JAKARTA, suarapembaharuan.com – Emiten industri baja nasional, PT Saranacentral Bajatama Tbk (SCB), menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada Jumat, 20 Juni 2025. Agenda ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam menjalankan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) serta transparansi terhadap kinerja manajemen.
Dalam forum tersebut, manajemen memaparkan laporan keuangan tahun buku 2024, proyeksi bisnis 2025, dan memberi ruang kepada para pemegang saham untuk menyampaikan aspirasi serta menjalankan fungsi pengawasan.
“RUPS merupakan forum resmi bagi pemegang saham untuk menyalurkan aspirasi dan menjalankan fungsi pengawasan. Di sisi lain, ini juga menjadi ajang pelaporan keuangan yang akuntabel,” ujar manajemen SCB dalam pernyataan resmi usai pelaksanaan RUPS.
Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk, Handaja Susanto, didampingi Direktur Pandji Surya Soerjoprahono, mengungkapkan sejumlah langkah strategis yang akan dijalankan perusahaan pada 2025 untuk menjawab tantangan di sektor baja, khususnya terkait gempuran produk impor dan fluktuasi harga global.
Hadapi Gempuran Impor dan Harga Global
Menjawab pertanyaan soal rencana ekspansi kapasitas produksi, Handaja menyampaikan bahwa saat ini SCB belum terdampak secara signifikan karena utilisasi pabrik masih berada di angka 50 persen. Namun, pihaknya akan melakukan diversifikasi produk demi meningkatkan nilai tambah.
“Kita akan menambah produk baru yang bernilai jual lebih tinggi. Dengan begitu, kita bisa mengoptimalkan profitabilitas meski kapasitas belum maksimal,” ungkap Handaja.
Terkait fluktuasi harga baja dunia yang tidak bisa dikendalikan secara langsung oleh pelaku industri, SCB menempuh pendekatan berbasis pemantauan tren dan prediksi pasar. “Kita tidak bisa mengontrol harga baja, tapi kita bisa menyesuaikan keputusan bisnis berdasarkan prediksi tren harga yang ada,” jelasnya.
Handaja juga menyoroti dampak dari kebijakan tarif impor baja yang diberlakukan Amerika Serikat di era pemerintahan Donald Trump. Kebijakan tersebut, menurutnya, membuat sejumlah produk baja yang sebelumnya masuk ke pasar Amerika kini mengalir ke Indonesia, meningkatkan tekanan bagi industri dalam negeri.
Ia menambahkan, konflik geopolitik seperti ketegangan di Timur Tengah turut berdampak pada harga baja global. “Saat ini, harga baja cenderung menurun seiring eskalasi konflik,” ujarnya.
Komitmen Transparansi dan Digitalisasi Akses
Dalam rangka memperkuat keterbukaan informasi, SCB memastikan laporan kinerja dan keuangan perusahaan dapat diakses dengan mudah oleh para pemegang saham dan publik. Akses tersebut tersedia melalui situs resmi perusahaan maupun platform Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kami telah menyediakan semua data sejak IPO pada 2009 hingga sekarang, termasuk laporan triwulan. Semua dapat diakses secara bebas oleh investor,” ujar Handaja.
Langkah ini sejalan dengan kewajiban sebagai perusahaan terbuka yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). SCB secara rutin menyampaikan laporan keuangan dan informasi penting lainnya kepada regulator dan investor.
Proyeksi Bisnis 2025
Untuk tahun berjalan, SCB menargetkan efisiensi produksi dan perluasan pasar melalui optimalisasi teknologi Radiant Tube Furnace (RTF). Teknologi ini menghasilkan baja galvanis dengan kualitas mekanik merata, memenuhi standar tinggi berbagai sektor industri, termasuk konstruksi, otomotif, mesin, dan peralatan listrik.
Dengan filosofi “Selalu Memberikan Produk dan Layanan Terbaik kepada Pelanggan yang Berharga”, SCB mengedepankan sistem produksi terintegrasi, kontrol mutu ketat, dan inovasi berkelanjutan sebagai fondasi pertumbuhan perusahaan.
“Dengan dukungan teknologi produksi yang canggih dan filosofi kerja berbasis kualitas, kami yakin SCB berada dalam posisi kuat untuk terus tumbuh,” ucap Handaja.
Prospek dan Tantangan
Analis menilai prospek industri baja nasional tetap positif di tengah meningkatnya permintaan dari sektor infrastruktur, properti, dan otomotif. Namun, tantangan seperti fluktuasi harga bahan baku dan persaingan dengan produk impor tetap menjadi perhatian utama.
SCB memandang pentingnya menjaga efisiensi operasional dan membangun kepercayaan pasar sebagai kunci keberlanjutan bisnis. Dengan pengalaman hampir tiga dekade di industri dan bagian dari Sarana Steel Group, SCB optimistis dapat memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri baja nasional.
Dalam struktur organisasi terbaru, SCB dipimpin oleh Handaja Susanto sebagai Direktur Utama, didampingi Pandji Surya Soerjoprahono dan Entario Widjaja Susanto sebagai Direktur.
Didirikan pada 1996, SCB telah memantapkan diri sebagai produsen baja galvanis dengan merek SARANA yang dikenal luas di pasar domestik. Keberhasilan diversifikasi pasar turut menopang stabilitas bisnis perusahaan di tengah dinamika ekonomi global.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar