah menyerahkan segenap dirinya untuk kemajuan bangsa. Akan tetapi, yang menjadi istimewa, untuk itu dia tidak lantas kehilangan perhatian dan waktu bagi kampung halamannya.


Obsesinya terhadap kemajuan bangsa dan kampung halamannya sama-sama menyala dan bergelora. Bagaimana Pak Luhut memberi hati, waktu, dan semua kemampuan yang dimilikinya agar anak anak bangsa ini menjadi manusia yang cerdas, berakhlak, dan mencintai negerinya, termasuk di Sumatera Utara. 


Semangat luar biasa itu yang kadang membuatnya mengeluarkan pernyataan atau tindakan yang terasa "menyengat", khususnya bagi mereka yang terbiasa santai dan bermalas-malasan.


Beliau mendirikan Yayasan Del yang bergerak di sektor pendidikan, teknologi, kesehatan, kemanusiaan, dan membangun panti asuhan. Selain itu, Del juga memberikan program beasiswa tanpa membedakan status, suku, agama,atau golongan. 


Pak Luhut bertangan dingin. Apa pun yang disentuhnya selalu berhasil, tidak pernah gagal, bahkan akan menunjukkan keunggulan. SMA Del yang berada di luar kota besar, berhasil menjadi peringat ketiga nasional dan peringkat satu Sumatera Utara dalam perolehan nilai UTBK. Sangat membanggakan.


Demikian pula Danau Toba dan segenap kekayaan kehidupan yang mengelilinginya selalu bersemayam di dalam hati dan pikirannya. Hari libur pun dia manfaatkan untuk meninjau langsung berbagai program pembangunan di kawasan itu.


Seperti liburan Imlek yang baru lalu, dia memutuskan untuk pergi ke kampung halaman,Toba Samosir, mendatangi sekaligus memantau langsung progres pembangunan dan penataan proyek-proyek strategis pemerintah seperti pusat penelitian bibit unggul food estate (lumbung pangan) di Humbang Hasudutan, yang progresnya berjalan cukup bagus karena sudah 215 hektar dari 1000 hektar yang sudah ditanami. 


Dia tidak mau, proyek yang diresmikan langsung oleh Presiden itu melambat penyelesaiannya. Dia juga berkomitmen memastikan pembangunan lumbung pangan itu tetap akan memelihara kelestarian hutan.


Selain itu, dia juga mengecek langsung penataan destinasi wisata super prioritas di sekitar wilayah Danau Toba. 


Tidak seperti yang dipikirkan orang, dia menaruh concern khusus soal pengadaan toilet dan air bersih berstandar internasional di sana.“Seindah apa pun sebuah destinasi wisata jika tidak ada toilet dengan akses air bersih yang baik maka keindahannya akan berkurang,” tegasnya. 


Dia juga meninjau pembangunan infrastruktur lainnya seperti dermaga dan jalan tol Tebing Tinggi yang menghubungkan Pematang Siantar sampai Parapat yang nantinya akan menjadi urat nadi ekonomi yang sangat luar biasa di kawasan ini.


Banyak orang yang secara negatif menyebut Pak Luhut sebagai menteri segala urusan, padahal di sisi lain, itulah gambaran kenyataan bahwa dia memang bisa menyelesaikan semua misi yang dipercayakan kepadanya.


Lagi pula, banyak orang yang tidak memahami bahwa banyak persoalan yang penyelesaiannya bersifat lintas-sektoral, membutuhkan koordinasi, sinergi, dan kolaborasi dengan kementerian atau instansi lainya.


Tidak saja di dalam negeri, LBP juga memiliki networking yang sangat luas di berbagai belahan dunia dan itu sangat banyak memberikan kontribusi dalam keberhasilan misi dan tanggung jawabnya. “Bangunlah networking sebelum engkau membutuhkannya.” Ini menjadi falsafah yang dipegang dan dilakukan oleh LBP.


Pak Luhut sudah memberikan standar baru dalam pemerintahan kita. Standar yang seharusnya kita apresiasi dan ikuti, khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan kita.


Indonesia beruntung memiliki tokoh seperti beliau, dan secara khusus Sumatera Utara pun lebih beruntung lagi. Carl von Clausewitz, jenderal dan ahli teori perang terkenal pernah mengatakan, “No military leader has ever become great without audacity.”


Jangan pernah lupa bahwa tidak ada pemimpin militer yang menjadi hebat tanpa keberanian. Jika pemimpin dipenuhi dengan dedikasi tinggi dan jika dia mengejar tujuannya dengan keberanian dan kemauan yang kuat, dia akan mencapainya, apa pun rintangannya. If the leader is filled with high ambition and if he pursues his aims with audacity and strength of will, he will reach them in spite of all obstacles.


Saya tidak ragu mengatakan, Pak LBP adalah role model bagi generasi muda kita, agar kelak sukses menjadi pemimpin bangsa di masa yang akan datang.



Penulis adalah Bupati Tapanuli Utara, 1999-2004, dan Sekda Provinsi Sumut, 2008-2010.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama