Podcast Ambyar ala Brigjen Mardiaz

Catatan : Wiku Sapta


Ke Sukabumi dari Bekasi Kota, sebetulnya tak jauh. Hanya 1 jam lebih. Lewat jalan tol. Tapi untuk menembus kesana (Sukabumi), ada saja kendala. Mulai dari jumpa si A dululah, silaturahim ke si B lah, C, D dan seterusnya. 




Pun menghadiri acara rakernas lah, hingga faktor kemacetan. Empat jam perjalanan kalau berangkat kesana di atas jam 10 pagi.


Padahal, menembus perjalanan bermil-mil jauhnya, bisa terlaksana. Itu artinya, Tuhan punya rencana lain. Mungkin di lain waktu, Sukabumi terkunjungi. Tanpa pakai alasan ini itu. In Syaa Allah.


Di Sukabumi, sebetulnya, ada momen asik menunggu. Ketemu Kepala Sekolah Pembentukan Calon Perwra, Kasektupa Lemdiklat Polri, Brigjend Pol Mardiaz Kusin Dwihananto.


Mantan Wakapolda Sumut, Kapolres Jaksel, Kapolres Madina dan Kapolrestabes Medan.


Asiknya dimana? Seandainya saja kami kesana, ada beberapa kejutan yang sudah disiapkan. "Kalau sampainya malam, kelen nginap di barak. Disini banyak barak siswa. Kita jumpanya besok pagi,"jawab Mardiaz seenaknya, via WA. Senin sore, sepekan lalu. Ini kejutan awal yang bikin bahu saya bergoyang-goyang, setelah membacanya. 


Saya yakin ini joke. Jenderal satu ini memang dikenal cagil. Bahasa halusnya usil. Tapi untuk lucu-lucuan. 


Anda tahulah asiknya nginap di barak. Pasti tidurnya berbaur dengan para calon perwira pertama Polri; dari lulusan bintara pun sarjana. Yang rata-rata kepalanya plontos kandas.


Bangunnya pagi buta. Serentak. Kalau ada yang bangun kesiangan, alamat satu kelompok kena ganjar.


Selain 'disarankan' nginap di barak, BJP  Mardiaz pun sudah menyiapkan sesi cakap-cakap. Diskusi, ngobrol santai tanpa teks. Sesi rekaman diskusi berbentuk video. Istilah kerennya; Podcast. "Podcast sudah saya siapkan,"kata Mardiaz lagi.


Para pesohor, sebut saja Deddy Corbouzer, Atta Halilintar, Karni Ilyas, dan banyak lagi, 'makan' dari tayangan podcast. Mereka tajir melintir karena pintar mengelola konten kreatifnya sosmed, semacam yutub ini. 


Nah, Sektupa Lemdiklat Polri Sukabumi pun pintar mengelola podcast.  Dishare ke canel yutub. Nama akun canelnya, KISS. Tapi bukan KISS seperti tayangan infotainment di TV. Ini; Kisah Inspiratif Seputar Sektupa Polri. 


Selain menayangkan kisah inspiratif siswa, canel yutub ini merekam kegiatan pembayatan, ekspedisi, latihan dan banyak hal yang menjadi tradisi di Sektupa Polri Sukabumi.


Saya ada beberapa kali menonton podcast yang dipandu langsung BJP Mardiaz itu. Di yutub. Kadang berlokasi di ruangan kerjanya, atau malah di tengah lapang rumput hijau. Asri. Saya tebak, masih di lingkungan Sektupa Sukabumi. 


Diantara podcast yang sudah saya tonton; kisahnya Heri Gondrong dan dokter Wahyu. Ditonton minimal 10 ribu sampai 83 an ribu kali. Kalau anda tak percaya, buka saja sendiri. Di canel yutubnya (ehehehe sekalian promosi).


Kisah Heri Gondrong misalnya. Pun sudah pernah dishare ke aplikasi Tiktok. Polisi berambut gondrong lebih sebahu itu, hitam lebat pula, dicukur plontos. Hery sambil berlari, berpakaian dinas, muncul dengan kepala botak. BJP Mardiaz yang memandu sesi lari-lari itu, langsung mempromosikan. "Ini siswa Hery yang dikenal gondrong, sudah botak,"sebut Marduaz di Tiktok. Entah siapa yang menshare. Namun dilike ribuan orang. Hery menjawab siap, lalu berangsur lari menyusul rekan siswa yang lain.


Hery pun pernah diinterogasi Mardiaz dalam tayangan podcast. Ditanyai seputar jalan hidupnya hingga akhirnya rela memangkas habis rambut panjangnya.


Dokter Wahyu juga sama. Salah seorang siswa Sektupa Polri penerimaan khusus. Dari sarjana kedokteran. Wahyu punya cita-cita menjadi tentara. Menjadi dokter, sebenarnya, bukan merupakan keinginannya. Melainkan kemauan ayah ibunya. 


Wahyu berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Untuk membiayai kuliahnya di salahsatu  universitas di Jakarta, orang tuanya harus meminjam ke bank.


Hasratnya untuk menjadi prajurit amat kuat. Namun dari beberapa kali ikut seleksi, Wahyu selalu kalah.


"Cita-cita saya jadi tentara, bukan dokter,"kenang Wahyu. Perjuangan Wahyu tak pupus. Meski sempat menitikkan air mata saat mengulang cerita hidup ibunya, dia bersikukuh harus menjadi orang yang benar.


"Saya orang lapangan jenderal. Tidak terbiasa dengan rutinitas di dalam ruangan. Saya biasa merawat orang yang menjadi korban bencana. Saya lihat polisi juga bekerja seperti saya. Membantu orang. Maka akhirnya saya putuskan ikut seleksi polisi. Syukurnya diterima,"ucap Wahyu.


Wahyu dan Hery Gondrong (kini plontos) sepertinya diseleksi khusus menjadi tokoh yang menginspiratif. Karena punya kisah menarik dan patut dicontoh orang lain.


Lantas, kalau saja kami jadi ke Sukabumi, apakah juga akan dijadikan tokoh dalam podcast? Atau diplontos seperti Hery Gondrong (kini botak habis)? Tuhan berencana lain. Kami diharuskan balik kanan (pulang). Dan gagal diwawancara BJP Mardiaz dalam podcastnya. Ambyar!



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama