365 UMKM di Borobudur Dilatih untuk Menggenggam Dunia

MAGELANG, suarapembaharuan.com – Sebanyak 365 usahawan kecil dan menengah (UKM) di Kabupaten Magelang, mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Kementerian Koperasi UKM  bersinergi dengan Dekranas. 


Ist

Agenda itu, bertujuan meningkatkan kemampuan dan literasi digital, agar sektor tersebut dapat menjawab tantangan di tengah pandemi Covid-19.


Pelatihan tersebut meliputi manajemen e-commerse, manajemen ekspor, digitalisasi produk, teknik fotografi, optimalisasi sosial media, hingga menjangkau modal melalui perbankan.


Kepala Bidang Manajemen Usaha Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Suzana Teten Masduki, secara resmi membuka gelaran itu, di Balkondes Ngadiharjo, Borobudur, Selasa (12/10/2021). Ia menyebut, pada pelatihan kali ini fokus pada UKM wastra (kain nusantara). Namun demikian, beberapa pelaku usaha di luar wastra seperti pengelola penginapan skala kecil pun ikut serta.


Ia menyebut, produk UKM asal Jateng memiliki kualitas unggul. Namun, dari sisi pengemasan perlu ditingkatkan.


“UKM di Jateng dari sisi pembinaan, akses modal dan teknikal produk sudah tinggi. Tinggal pengemasannya saja supaya sale able mempunyai daya jual tinggi,” ungkapnya.


Suzana menambahkan, agar para pelaku UKM di Jawa Tengah akrab dengan teknologi. Karena, kini hampir setiap lini kehidupan manusia lekat dengan gawai.


“Nah dengan memegang handphone, sudah layaknya memegang dunia. Dunia di tangan kita,” imbuhnya.


Adapun, Borobudur dipilih karena menjadi destinasi unggulan super prioritas. Sehingga, selain Candi Borobudur sebagai ikon wisata, masyarakat pelaku wisata pun perlu disiapkan.


Ke depan, agenda seperti ini akan terus digalakkan sesuai dengan kebutuhan daerah dan pelaku UKM. Selain di Borobudur, pelatihan ini juga digelar di Labuan bajo, Danau Toba, Mandalika, dan Likupang.


Ketua Dekrasnada Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo mengapresiasi langkah Dekranas. Pelatihan itu dinilainya sebagai langkah ikut membangun kawasan wisata berkesinambungan.


“Diibaratkan magnet Candi Borobudur itu sebagai matahari. Lalu desa-desa di sekitarnya adalah lilin-lilin yang mengelilinginya. Jangan sampai mataharinya saja yang jadi tujuan. Pelaku usaha kriya jangan jadi penonton saja. Materi pelatihan ini sudah bisa menjawab agar mereka bisa naik kelas,” ungkapnya.


Atikoh menambahkan, dijadikannya Borobudur sebagai destinasi superprioritas harus dilihat sebagai peluang. Ia berharap agar antarstake holder saling mendukung perkembangan wisata di sekitar candi.


“Pelaku UKM harapannya jadi aktor, dan bisa menangkap peluang. Perlu ada sinergitas dari pemangku kepentingan, agar UKM naik kelas dan tidak hanya jadi penonton,” pungkas Atikoh. 


Kategori : News

Editor     : AHS



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama