Lepas Rindu Sekaligus Cambuk

Oleh : Wiku Sapta


Saat ke Rantau Prapat, Labuhan Batu, sebulan lalu, teman saya dapat telepon. Dia merupakan ketua komunitas wartawan di Polrestabes Medan. 


Wiku Sapta

Sebuah komunitas silaturahim sekaligus semacam serikat tolong menolong untuk umum, khususnya jurnalis. Kegiatannya, selain tugas pokoknya menyebar dan menggali informasi, juga memberi bantuan kepada yang membutuhkan.


Telepon berasal dari Kabid Humas Polda Sumut KBP Hadi Wahyudi. Alumni Akpol 98. Hadi mengundang Sekjend JMSI Sumut, Chairum Lubis SH, itu untuk hadir dalam gelar diskusi santai bersama Kapolda Sumut IJP Panca Putra Simanjuntak. Beberapa pemimpin redaksi media cetak dan dalam jaringan, diundang. 


Ketua PWI Sumut dan ketua organisasi pers lain pun diundang. Persis di hari Jumat. Pertemuan rileks itu digelar di lantai 2 Prana Cafe. Cafe itu berada di halaman Mapolda Jalan SM Raja. 


Ini kali kedua, seingat saya, IJP Panca mengajak insan jurnalis bersilaturahim. Secara resmi, sejak pandemi. Di awal bertugas, Panca memang melabrak tradisi mengunjungi kantor-kantor media di Medan. Namun dia peduli, semisal menyediakan press room diseputaran Polda.


Barangkali, itu dilakukannya untuk meminimalisir terpapar Covid. Di ajang itu, jumpa dengan para Pemred, Panca membebaskan media bertanya beragam hal tentang polisi dan kamtibmas. 


Dari dua pertemuan itu, Panca seolah ingin melepas kerinduannya dengan awak media. Meski diajang-ajang pres rilis, IJP Panca pun sering berinteraksi. Dengan jurnalis. Namun itu hal lazim. Karena momennya polisi memaparkan keberhasilan.


Upaya menjalin silaturahim itu patutlah dilakukan. Apalagi oleh petinggi polisi. Agar komunikasi dengan masyarakat, khususnya jurnalis, tidak mampet. Apalagi sampai melahirkan stigma, polisi 'alergi' wartawan. 


IJP Panca, lagi-lagi ingin membuktikan bahwa membangun komunikasi yang apik dengan media adalah hal penting. Polisi butuh media. Butuh kritik dan trust -nya masyarakat, lewat berita. Demikian pula sebaliknya.


Beruntungnya, Waka Polda Sumut BJP Dadang Hartanto, memahami itu. Menempatkan media sebagai mitra penting. Artinya, Dadang pun peduli. Sepeduli Panca.


Meski belum total, karena kesibukannya sehari-hari, mantan Kapolrestabes penyandang ikon program Sapa Subuh, itu mengikuti jejak IJP Panca. 


Minimal, Dadang berani keluar kandang. Meninggalkan ruang kerjanya sesaat di saat lapang. Buktinya, Minggu siang bolong kemarin, ia menyempatkan diri berkunjung ke salahsatu markas media daring Jalan Medan Area Selatan. Media ini memang dikenal dekat dengannya ketika menjadi Deli 1.


Pun awak jurnalis di kota ini akrab dengannya, ketika itu. Malah sampai sekarang.


Di Pewarta, Dadang, meski berpakaian dinas lengkap, bersikap santai. Duduk sambil mengobrol ringan. Sambil memandangi bingkai foto yang berjajar di dinding.  Dominan dipenuhi gambarnya semasa Kapolrestabes Medan. 


Tak ada hal mustahak sebetulnya dalam kunjungan itu. Tapi ia lakukan agar media (Pewarta) merasa diakui. Ada dan dipedulikan.


Dari sikap kedua petinggi Poldasu itu saya berkesimpulan, lepas rindu ala mereka tak cuma seremonial. Apalagi pencitraan. Tapi ada hal lain yang ingin diisyaratkan. Selain menyerap segala masukan. Apa itu?


Membangun komunikasi. Agar polisi tidak dicap hanya butuh media disaat genting. Menutupi kekurangan, kebobrokan atau malah kecurangan.  Tapi juga harus memiliki naluri untuk berinteraksi secara langsung di saat lengang. Ini yang sebetulnya ingin disampaikan Panca dan Dadang.


Pun keduanya tak beranggapan bahwa berbaur dengan media karena semata embel-embel amplop. Kalian pasti hafal, lazimnya 'kengerian' polisi bertemu media. Selalu dikaitkan kerepotan dan amplop. UUD. Ujung-ujungnya dana.


Apa yang dibuat Panca dan Dadang, selain melepas rindu, sebetulnya merupakan cambuk. Agar bawahannya, anggota dan jajarannya, mampu membangun komunikasi yang baik. Dengan siapapun, apalagi wartawan. Seperti yang mereka lakukan.


Tak alergi menemui ataupun ditemui. Bukan seperti salah satu Kapolres yang hingga detik ini amat sulit diajak komunikasi. Dari yang saya dengar, masih ada Pamen yang bersikap demikian. Hanya bisa ditemui saat press rilis. Sementara ketika lengang, jangan kan ditemui, membalas WA saja sulit. Wah! 



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama