Sebut PGI Kerasukan Setan, Aktivis 98: Ferdinan Hutahaean Pendukung Oligarki

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Pegiat media sosial yang juga mantan pengurus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menuding Persekutan Gereja - Gereja di Indonesia (PGI) kerasukan setan karena mengeluarkan sikap terhadap gonjang - ganjing hasil Tes Wawasan Kebangsaan atau TWK, kemarin, saat menerima sembilan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kantor Pusat PGI di Jakarta.


Istimewa

Dalam cuitan tangkap layar media sosial Ferdinand, dia memposting kalimat: entah setan apa yang merasuki PGI ini. Dia juga menulis kalimat : visi misi PGI bukan jadi pembela orang yang ingin mempertahankan jabatannya dan tidak berpolitik tapi ikut - ikutan berpolitik.


Ferdinand menuding PGI mengurus yang bukan urusannya dan bukannya memperjuangkan gereja dan jemaatnya agar mudah beribadah. Cuitan Ferdinand mendapat reaksi pro - kontra netizen.


Ketua Majelis Nasional Perhimpunan Pergerakan 98 Sahat Simatupang menanggapi tudingan Ferdinand tersebut. Menurut Sahat, kehadiran penyidik senior KPK Novel Baswesan dkk ke Kantor Pusat PGI hal yang sangat wajar karena tuduhan kepada dia dan pegawai yang tak lulus TWK.


"Bung Ferdinand itu gak ngerti dampak opini liar kepada Novel Baswesan dkk dituduh intoleran dan radikal hanya karena tidak lolos TWK. Itu sama saja saat zaman orde baru di kartu tanda penduduk mantan tapol PKI diberi kode khusus. Stigma itu harus dilawan. PGI bertindak tepat dan berharap Presiden Jokowi turun tangan." kata Sahat, Sabtu (29/5/2021).


Tudingan Ferdinand, PGI kerasukan setan dan berpolitik karena mengeluarkan sikap membela Novel Baswedan dkk agar tidak dicap sebagai intoleran dan radikal, menurut Sahat, merendahkan lembaga PGI dan para pendeta serta berburuk sangka. 


"PGI menurut hemat saya tidak sedang berpolitik menerima kedatangan Novel Baswedan seorang muslim yang tertuduh intoleran dan radikal akibat tidak sejalan dengan pimpinan KPK dan harus tersingkir akibat uji wawasan kebangsaan," ujarnya.


Sahat mengingatkan Ferdinand agar tak merendahkan wibawa PGI dan pendeta yang sedang menunjukkan kepeduliannya pada masa depan keberlangsungan pemberantasan korupsi seperti sikap yang ditunjukkan NU dan Muhammadiyah.


"Kami para aktivis 98 non partisan yang tidak mau KPK dilemahkan akan berjuang dijalur moral politik. Menyingkirkan penyidik dan pegawai KPK berintegritas adalah bentuk pelemahan KPK yang dimotori para oligarki. Kalau Ferdinand mendukung pelemahan KPK berarti dia mendukung kelompok oligarki yang mengendalikan partai dan menyendera agenda negara dalam hal pemberantasan korupsi," ujar Sahat.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama