Pakar Kesehatan: 1 Faskes 1 Nakes Garda Depan Perang Lawan Stunting

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Dalam kunjungannya ke Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pasangan calon presiden Ganjar Pranowo menyoroti persoalan serius di Provinsi tersebut, di antaranya masalah stunting, perdagangan orang, dan akses air bersih. 



Penurunan angka stunting memang menjadi salah satu perhatian pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden. Paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Keduanya bakal menurunkan angka stunting di bawah 9%. NTT menjadi salah satu daerah prioritas pencegahan stunting. 


Untuk mewujudkan hal tersebut, Paslon ini menyiapkan berbagai langkah seperti pemberian dukungan gizi dan akses layanan kesehatan kepada perempuan selama masa kehamilan dan menyusui. Kemudian berkomitmen mengadakan sosialisasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai bayi menginjak usia 6 bulan. Juga sosialisasi pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sehat untuk mendukung pertumbuhan bayi. 


Pakar Kesehatan Masyarakat Endang L Achadi menyambut baik program tersebut. Dia mengatakan, penyebab masalah stunting multi faktor, tidak hanya aspek kesehatan tetapi aspek lain termasuk akses ke pangan, kemampuan membeli pangan dengan baik, gizi dan lainnya. Hal ini memerlukan koordinasi dengan semua pihak. 


Lebih mengerucut lagi, ada dua penyebab utama stunting, yakni asupan makanan yang tidak adekuat yang berlangsung lama atau sering. “Kalau hanya sebentar tidak menjadi masalah tetapi kalau sering dan lama tentu akan menjadi masalah. 


Kedua adalah anak tersebut menderita infeksi yang berulang seperti cacingan, campak dan lain sebagainya,”ungkap Endang. 


Jika kemudian diurutkan lagi menurut Endang akan dilihat apakah bayi diberikan ASI eksklusif selama enam bulan. Lalu setelah enam bulan juga diberikan Makanan Pendamping Asi (MPASI). Kadang untuk wilayah-wiyalah tertentu sulit untuk mendapatkan hal ini. MPASI juga jarang diberikan maka ini akan menyebabkan stunting. 


Endang juga menekankan pentingnya edukasi pada Ibu Hamil dan Ibu Balita. “Dengan edukasi tersebut, Ibu menjadi tahu bahwa anaknya harus diimunisasi, diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan, lalu perlu MPASI dan pola hidup sehat seperti memakai alas kaki. Di wilayah-wilayah yang ikannya murah diajarkan bahwa ikan ini sangat baik dikonsumsi anak atau di daerah telur ayam murah dan mudah didapatkan juga diajarkan bahwa telur baik dikonsumsi anak-anak,”lanjut Endang. 


Ia kemudian menyitir prinsip umum bahwa seorang Ibu akan melakukan apa pun yang terbaik buat anaknya. “Jadi kalau dia mendapat pemahaman tentang apa yang terbaik buat anaknya walaupun tidak mahal maka itu akan dilakukannya,”terang Endang.


Pandangan ini sesungguhnya sudah sejalan dengan apa yang menjadi program nyata dari Pasangan Ganjar-Mahfud MD. Untuk melaksanakan semua hal tersebut, pasangan Ganjar-Mahfud punya program unggulan yakni 1 Desa 1 Faskes dan 1 Nakes. 


“Stunting itu soal akses kesehatan yang mestinya dibikin satu puskesmas di satu desa atau Pustu (Puskesmas Pembantu) yang dilengkai satu nakes dan dokter. Itu meski kita wujudkan sehingga mereka dapat menangani pola ibu mengandung sampai melahirkan seribu hari pertama,”tandas Ganjar di Gedung Sinode GMIT, Kupang, Jumat (1/12) 


Di Provinsi tersebut, Ganjar juga menyerap banyak hal, di antaranya soal toleransi antar umat beragama, masalah pendidikan, infrastruktur, dan pencegahan perdagangan orang. 


Bagi Ganjar, lapangan pekerjaan dengan mengembangkan potensi yang dimiliki di Provinsi tersebut merupakan salah satu kunci memerangi human tracfficking. Dia meminta, mahasiswa mempersiapkan diri dengan upaya pemerintah ke depan yang akan mengembangkan potensi pariwisata dan industri kreatif di daerah tersebut.


“Kita perangi stunting, human trafficking, kebebasan beragama dengan penegakkan hukum, perluasan lapangan pekerjaan, dan akses terhadap pangan,” tegas dia.


Kategori : News


Editor      : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama