Strategi Membangkitkan Kepercayaan Diri pada Anak

Oleh : Sadiah Muayyadah 


Kepercayaan diri pada anak bisa dibangun sejak dini, peran orangtua dalam mendidik dan menanamkan rasa percaya diri akan membuat anak lebih sukses di masa depan. Lalu, bagaimana untuk membangkitkan percaya diri pada anak panti asuhan?



Kepercayaan diri sering disalahartikan sebagai bawaan lahir. Padahal kepercayaan diri bisa ditanamkan sejak dini. Bagaimana cara orangtua mengasuh anak juga berperan penting di sini. Tidak semua orangtua mampu untuk melakukan itu.


Alhasil, banyak kalangan anak takut gagal dan mengecewakan orang lain. Tentunya, banyak solusi terbaik dalam mengatasinya. Sadiah Muayyadah, mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU) mempunyai solusi untuk membangkitkan kepercayaan diri pada anak tersebut.


Langkah ini dapat dijadikan referensi orangtua dalam mendorong dan membantu anak untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Saat tumbuh dewasa, proses jauh lebih penting daripada hasil. Jadi, tak peduli dia keluar sebagai pemenang atau tak mendapat gelar juara sama sekali. Anda harus memuji usahanya.


Sadiah Muayyadah sudah melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL), yang merupakan mata kuliah wajib bagi para mahasiswa/i Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 


Sebagai Mahasiswa Semester 6, Sadiah Muayyadah 190902037, melakukan PKL di Panti Asuhan Cinta Kasih Medan Jalan Sei Brantas No. 70, Babura Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal bersama Elviana Safitri, dan Suhairani Lubis dengan bimbingan Supervisor Sekolah Ibu Hairani Siregar, S.Sos., MSP dan dosen pengampu Bapak Fajar Utama Ritonga, S.Sos., M.Kesos. 


Kegiatan PKL 1 ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan dari pertengahan Maret sampai dengan akhir Mei. Anak-anak Panti Asuhan Cinta Kasih berjumlah kurang lebih 37 orang dengan 5 orang pengurus panti. 



Anak-anak dalam panti tersebut berusia berkisar 3 tahun sampai dengan 19 tahun yang dimana semua anak-anak mendapatkan pendidikan dari TK sampai ke tingkat SMA. 


Pada praktikum I ini, metode yang kami gunakan merupakan metode intervensi mikro (casework). 


Dalam praktikum pertama ini Sadiah dan teman-teman melakukan mini project guna menyelesaikan masalah pada klien dengan metode intervensi mikro. Sebelum itu, untuk mendekatkan diri kepada klien kami melakukan berbagi macam kegiatan di panti antara lain, bermain, belajar bersama, sharing season, mewarnai. 


Dalam permainan yang kami lakukan, ada beberapa hukuman yang diberikan guna memacu keseriusan dalam bermain dan hukuman yang kami lakukan tidaklah sulit yaitu menampilkan bakat mereka. Hukuman ini kami lakukan untuk memacu kepercayaan diri anak-anak panti untuk tampil di depan umum. 


Selain melakukan bermain, belajar dan sharing season Sadiah dan teman-teman memberikan beberapa materi tentang kesehatan, hidup sehat, dan makan-makanan bergizi sesuai dengan poster yang ditempel di panti.


Intervensi sosial dalam ranah mikro pada dasarnya terkait dengan upaya memperbaiki atau meningkatkan keberfungsian sosial individu agar individu dan keluarga tersebut dapat berperan dengan baik sesuai dengan tugas sosial dan indvidual mereka (Adi 2013, 164). Untuk melaksanakan mini project dalam PKL 1, Sadiah mengambil satu klien yang berinisial SJ. 


SJ merupakan anak Panti Asuhan Cinta Kasih yang berusia 11 tahun dan sekarang sedang duduk di kelas 4 SD. Setelah melakukan pendekatan dan berbincang-bincang, diketahui bahwa SJ mempunyai masalah dalam kepercayaan diri. 


SJ bercerita bahwa saat disekolah ia merasa tidak percaya diri untuk berbicara didepan kelas ataupun menjawab pertanyaan dari gurunya. Selain itu, ia juga ada beberapa kakak kelas yang mengejeknya hanya karna ia berada di panti asuhan yang membuat SJ semakin tidak percaya diri. 


Untuk membantu SJ dalam meningkatkan kepercayaan dirinya, Sadiah menggunakan metode casework oleh Zastrow dengan tahapan-tahapan penyelesaian masalah berikut ini:


1. Intake dan Contract

Pada tahapan ini diawali dengan pendekatan terhadap klien, penjelasan maksud dan tujuan, dan melakukan kesepakatan kontrak antara klien dan pekerja sosial.


2. Assessment

Pada tahapan ini menganalisis lebih dalam permasalahan klien. Sadiah menggunakan tools ecomap untuk membantu menyelesaikan masalah yang ada pada klien. Dari hasil wawancara yang dilakukan klien dengan Sadiah, SJ merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya sendiri dan pandangan orang lain terhadapnya. 


Apalagi jika jawaban yang ia jawab salah, SJ merasa malu dan tidak mau lagi untuk menjawab soal di depan ataupun melakukan presentasi seorang diri. Selain itu, kakak kelasnya pun pernah mengejeknya hanya karena ia berada di panti yang semakin membuatnya tidak percaya diri.


3. Planning atau perencanaan

Tahapan ini melakukan rencana strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah klien. Dalam tahap ini, Sadiah bersama klien saling bekerja sama untuk mencari rencana apa yang tepat digunakan untuk membantu SJ meningkatkan kepercayaan dirinya kembali. Setelah berdiskusi, rencana yang dijalankan ialah dengan membuat beberapa list kegiatan yang harus dilakukan oleh klien.


4. Intervensi

Tahapan ini ialah penjelasan program yang akan dilakukan oleh klien. Pada tahap ini, Sadiah menjelaskan program yang akan dilaksanakan oleh klien serta tujuan yang ingin dicapai dari program tersebut. 


Dengan adanya list kegiatan yang harus dilakukan oleh klien, setelah melakukan kegiatan yang ada dilist, klien akan metandai mana saja list yang sudah ia kerjakan serta mencatat bagaimana perasaan klien ketika sudah melakukan kegiatan tersebut.


5. Evaluasi

Dalam tahap ini, melakukan monitoring kegiatan serta control terhadap klien. Sadiah mengontrol serta memonitoring apakah kegiatan sudah dilakukan dan berjalan dengan baik atau sebaliknya serta sekaligus melihat sudah sejauh mana perkembangan klien dalam mengatasi ketidakpercayaan dirinya. 


Dari beberapa pertemuan yang dilakukan Sadiah dan SJ sudah terlihat sedikit demi sedikit perubahan yang terjadi dalam diri SJ. Ia terlihat lebih percaya diri dan tidak terlalu memikirkan perkataan orang tentang dirinya.


6. Terminasi

Tahap pemutusan atau pemberhentian proses bantuan pekerja sosial dengan klien agar tidak menimbulkan ketergantungan klien. Dalam tahap ini, Sadiah menghentikan atau memutuskan proses bantuan kepada SJ karena perubahan yang terjadi dalam diri SJ sudah berkembang dengan baik dan mampu melakukan sendiri tanpa bantuan bimbingan dari Sadiah.


Setelah semua tahapan telah dilakukan, maka praktikum yang dijalankan selama kurang lebih 3 bulan harus berakhir. Sadiah dan teman-teman sangat berterimakasih kepada pihak Panti Asuhan Cinta Kasih karena telah menerima kami dengan sangat baik untuk melakukan praktikum di panti asuhan ini. 


Ibu Sesilia sebagai pengurus panti juga mengungkapkan terima kasihnya kepada kami karena sudah melaksanakan banyak kegiatan untuk anak-anak panti sehingga membuat mereka terhibur dan senang akan kedatangan kami.


Penulis merupakan mahasiswi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara (USU). 



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama