Disesalkan, Bupati yang Terkesan Melecehkan Marga Batak

MEDAN, suarapembaharuan.com - Ucapan Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono yang mempelesetkan marga Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan menjadi “Penjahit”dianggap sangat tidak pantas. 


“Saya kira kita semua bisa menangkap kesan bahwa itu bukan terpeleset dalam arti spontanitas. Beliau melakukannya lebih dari satu kali dalam wawancara itu meskipun orang di sekelilingnya sudah mengoreksi,” ujar tokoh masyarakat Sumut, RE Nainggolan, saat diminta tanggapannya di Medan, Selasa (24/8/2021).


Foto: RE Nainggolan


Dikatakannya, Panjaitan itu termasuk marga yang banyak dikenal. “Saya tidak mengatakan ada marga yang lebih besar daripada yang lain, tetapi Panjaitan itu termasuk umum didengar. Ada tokoh pahlawan revolusi, tokoh nasional, militer, dan sebagainya. Artinya, semua yang pernah sekolah sudah pasti pernah mendengar marga itu. Agak sulit diterima akal sehat jika ada orang, terutama sekelas kepala daerah, lupa atau merasa asing,” katanya.


Tokoh birokrat yang pernah menjadi Sekdaprovsu dan Bupati Tapanuli Utara itu menambahkan sepengetahuannya masyarakat Jawa adalah orang yang sangat peka perasaannya dan senantiasa mengedepankan kesantunan. “Saudara-saudara kita dari Jawa bahkan terbiasa berbicara dengan simbol saking halusnya perasaan mereka,” ujarnya.


Pada bagian lain, RE mengingatkan di saat seluruh komponen bangsa sedang berjuang habis-habisan melawan pandemi ini, setiap orang semestinya tidak memunculkan potensi kegaduhan yang tidak perlu, mengeluarkan pernyataan yang malah memancing dan mengalihkan perhatian dalam pengertian negatif.


“Lebih khusus lagi mereka-mereka yang menjadi bagian inti dan terdepan dari pemerintahan. Sering saya katakan, jabatan kepala daerah seharusnya tidak diterima sebagai kehormatan ‘an sich’, tetapi lebih merupakan beban amanat yang sangat besar. Oleh karena itu, beban itu harus dipikul dengan rasa tanggung jawab, dan memang ia adalah tanggung jawab yang sangat besar. Itu sebabnya tidak semua orang bisa menjadi pemimpin. Butuh kualifikasi tertentu,” katanya.


RE Nainggolan yakin, Luhut Binsar Pandjaitan akan memaafkan itu. “Beliau punya kebesaran hati dan sudah menjadi karakternya selalu fokus kepada hal-hal yang penting. Akan tetapi, bukan karena pasti dimaafkan, kita lantas merasa leluasa melakukan kekeliruan. Ini harus menjadi pembelajaran bagi kita semua, apalagi di tengah keberagaman kita, dan proses ‘nation building’ kita yang senantiasa berkelanjutan hingga hari ini,” pungkasnya.


Wawancara Door Stop

Sebelumnya, sebuah video berdurasi 1 menit 26 detik memperlihatkan Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono, menyebut Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan dengan "Luhut Penjahit".



Pernyataan tersebut disampaikan Budhi Sarwono Chin dalam sesi wawancara door stop. Potongan video yang memuat pernyataan Budhi itu pun viral di media sosial.


Dalam video tersebut, awalnya pria yang akrab disapa Wing Chin itu tengah menjelaskan perkembangan kasus Covid-19 di Banjarnegara. Sejak ada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat, kata dia, kasus Covid-19 di Banjarnegara perlahan menurun.


"Alhamdulillah Banjarnegara (awalnya) BOR-nya 99 persen, terus turunlah PPKM darurat. Saya baca aturannya sesuai perintah Pak Presiden yang langsung ditindaklanjuti Menteri Dalam Negeri dan dilaksanakan pada waktu rapat bersama menteri siapa itu, penjahit atau apa lah, (yang) orang Batak itu," kata Wing Chin.


Mendengar pernyataan itu, orang-orang yang berada di sekeling Wing Chin meluruskan dengan mengatakan Luhut Binsar Panjaitan.


"Ya Pak Penjahit kan," ujar Wing Chin. Wing Chin kemudian melanjutkan, pihaknya telah menyalurkan bantuan jaring pengaman sosial (JPS) sebagai kompensasi atas penerapan PPKM.


"Pada waktu PPKM darurat Banjarnegara zona merah. Tapi setelah ada instruksi Mendagri dan dijabarkan Pak Menteri Penjahit itu, Luhut Penjahit itu saya laksanakan instruksinya," ujar Wing Chin.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama