Bayi Usia 22 Hari Disebut Reaktif Covid-19, Ibu Pasien Mengamuk di RSUD Pirngadi Medan

MEDAN, suarapembaharuan.com - Seorang bayi perempuan berusia 22 hari meninggal dunia diduga terlambat ditangani tim medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pirngadi Medan, saat akan menjalani operasi. Bayi perempuan ini sempat dinyatakan reaktif Covid-19 oleh tim medis rumah sakit milik Pemko Medan ini, padahal sebelumnya sang bayi dan orangtuanya sudah melakukan Swab PCR di rumah sakit berbeda dengan hasil negatif. 

Tangkapan layar saat bayi Khayra Hanifah dirawat di RSUD Pirngadi Medan. (Foto : Andrean)

Bayi perempuan  bernama Khayra Hanifah Al Maghfirah meninggal dunia setelah dibawa pulang oleh orangtuanya ke rumah di Jalan Jangka, Kecamatan Medan Petisah, pada Kamis (10/6/2021) pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Jasad bayi tersebut langsung dimakamkan pihak keluarga di TPU Sei Sikambing Jalan Gatot Subroto Medan.

 

Anisa, ibu sang bayi mengaku sangat kecewa dengan pihak RSUD Pirngadi Medan. "Entah kapan dirapid dan kapan antibodi, katanya reaktif. Setelah Direkturnya ditelepon anggota DPRD, barulah anak saya diswab antigen dan hasilnya negatif, sama hasilnya seperti di swab di RS Stella Maris," ujar Anisa didampingi suaminya di kediaman mereka. 

Sebelum meninggal dunia, bayi perempuan berusia 22 hari tersebut sempat dirawat di rumah sakit swasta di Medan, hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Pirngadi Medan, pada Senin (7/6/2021).

 

Menurut Annisa, putrinya gak jadi dioperasi gara-gara selang infus kata dokter gak tersedia di rumah sakit. 

Suasana di rumah duka di Jalan Jangka, Kecamatan Medan Petisah. (Foto : Andrean)

"Dokter bilang, ibu dari hasil rapid antibodi anak ini bahwasanya reaktif covid-19. Disitu puncaknya kami ribut dengan pihak rumah sakit. Padahal, sampai ruang operasi dokternya gak ngapa-ngapain sampai dua jam, dua jam, dua jam. Hanya untuk mengatakan buk, selang untuk masuk ke bahu anaknya gak ada buk," kata Anisa. 

 

Anisa sempat protes anaknya dibilang reaktif Covid-19. Padahal, sebelum dirujuk ke RSUD Pirngadi Medan, dia dan anaknya sudah di swab di rumah sakit swasta dan hasilnya negatif. 

 

"Dari mana anak saya bisa Covid-19. Kapan mereka (dokter RSUD Pirngadi) melakukan tes laboratorium, pengambilan darah atau sebagainya. Saya nunggu dari pagi di depan pintu ruangan anak saya dirawat, tidak ada melihat orang lab masuk. Saya tidak ada lihat anak saya diambil darahnya, tidak ada konfirmasi buk anaknya kita tes antibodi ya, buk anaknya kita ambil darahnya, tidak ada tes covidnya," ucap Anisa


Menurut Anisa, saat keributan terjadi tim medis hanya mengatakan permintaan maaf, putrinya tidak jadi dioperasi karena ketiadaan alat selang yang dibutuhkan.


"Dokternya bilang, Ibu mohon maaf, anak ini tidak jadi kita laksanakan operasinya karena anak ini infusnya tidak jalan. Jadi bu, kalau anestesi itu kan infusnya bisa jalan secara normal. Anak ini buk agak bengkak infusnya, jadi gak bisa obatnya masuk melalui infus ini. Yang mau kita pakai alat selang besar di bahunya, itulah buk kita lagi kosong," ujar Anisa menirukan ucapan yang disampaikan dokter kepadanya.


Sementara itu Kasubbag Humas RSUD Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin membenarkan video viral yang diduga diunggah ke media sosial tersebut terjadi di RSUD Pirngadi Medan.


Menurut Edison, pasien bernama Khayra Hanifah Al Maghfirah merupakan pasien rujukan dari salah satu rumah sakit swasta di Kota Medan. Rencananya, pasien tersebut akan menjalani operasi di RSUD Pirngadi Medan. 


Saat masuk ke RSUD Pirngadi Medan, pasien tersebut menjalani rapid test antigen dan hasilnya reaktif pada, Senin (7/6/2021) malam. Selanjutnya, saat akan dioperasi pada Rabu (9/6/2021), pasien tersebut menjalani rapid test antigen untuk kedua kalinya dan hasilnya negatif. 

 

“Inilah pemicunya, reaktif itu dinilai positif. Padahal itu antibodi. Jadi muncullah bahasa seakan-akan Pirngadi mengcovidkan. Padahal hasil kedua itu negatif. Kalau video itu, benar berada di rumah sakit ini,” kata Edison. 

 

Terkait dengan tudingan pihak RSUD Pirngadi Medan menelantarkan pasien juga dibantah oleh Edison. Dia mengatakan pihaknya memiliki standar operasional prosedur (SOP) pemeriksaan pasien. 

 

“Bukan ditelantarkan, kami punya SOP pemeriksaan. Sekitar pukul 00.45 WIB sudah ada rencana dilakukan operasi. Namun pada pukul 00.55 WIB, keluarga meminta pemulangan itu dan ditandatangani orangtuanya,” jelasnya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama