JAKARTA, suarapembaharuan.com — Menjelang digelarnya Kongres Persatuan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 29-30 Agustus 2025 di Cikarang, Jawa Barat, tokoh pers nasional Dahlan Iskan berharap sosok Ketua Umum PWI periode 2025-2030 yang terpilih adalah tokoh yang benar-benar netral. Harapan ini disampaikan Dahlan untuk mengakhiri dualisme kepemimpinan yang selama ini melanda organisasi wartawan tertua di Indonesia tersebut.
![]() |
Dahlan Iskan |
“Tentu saya ingin tokoh netral,” ujar Dahlan Iskan kepada wartawan saat ditemui di Jakarta, Jumat (8/8/2025).
Pernyataan ini sekaligus menjadi sinyal kuat bahwa pemilihan Ketua Umum PWI harus mengedepankan penyatuan dan rekonsiliasi, tanpa memihak kubu manapun.
Kongres Persatuan PWI 2025 merupakan hasil kesepakatan antara Hendry Ch Bangun, Ketua Umum PWI hasil Kongres XXV-2023 Bandung, dan Zulmansyah Sekedang, Ketua Umum PWI hasil Kongres Luar Biasa (KLB) 2024 Jakarta. Kedua kubu ini sebelumnya mengalami konflik internal yang menyebabkan dualisme kepemimpinan di tubuh organisasi.
Dahlan Iskan menilai, untuk mencegah potensi konflik baru, Hendry Ch Bangun dan Zulmansyah Sekedang sebaiknya tidak mencalonkan diri dalam pemilihan Ketua Umum kali ini.
“Tokoh-tokoh utama dari kedua kubu itu bisa didudukan sebagai penasihat,” kata Dahlan.
Harapan Dahlan juga mengarah pada proses pemilihan Ketua Umum yang harus berlangsung secara transparan dan bebas dari praktik politik uang (money politics).
“Saya merindukan pemilihan yang tidak diwarnai pengaruh uang atau fasilitas tertentu. Sayang kalau money politic menjalar sampai ke organisasi wartawan,” tambahnya.
Desakan untuk penyelenggaraan pemilihan yang bersih ini menjadi perhatian utama di tengah situasi politik organisasi yang cukup dinamis. Sebab, selama ini money politics kerap dianggap menjadi biang kerok konflik dan perpecahan di berbagai organisasi, termasuk lembaga profesi seperti PWI.
Sekilas tentang Kongres Persatuan PWI 2025, ajang ini menjadi tonggak penting dalam sejarah organisasi wartawan yang berdiri sejak 1946. Kongres ini diharapkan dapat menyatukan kembali dua kubu yang selama ini berseteru dan menghadirkan kepemimpinan tunggal yang kuat dan kredibel.
Sebulan sebelum Kongres digelar, sejumlah nama calon Ketua Umum PWI mulai muncul dan menjadi bahan perbincangan di kalangan wartawan serta media massa. Setidaknya, ada tujuh kandidat yang saat ini ramai diperbincangkan.
Dua kandidat berasal dari kubu yang selama ini berselisih, yakni Hendry Ch Bangun (Ketua Umum PWI hasil Kongres Bandung 2023) dan Zulmansyah Sekedang (Ketua Umum PWI hasil KLB Jakarta 2024).
Selain itu, terdapat lima kandidat lain yang berpengalaman di dunia jurnalistik dan organisasi PWI, antara lain Atal S Depari (Ketua Umum PWI Pusat periode 2018-2023), Teguh Santosa (Ketua Bidang Luar Negeri PWI periode 2013-2018 sekaligus anggota Dewan Kehormatan PWI periode 2018-2020), Akhmad Munir (anggota Dewan Kehormatan PWI kubu Zulmansyah), Johnny Hardjojo (Ketua Dewan Penasihat PWI Jaya), dan Rusdy Nurdiansyah (Ketua PWI Kota Depok).
Kehadiran banyak kandidat ini menunjukkan antusiasme besar dari berbagai pihak untuk memimpin organisasi pers tertua dan terbesar di Indonesia itu. Namun, di tengah keramaian calon, keinginan tokoh senior seperti Dahlan Iskan menjadi suara yang diharapkan bisa menjadi penyejuk dan penuntun agar kepemimpinan PWI ke depan berjalan dengan penuh keharmonisan.
Dahlan Iskan secara tegas mengingatkan agar semua pihak dapat mengedepankan semangat persatuan, profesionalisme, dan integritas demi masa depan PWI yang lebih baik dan bermartabat.
“Yang paling penting adalah bagaimana PWI menjadi rumah besar bagi seluruh wartawan tanpa ada perpecahan,” ujarnya.
PWI sebagai organisasi yang mewadahi ribuan wartawan di seluruh Indonesia memiliki peran strategis dalam menjaga kualitas dan independensi pers nasional. Oleh karena itu, pemilihan Ketua Umum yang netral dan kredibel menjadi kunci penting untuk memperkuat fungsi dan peran PWI di era transformasi media yang semakin kompleks.
Dengan diselenggarakannya Kongres Persatuan PWI 2025, publik berharap akan lahir pemimpin baru yang mampu menyatukan seluruh elemen organisasi, menjaga martabat profesi jurnalistik, serta menghindari konflik internal yang selama ini menghambat kemajuan organisasi.
Kongres ini pun menjadi momentum bersejarah untuk menegaskan kembali bahwa PWI adalah rumah bersama bagi seluruh insan pers Indonesia yang menjunjung tinggi kode etik jurnalistik dan independensi pers demi kemajuan demokrasi dan kesejahteraan bangsa.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar