BMKG Siapkan Skenario Penanganan Bencana Geo-Hidrometeorologi

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus melakukan langkah mitigasi guna meminimalisir jatuhnya korban akibat bencana geo-hidrometeorologi. Sejumlah “jurus jitu" dipersiapkan menyusul fenomena cuaca, iklim, dan tektonik di Indonesia yang semakin dinamis, kompleks, tidak pasti dan ekstrem. 


Istimewa

“Setiap tahun kami terus melakukan inovasi teknologi dan juga meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) agar risiko kejadian multi bencana geo-hidrometeorologi bisa semakin ditekan. Ini bagian dari cara BMKG mewujudkan zero victim,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Nasional BMKG 2021 di Jakarta, Kamis (29/7/2021). 


Rakorbangnas BMKG 2021 tersebut dihadiri secara virtual oleh Presiden Joko Widodo, Presiden ke-5 Ibu Prof, Dr. (HC) Megawati Soekarnoputri, Pimpinan Lembaga Tinggi Negara, sejumlah menteri negara Kabinet Indonesia Bersatu II, dan seluruh pegawai BMKG di Indonesia. 


Dwikorita menyebut sejumlah jurus jitu telah dipersiapkan BMKG untuk bisa beradaptasi dengan semakin kompleks, dinamis dan ekstremnya fenomena cuaca, iklim dan tektonik di Indonesia. Diantaranya, Modernisasi Teknologi Sistem dan Peralatan Observasi dan Processing Data Cuaca Maritim, Cuaca Penerbangan, Cuaca Publik & Iklim, yang terintegrasi dalam Single Platform.


Di sektor keselamatan transportasi, kata Dwikorita, BMKG melakukan penguatan Flight Information Regional (FIR) di 10 Wilayah Timur dan Barat Indonesia, yaitu di berbagai bandara antara lain Bandara Internasional Sentani Jayapura, Bandara Internasional Pattimura Ambon, Bandara Labuhan Bajo – Komodo, Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, Bandara Tampa Padang Mamuju, Bandara Internasional Juanda Sidoarjo, Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda, Bandara Internasional Silangit Tapanuli Utara dan Bandara Internasional Kualanamu Deliserdang. 


“Ini juga menjadi bagian dukungan BMKG dalam mendorong pertumbuhan pariwisata domestik Indonesia. Sementara baru di 10 wilayah dan secara berkelanjutan juga akan dilakukan penguatan di seluruh bandara di Indonesia,” ujarnya. 


Selain itu, lanjut Dwikorita, BMKG juga melakukan IG3IS (Integrated Global Greenhouse Gases Information System), yaitu sistem integrasi untuk memberikan layanan informasi Gas Rumah Kaca (GRK), berupa prediksi sebaran ke depan dan estimasi GRK dari berbagai jenis tata guna lahan.


Inovasi teknologi lainnya, tambah dia, yakni BMKG memperkuat dan mengembangkan teknologi sistem monitoring dan peringatan dini gempabumi dan tsunami versi Merah Putih. Sistem Merah Putih ini dibangun dan dikembangkan oleh putra-putri Indonesia. 


“Juga termasuk pengembangan Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya Geo-Hidrometeorologi (MHEWS). Ini penting agar Indonesia tidak harus ketergantungan teknologi dari luar. Saya optimistis dengan SDM yang dimiliki BMKG, hal ini bisa diwujudkan,” tuturnya. 


Kolaborasi dan Advokasi

Selain melakukan lompatan inovasi teknologi, lanjut Dwikorita, jurus lain yang diterapkan BMKG adalah dengan terus menerus melakukan advokasi dan kolaborasi pemanfaatan Info BMKG dengan berbagai pihak. Sinergi dilakukan dengan Kementerian/Lembaga, masyarakat, swasta, akademisi, dan stake holder lainnya. 


“Ini dilakukan untuk juga mendongkrak produkstivitas multi sektor. Mulai dari transportasi, pertanian, pariwisata, tata ruang, kesehatan, dan lain sebagainya agar kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat bisa terwujud secara berkesinambungan,” imbuhnya. 


“BMKG juga mendukung pelaksanaan evaluasi dan penyesuaian Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Wilayah/Tata Ruang, yang harus mempertimbangkan faktor multi bencana geo-hidrometeorologi dengan memanfaatkan Info BMKG. Serta mengintensifkan Data Integrasi, guna mewujudkan informasi yang lebih cepat, tepat, akurat dan luas jangkauannya,” tambah dia. 


Sementara itu, BMKG juga secara aktif menanamkan literasi bencana kepada masyarakat guna meningkatkan pemahaman, kesiap-siagaan, kepedulian/kepatuhan dan kemampuan masyarakat dan semua pihak pengguna dalam meresponse lanjut info BMKG.


“Sejak tahun 2011, secara rutin BMKG menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI), Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN), dan Sekolah Lapang Gempabumi - Tsunami Ready (SLG-TR) dengan peserta mulai dari petani, petugas penyuluh pertanian lapangan, nelayan, penyuluh perikanan, dan pemerintah daerah,” paparnya. 


Tidak berhenti disitu, kata Dwikorita, BMKG juga menggelar Jambore Iklim dan Literasi Iklim Generasi Muda yang bertujuan mengenalkan pengetahuan iklim dan menumbuhkembangkan karakter tangguh bencana dan peduli iklim sejak usia dini, usia pelajar dan generasi muda, melalui peningkatan pemahaman risiko bencana terkait iklim serta memantik aksi iklim di kalangan generasi milenial.


“BMKG bertekad mengawal Indonesia, menjaga seluruh tumpah darah Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote demi mewujudkan Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh,” pungkasnya. 




Post a Comment

Lebih baru Lebih lama