MEDAN, suarapembaharuan.com - Perintah Walikota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution terkait penanganan sampah disikapi Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dengan menggerakkan kelompok relawan dan tenaga ahli bio teknologi secara kolaboratif.
![]() |
Istimewa |
Pantai Gedung Johor, Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli di ujung Jalan Perbatasan Baru, Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor dijadikan pilot projek. Kawasan pemandian yang 30 tahun silam cukup asri itu, kini berubah menjadi kawasan padat penduduk.
Kolong jembatan besi bekas lintasan kereta api Medan-Deli Tua yang ada di Pantai Gedung Johor itu kini juga dipenuhi tumpukan sampah. Ini menjadi objek pertama dalam aksi kolaborasi yang digerakkan DKP Kota Medan.
"Dengan sistem bio teknologi, sampah (organik dan non-organik) yang bercampur sejak lama bisa terurai dengan mudah. (Memisahkan) bahan terbuat dari plastik, kaca, besi dan lainnya,” ungkap Dr. Muhammad Yani di Pantai Gedung Johor, Kamis (15/4/2021).
![]() |
Istimewa |
Ahli bio teknologi dan manajemen pengolahan limbah berkewarganegaraan Singapura ini khusus didatangkan oleh Kepala DKP Kota Medan, Muhammad Husni untuk transformasi penerapan bio teknologi kepada warga setempat, relawan Pramuka dan Pujakesuma.
Muhammad Yani menjelaskan, sampah yang sudah lama bercampur sangat sulit untuk dipilah sesuai kelompoknya. Menggunakan bio sistem, kendala tersebut bisa diatasi dengan mudah, murah dan praktis. Sistem ini juga menjamin keselamatan bagi manusia. Sebab, cairan bio molekul yang disemprotkan ke sampah tidak berbahaya jika terkena kulit manusia.
Dalam perhitungannya, hanya tempo lima hingga tujuh hari sampah organik terurai dari sampah non-organik. Selanjutnya, sampah organik sudah dapat digunakan sebagai pupuk.
“Selama berkecimpung 20 tahun di bidang ini, Alhamdulillah mendapat sambutan baik. Teknik kami sudah dipakai di India, Thailand dan Malaysia,” akunya, sembari mengatakan akan kembali ke lokasi sepuluh hari mendatang untuk melihat pupuk yang dihasilkan dari sampah-sampah tersebut.
![]() |
Istimewa |
Tantangan
Di kesempatan sama, Muhammad Husni mengakui salah satu tantangan bagi Pemerintah Kota (Pemko) Medan adalah kebersihan.
“Kalau kita menggunakan sistem angkut dengan bergotong-royong, akan memakan waktu. Apalagi jika situasinya sangat tidak mendukung. Kami mencoba berkolaborasi dengan pihak berkompeten asal Singapura serta Pendawa, Pramuka dan aktivis sungai untuk mengelola sampah di lokasi,” tuturnya.
Dikatakan mantan Kepala Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Medan ini, sampah yang selama ini menjadi masalah kini ada teknik yang bisa mengatasinya. Menurutnya, Walikota Medan saat ini amat berkonsentrasi dalam penanganan sampah, yang dinilai menjadi salah satu persoalan mendasar.
Ke depan, sambungnya, Pendawa, Pramuka dan aktivis sungai bisa menghadirkan bank sampah di lokasi untuk menampung sampah masyarakat karena formulasinya sudah ditemukan.
“Ini salah satu teknik menyelesaikan masalah di lokasi. Kalau ini berhasil, akan menjadi model baru menyelesaikan masalah di lokasinya dengan melibatkan serta mengedukasi masyarakat sekitar,” tandasnya. (Rel)
Posting Komentar