PMPHI Nilai Jenderal Andika Perkasa Paling Layak Menjadi Panglima TNI

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Pusat Monitoring Politik dan Hukum Indonesia (PMPHI) memastikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak akan terjebak dalam manuver politik yang sengaja menghembuskan isu Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).


Gandi Parapat

Koordinator PMPHI, Gandi Parapat mengatakan, Presiden Jokowi akan mengambil keputusan paling top dalam memilih pengganti Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Jokowi dipastikan berani keluar dari zona aman ketika memilih orang nomor satu di tubuh TNI, dan tidak mau terpengaruh kepentingan politik.


"Ada tiga jenderal yang merupakan kepala staf angkatan dari masing-masing matra TNI, yang dianggap layak menjadi Panglima TNI. Mereka adalah KSAD Jenderal Andika Perkasa, KSAL Laksamana Yudo Margono dan KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo. Namun, saya sangat meyakini, bahwa Jenderal Andika Perkasa paling layak menjadi Panglima TNI," ujar Gandi Parapat, Minggu (17/12/2021).


Gandi mempunyai alasan kuat mendukung Presiden Jokowi memilih Jenderal Andika Perkasa menjadi Panglima TNI. Selain mempunyai banyak pengalaman, Jenderal Andika Perkasa dikenal lebih humble dalam memimpin TNI. Banyak perubahan yang sudah dilakukan Jenderal Andika Perkasa selama menjabat KSAD, termasuk ketika menjabat sebagai Kepala Paspampres di era pemerintahan Presiden Jokowi.


"Jenderal Andika Perkasa ini merupakan pemimpin yang humanis. Tidak hanya terhadap bawahan, Jenderal Andika sangat ramah terhadap masyarakat. Salah satu contohnya, pekerja bangunan di lingkungan Mabes TNI dari kalangan masyarakat sipil dan difabel, diajak Jenderal Andika untuk makan bersama di ruang kerjanya. Banyak kegiatan humanis Jenderal Andika Perkasa ini. Tentunya ini semakin mengharumkan institusi TNI," ungkapnya.


Selain itu, kelebihan lain Andika Perkasa karena sudah membangun kerjasama dengan pemimpin militer negara adikuasa seperti Amerika Serikat maupun pemimpin militer negara lainnya. Kerjasama ini semakin menguatkan posisi TNI di mata dunia, termasuk dalam perdamaian dunia maupun menjaga teritorial Indonesia. Negara luar akan berpikir panjang untuk mengusik teritorial bangsa Indonesia ini.


Menurutnya, alasan kuat lain Presiden Jokowi diyakini memilih Jenderal Andika Perkasa menjadi Panglima TNI, juga karena peranan Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati Hendropriyono, istri Jenderal Andika Perkasa, sangat banyak membantu pekerjaan suaminya, yang juga secara otimatis mengharumkan nama TNI. Diah Erwiany banyak melakukan kegiatan kemanusiaan, membantu dan membangkitkan semangat masyarakat. 


Termasuk membantu dan membangkitkan semangat tenaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19 yang tengah melanda saat ini, Diah Erwiany melakukan kegiatan kemanusiaan ini juga termasuk melakukan tugas negara membantu pemerintah dalam menanggulangi penanganan Covid-19. Hal ini semakin menguatkan Jenderal Andika Perkasa layak menjadi Panglima TNI.


"Diah Perkasa merupakan anak pertama dari tokoh intelijen nasional, Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. Drs. H. Abdullah Mahmud Hendropriyono, S.E., S.H., M.B.A., M.H. atau sering disebut A.M. Hendropriyono.


Hendropriyono adalah Kepala Badan Intelijen Negara pertama, yang dijuluki the master of intelligence. Julukan ini disematkan kepada pria berusia 74 tahun karena menjadi "Profesor di bidang ilmu Filsafat Intelijen" pertama di dunia," katanya.


Oleh karena itu, Gandi Parapat meyakini Presiden Jokowi tidak akan terpengaruh kelompok manapun meski sudah banyak pihak yang melakukan manuver di tengah hangatnya pembahasan calon Panglima TNI mendatang.


"PMPHI sangat meyakini bahwa Presiden Jokowi tidak akan ragu memutuskan calon Panglima TNI. Tidak ada tergantung pada giliran dari setiap angkatan. Pilihan Presiden adalah yang terbaik," tegas Gandi Parapat.


Gandi Parapat meyakini, banyak hal yang dapat dijadikan pertimbangan oleh Presiden Jokowi dalam memilih pengganti Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Keputusan Kepala Negara bukan karena kepentingan politis dari partai manapun.


"Tentunya Presiden Jokowi memutuskan untuk memilih Panglima TNI yang bisa membawa kemajuan TNI. Bisa menjaga dan memperkuat pertahanan bangsa, termasuk meningkatkan harmonisasi dengan Polri maupun masyarakat," jelasnya.


Gandi menilai, kinerja Marsekal Hadi Tjahjanto selama menjabat sebagai Panglima TNI sudah sangat baik. Oleh karena itu, Panglima TNI pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto harus lebih baik, bisa membawa banyak perubahan bagi TNI untuk di masa mendatang.


"PMPHI menilai Presiden Jokowi tidak mau terjebak kepentingan politis. Dalam membuat keputusan, Presiden Jokowi juga dipastikan tidak terfokus pada giliran dari setiap angkatan. Selama ini, Jokowi selalu memilih yang terbaik, bukan menggilir," ungkap Gandi Parapat.


Menurut Gandi, TNI tetap solid meski pilihan Presiden Jokowi tidak berdasarkan angkatan. Baik itu Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) maupun dari Angkatan Udara (AU). Ketiga angkatan ini tentunya memiliki pemimpin terbaik dan sangat berpengalaman.


"Banyak pihak yang seakan menjadikan pergantian Panglima TNI ini seperti kontestasi. Ada terbentuk kelompok dukung mendukung. Ini semua dilakukan karena kepentingan semata. Presiden akan menghentikan manuver itu," pungkas Gandi.


Penulis   : Arnold Sianturi

Editor     : AHS



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama