SIANTAR, suarapembaharuan.com - Kasus penembakan yang menewaskan Marsal Harahap berawal dari kritikan yang berujung pada permintaan uang oleh korban terhadap pemilik tempat hiburan malam Ferari Resto n Cafe, berinisial S.
![]() |
Istimewa |
Kapolda Sumut Irjen Pol RZ Panca Putra mengatakan, Marsal meminta uang sebesar Rp 12 juta/bulan untuk menghentikan pemberitaan kritis di Ferari Resto n Cafe, yang berada di Jalan Sisingamangaraja, Kota Pematang Siantar.
"Tersangka S mengaku sebagai orang yang menyuruh YSP untuk memberikan pelajaran terhadap Marsal. S merasa kesal karena merasa terganggu atas tempat usahanya," ujar Irjen Panca Putra, Kamis (24/6/2021).
Permintaan uang oleh Marsal kepada S saat melakukan pertemuan dengan S. Permintaan itu dengan perincian diberikan dua butir pil ekstasi setiap harinya. Sedangkan harga pil ekstasi/butirnya Rp200 ribu/butirnya.
![]() |
Istimewa |
Marsal Harahap kerap melakukan kritikan terhadap usaha milik S. Saat pertemuan antara Marsal dengan S, tidak ada kata kesepakatan sehingga menyebabkan rasa kesal S selaku pemilik usaha.
"Karena merasa tidak ada titik temu S meminta kepada YFP untuk melakukan pembelajaran terhadap Marsal. Lalu diadakan pertemuan di rumah kediaman S di jalan Seram untuk membahas rencana tersebut," ungkap Kapolda.
Kemudian S mentransfer dana sebesar 15 juta kepada saudara A (oknum) untuk membeli senjata api (senpi), kemudian mentransfer kembali 10 juta kepada. Sedangkan untuk YFP mendapat transferan dana sebesar 5 juta dan mengambil dari kasir Ferari senilai 3 juta.
Setelah melakukan aksinya, YFP dan A kembali ke Sapadia Hotel untuk mengembalikan sepeda motor, lalu kemudian kembali ke Ferari. Sedangkan senpi yang digunakan untuk melakukan penembakan disimpan oleh YFP.
Dari hasil pengakuan YFP tidak ada niat untuk melakukan pembunuhan hanya sekedar memberikan pembelajaran. Hal yang sama juga dikatakan oleh S, dimana dia memerintahkan YFP dan A untuk sebuah shockterapi karena menjadi pengganggu.
Posting Komentar