Menpora Paparkan Grand Design Olahraga Nasional

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Menteri Pemuda dan Olaharaga (Menpora) Zainudin Amali menghadiri rapat kerja dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selaku mitra kerja di gedung Nusantara I, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat.


Istimewa

Rapat kerja ini membahas dampak pemotongan anggaran APBN tahun anggaran 2021, desain besar keolahragaan nasional dan insiden yang menimpa tim bulu tangkis Indonesia di ajang All England Open 2021.


Khusus untuk grand design olahraga nasional, Menpora Amali mengatakan, bahwa hal ini disusun setelah adanya arahan dari Presiden Joko Widodo untuk mereview kembali pola pembinaan olahraga sehingga dapat meningkatkan prestasi olahraga nasional.


“Kemudian kami mendesain tentang olahraga nasional. Kami bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi, melibatkan para pakar, para guru besar, akademisi dan praktisi olahraga. Setelah itu dilakukan uji publik di beberapa kota dan beberapa perguruan tinggi,” kata Menpora Amali.


Menpora Amali menegaskan, tidak ada jalan pintas dalam meraih prestasi. Bahkan, dia mengutip pernyataan seorang pakar dan guru besar Anders Ericsson yang menyebutkan dibutuhkan waktu minimum 10 tahun atau 10000 jam latihan untuk mengantarkan atlet menuju podium internasional.


“Ini adalah investasi investasi negara untuk pembangunan sumber daya manusia serta mengangkat harkat dan martabat bangsa di tingkat internasional. Jadi olahraga ini merupakan upaya kita untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa,” tukasnya.


Menpora mengungkapkan sejumlah hal permasalahan utama olahraga nasional, antara lain partisipasi dan kebugaran jasmani masyarakat berolahraga masih rendah pertama prasarana dan sarana olahraga masih terbatas dan belum memenuhi standar.


Kemudian sistem pembinaan olahraga prestasi belum dikembangkan dan dilakukan secara sistematis, terencana, berjenjang dan berkelanjutan, manajemen kompetisi belum berjenjang, rutin, berkelanjutan dan tidak sesuai dengan kelompok usia serta karakteristik cabang olahraga.


Selain itu, tenaga keolahragaan belum memenuhi secara kuantitas dan kualitas 18 (lisensi Federasi Internasional), sport science belum dijadikan sebagai faktor utama untuk mendukung prestasi olahraga, dukungan anggaran masih menjadi keluhan, manajemen organisasi keolahragaan belum sepenuhnya dijalankan secara professional.


Masalah selanjutnya adalah data base, sistem informasi dan analisis data keolahragaan belum dilakukan, belum optimalnya peran BUMN dan pemerintah daerah dalam mendukung atlet berprestasi serta masih kurangnya sinergitas dengan organisasi keolahragaan.


Menpora Amali memaparkan bahwa desain olahraga nasional tujuannya untuk mencapai target jangka menengah dan jangka panjang dari tahun 2021 hingga 2045. Tahapan target ini dibuat disesuaikan dengan massa waktu pelaksanaan Olimpiade.


Misalnya, partisipasi masyarakat berolahraga Indonesia hanya 34% sementara yang diharapkan untuk mencapai kebugaran dan untuk mendapatkan talenta-talenta yang baik itu harus di tingkat 70 %. Disisi lain, tingkat keaktifan oleharaga siswa hanya 5%.


“Jadi masih sangat rendah contoh yang paling sederhana rata-rata langkah kaki orang Indonesia per hari itu hanya 3513 langkah. Data hasil riset atau penelitian dan perguruan tinggi minimum langkah yang diharapkan untuk supaya orang menjadi bugar itu 7.000-10.000,” pungkasnya. 


Sehingga dalam masa 2021-2024 diharapkan partisipasi olahraga masyarakat bisa meningkat sampai 40%. Kemudian siswa aktif berolahraga dari 5 persen menjadi 10 persen dan Olimpiade Tokyo nanti diharapkan berada di peringkat 40 besar.


Dengan demikian, pada jangka panjang 2040-2044 nanti diharapkan partisipasi olahraga masyarakat menjadi 70%, siswa aktif berolahraga 30% dan peringkat 6 besar Olympiade dan para Olimpiade 2040. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama