Mengenal Sahabat Hasil Didikan Nabi: Inspirasi Bagi Kita

Oleh Imam Nur Suharno

Pengurus MUI Bidang Penelitian dan Kajian Kabupaten Kuningan, Jawa Barat


Kita telah berada di bulan Rabiul Awal. Setiap bulan Rabiul Awal kaum muslimin memperingati hari kelahiran Nabi SAW. Dalam peringatan tersebut selalu dibaca sejarah kehidupan Nabi SAW. Nah, di antara sejarah kehidupan Nabi SAW yang mesti kita ketahui adalah berkaitan dengan Nabi sebagai seorang pendidik.  


Imam Nur Suharno

Nabi Muhammad SAW adalah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa. 


Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.


Abu Bakar Ash-Shidiq


Sahabatnya itu antara lain adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Nama lengkapnya Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab at-Taimi al-Quraisyi. Sebelum masuk Islam bernama Abdul Ka’bah, lalu Nabi menamainya Abdullah. Selain digelari ash-Shiddiq (yang membenarkan), juga digelari al-Atiq (yang bibebaskan), karena Nabi SAW pernah mengatakan kepadanya, “Anda adalah orang yang dibebaskan Allah dari api neraka.


Nabi SAW pernah bersabda, “Semoga Allah merahmatimu sebagai seorang teman. Kamu telah membenarkanku saat orang-orang mendustakanku. Kamu telah menolongku kala orang-orang menelantarkanku. Dan, kamu beriman kepadaku waktu orang-orang kafir kepadaku.


Abu Bakar lahir di Makkah 2 tahun setelah kelahiran Nabi SAW. Ia berkulit putih, kurus, matanya cekung, badannya bungkuk, rambutnya lebat, dan suka menyemir rambutnya dengan bahan pewarna al-hinna dan katam.


Ia adalah orang laki-laki pertama yang beriman kepada Nabi SAW. Ia merupakan salah satu dari sepuluh sahabat yang memperoleh jaminan masuk surga. Tentang keislamannya, Nabi pernah berkata, “Tidak kuajak seorang pun masuk Islam melainkan ia ragu dan bimbang, kecuali Abu Bakar. Ia tidak ragu dan bimbang ketika kusampaikan kepadanya.” (HR Ibnu Ishaq).


Melalui dakwah Abu Bakar, banyak sahabat yang masuk Islam, seperti Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abu Ubaidah bin Jarrah. 


Abu Bakar seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan dan harga dirinya. Ia seorang yang kaya, pengaruhnya besar dan memiliki akhlak mulia. Ia memiliki ketinggian budi dan kesempurnaan iman. Nabi SAW bersabda, “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (HR Baihaki).


Alquran banyak mengisyaratkan tentang sikap dan perilaku Abu Bakar, lihat dalam QS al-Lail [92]: 5-7; QS Al-Lail [92]: 17-21; dan QS Fushshilat [41]: 30.


Pada masa kekhalifahannya, selama dua tahun tiga bulan lebih sepuluh hari, Abu Bakar berhasil menghimpun Alquran, memerangi orang-orang murtad dan yang enggan membayar zakat. Selama hidupnya ia meriwayatkan sebanyak 142 hadis dari Nabi SAW.


Abu Bakar meninggal pada hari Senin malam Selasa, antara Maghrib dan Isya, 22 Jumadil Akhir tahun 12 H, dalam usia 63 tahun, seperti usia Nabi SAW saat meninggal, dan ia dimakamkan di rumah Aisyah disamping makam Nabi SAW. 


Umar bin Khaththab


Nabi Muhammad SAW ialah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa. 


Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.


Sahabatnya itu antara lain adalah Umar bin Al-Khaththab. Nama lengkapnya Umar bin Al-Khaththab bin Naufal bin Abdul Uzza al-Qurasyi. Ia biasa dipanggil Abu Hafsh dan digelari al-Faruq (pemisah antara yang haq dan batil).


Selain berwajah tampan, tangan dan kakinya berotot, jenggotnya tebal, postur tubuhnya tinggi besar, tubuhnya tegap, warna kulitnya coklat kemerahan, dan suaranya lantang. Ia dikenal sosok yang cerdas, pandai membaca dan menulis, sehingga ia selalu menjadi utusan, menjadi duta besar dan menjadi kebanggaan kaum Quraisy.


Umar masuk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam sesudah kenabian, dan berada pada urutan ke-40 dari orang-orang yang pertama masuk Islam (assabiqunal awwalun). Allah telah mengabulkan doa Nabi SAW yang meminta agar Allah memberi hidayah kepada salah seorang dari kedua tokoh yang berpengaruh dan disegani yaitu Umar bin Khaththab atau Amru bin Hisyam (Abu Jahal) (HR Tirmidzi). 


Banyak ayat Alquran yang diturunkan membenarkan pendapat Umar bin Khaththab, di antaranya adalah ketika terjadi fitnah dan berita bohon yang menyangkut Aisyah RA, lalu turunlah firman Allah SWT, antara lain QS an-Nur [24]: 16; QS al-Maidah [5]: 90; QS al-Munafiqun [63]: 8; dan QS at-Taubah [9]: 84.


Pada masa kekhalifahannya, selama 10 tahun 6 bulan 4 hari, banyak wilayah yang berhasil ditaklukkan seperti Syam, Irak, Persia, Mesir, Burqah (nama daerah di Libia), Azerbaijan, Tripoli bagian barat, Nahawand, Jurjan, dll.


Ia mencetak uang Dirham dengan cap “Alhamdulillah” pada satu sisinya dan di sisi lainnya tertulis cap “La ilaha illa Allah” dan “Muhammad Rasulullah”. Ia juga yang pertama menetapkan tahun hijriah sebagai kalender Islam. Masih banyak lagi keberhasilan Umar selama menjadi khalifah. Dan semasa hidupnya ia meriwayatkan sebanyak 527 hadis dari Nabi SAW.


Umar bin Khaththab meninggal pada hari Rabu, 26 Dzulhijjah tahun 23 H, dalam usia 63 tahun, persis seperti usia Nabi SAW dan Abu Bakar saat meninggal. Jasadnya dimakamkan di samping makam Nabi SAW dan makam Abu Bakar Ash-Shiddiq.


Utsman bin Affan


Nabi Muhammad SAW ialah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa. 


Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.


Sahabatnya itu antara lain adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf. Ia biasa dipanggil Abu Amr atau Abu Abdillah dan digelari Dzunnurain (pemilik dua cahaya). Ia lahir di Makkah lima tahun sesudah kelahiran Nabi atau lima tahun setelah peristiwa pasukan gajah yang menyerang Ka’bah.


Utsman berwajah tampan, kulitnya halus dan putih, jenggotnya lebat dan tangannya kekar. Ia memiliki sifat pemalu, Nabi SAW pernah bersabda, “Orang yang paling kasih sayang dari umatku adalah Abu Bakar, yang paling teguh dalam memelihara ajaran Allah adalah Umar, dan yang paling bersifat pemalu adalah Utsman.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Hakim, dan Tirmidzi).


Sifat pemalu inilah yang mendorongnya menjadi seorang dermawan, sehingga ketika Nabi tengah mempersiapkan pasukan al-Asrah (Tabuk), seluruh biaya ditanggung oleh Utsman seorang diri. Saat itu, ia mendermakan 300 ekor onta dan 50 ekor kuda lengkap dengan segala peralatannya. Kemudian ia datang membawa 1000 dinar dan memberikannya di hadapan Nabi. Beliau menyambutnya dengan ucapan, “Tidak akan ada sesuatu yang dapat membahayakan Utsman dengan apa yang dia lakukan hari ini. Ya Allah, ridhailah Utsman, sesungguhnya aku ridha kepadanya.” (HR Tirmidzi).


Utsman masuk Islam setelah diajak oleh Abu Bakar, dan termasuk salah satu dari sepuluh sahabat yang mendapat jaminan masuk surga dan termasuk salah satu juru tulis wahyu (Alquran). Digelari Dzunnurain, karena ia menikahi dua putri Nabi SAW. Ia menikahi Ruqayyah, kemudian menikahi Ummu Kultsum setelah Ruqayyah meninggal. Ketika Ummu Kultsum meninggal, Nabi mengatakan kepadanya, “Seandainya kami memiliki tiga, niscaya kami akan menikahkan dia kepadamu.


Utsman menjabat sebagai khalifah selama 11 tahun 11 bulan dan 14 hari. Ia berjasa dalam menyempurnakan pengumpulan Alquran. Pada masa pemerintahannya, wilayah Afrika, Cyprus, Tabaristan, Khurrasan, Armenia, Qauqaz, Kirman, dan Sajastan berhasil dibebaskan. Selain itu, ia orang pertama yang memperluas bangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, membangun pangakalan angkatan laut, membentuk kepolisian negara, dan membangun gedung peradilan.


Selama hidupnya, meriwayatkan sebanyak 146 hadis dari Nabi SAW. Ia meninggal dunia pada tahun 35 H dalam usia 82 tahun. Jasadnya dimakamkan di pemakaman Baqi.


Ali bin Abi Thalib


Nabi Muhammad SAW ialah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa. 


Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.


Sahabatnya itu antara lain adalah Ali bin Abi Thalib. Nama lengkapnya Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim al-Qurasyi al-Hasyimi. Ia biasa dipanggil Abu Hasan. Nabi SAW memanggilnya Abu Turab. Ia lahir di Makkah 32 tahun setelah kelahiran Nabi SAW atau 10 tahun sebelum kenabian.


Ali berwajah tampan, warna kulit cokelat, mata lebar dan kedua bola mata sangat hitam, bahu lebar, kedua tangan kekar, badan gemuk, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, dan murah senyum.


Ali dilahirkan di dalam Ka’bah dan Allah telah memuliakannya untuk tidak bersujud kepada berhala-berhala yang ada di Ka’bah dan sekitarnya. Ia masuk Islam pada usia 10 tahun karena pada usia itu diumumkan dakwah Islam. Dan termasuk salah satu di antara sahabat yang diberitakan oleh Nabi masuk surga.


Ali orang pertama yang mengorbankan dirinya demi memperjuangkan dakwah Islam. Pada malam hijrah, Nabi SAW menugaskan Ali untuk tidur di tempat tidur beliau. Ia ditugaskan Nabi untuk mengembalikan barang-barang kepada orang musyrik pada pagi harinya.


Ada kisah menarik ketika Ali menjabat sebagai khalifah. Ali menemukan baju besi (baju perang) miliknya di tangan seorang Nasrani, tetapi orang Nasrani itu tidak mengakuinya. Selaku rakyat, ia mengadukan hal itu kepada ketua pengadilan. Pada waktu persidangan, ia dipanggil sang hakim dengan panggilan Amirul Mukminin. Ali tidak senang mendengar panggilan tersebut. Ia menolak panggilan itu karena pada waktu persidangan kedudukannya sebagai penggugat sama seperti yang tergugat. Ia menyadari persamaan kedudukan antara penggugat dan tergugat di hadapan hakim merupakan suatu langkah menuju keadilan.


Ali menggugat orang Nasrani itu dengan mengatakan bahwa baju besi itu miliknya yang hilang dan ia tidak pernah memberi atau menjual kepada siapa pun. Lalu, hakim Syuraih bertanya kepada tergugat, “Apa jawabanmu terhadap gugatan itu?” Orang Nasrani itu menjawab, “Baju besi ini milikku dan bagiku Amirul Mukminin bukan pembohong.” Hakim Syuraih bertanya kepada Ali, “Apakah anda punya bukti-bukti?” Ali tersenyum dan berkata, “Tepat pertanyaan, hakim aku tidak mempunyai bukti.


Karena Ali tidak memiliki bukti maka sidang pengadilan memutuskan baju besi tersebut milik orang Nasrani itu. Setelah persidangan, orang Nasrani itu kembali bertemu Ali. Ia berkata, “Aku bersaksi bahwa ini adalah pengadilan para nabi. Amirul Mukminin menuntut aku melalui hakimnya dan hakimnya mengalahkannya. Sejak saat itu saya bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Baju besi itu milikmu, ya Amirul Mukminin. Aku mengambil baju besi ini dari untamu yang kelabu ketika engkau dan pasukanku hendak berangkat ke Shifin.” Ali lalu berkata, “Karena kamu telah masuk Islam, maka baju besi ini untukmu.” (HR Tirmidzi dan al-Hakim). Subhanallah.


Ali bin Abi Thalib memangku jabatan khalifah selama 4 tahun 8 bulan. Selama hidupnya ia meriwayatkan sebanyak 586 hadis. Ia meninggal pada 17 Ramadhan 40 H, dalam usia 63 tahun, dan dimakamkan di Kufah.


Zubair bin Awwam


Nabi Muhammad SAW ialah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa. 


Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.


Sahabatnya itu antara lain adalah Zubair bin Awwam. Nama lengkapnya adalah Zubair bin Awwam bin Khuwailid Al-Qurasyi Al-Asadi. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Hawari Rasulullah (teman setia Nabi SAW). Ia lahir tahun 28 sebelum hijrah, berpostur tinggi, jenggotnya tipis, dan warna kulitnya coklat.


Zubair masuk Islam dalam usia lima belas tahun dan ia hijrah dalam usia delapan belas tahun setelah menderita penganiayaan dan siksaan yang bertubi-tubi karena mempertahankan keimanannya.


Tentang Zubair, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Setiap nabi mempunyai pendamping yang setia (hawari), dan pendamping setiaku adalah Zubair bin Awwam.” (HR Bukhari).


Ketika Amr bin Ash meminta bala bantuan kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab, untuk memperkuat pasukan memasuki negeri Mesir dan mengalahkan tentara Romawi yang pada waktu itu menduduki Mesir, Umar mengirim empat ribu prajurit yang dipimpin oleh empat komandan, dan salah satunya adalah Zubair.


Ketika menghadapi benteng Babilonia, kaum muslimin sukar membuka dan menguasainya. Kemudian Zubair memanjati dinding benteng dengan tangga. Lalu ia berseru “Allahu Akbar” dan disambut dengan kalimat tauhid oleh pasukan yang berada di luar benteng. Hal ini membuat pasukan musuh gentar, panik dan meninggalkan pos-pos pertahanan mereka sehingga Zubair dan kawan-kawan bergegas membuka pintu gerbang, maka tercapailah kemenangan yang gilang gemilang pada pasukan kaum muslimin.


Dalam perang Al-Jamal (perang onta), ia mengundurkan diri dari barisan pasukan Mu’awiyah setelah ia diingatkan oleh Ali bin Abi Thalib dengan sabda Nabi SAW, “Wahai Zubair, tidakkah kamu mencintai Ali?” Zubair menjawab, “Tidakkah aku mencintai putra pamanku sendiri (dari pihak ibu dan bapak) dan orang yang seagama denganku?” Beliau mengatakan, “Wahai Zubair, demi Allah, kelak kamu akan memeranginya (Ali) dan kamu berlaku aniaya terhadapnya.” Mendengar hadits Nabi ini, ia langsung mengundurkan diri dari pasukan Mu’awiyah dan tidak mau memerangi Ali. 


Setelah menarik diri dari perang tersebut, Amr bin Jurmuz membuntutinya, lalu membunuhnya pada saat Zubair sedang shalat. Kejadian ini terjadi pada tahun 36 H. Dan semasa hidupnya, ia meriwayatkan 38 hadis dari Nabi SAW.


Sa’ad bin Abi Waqash


Nabi Muhammad SAW ialah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa. 


Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.”


Sahabatnya itu antara lain adalah Sa’ad bin Abi Waqash. Nama lengkapnya Sa’ad bin Malik bin Uhaib bin Abd Manaf az-Zuhri. Ia biasa dipanggil Abu Ishaq dan digelari Faris al-Islam. Ia dilahirkan di Makkah tahun 23 sebelum hijrah. Ia bertubuh pendek, perut besar, leher panjang, jari-jari tangan keras, dan rambut keriting. 


Ia termasuk orang yang awal masuk Islam dan pada saat itu usianya 17 tahun. Ia berkata, “Pada hari aku masuk Islam tidak ada orang lain yang menyertaiku. Aku menanti seminggu lamanya dan sesungguhnya aku ini sepertiga Islam (artinya, orang ketiga yang masuk Islam).


Nabi SAW pernah berdoa untuk Sa’ad dan berkata, “Ya Allah, kabulkanlah doa Sa’ad bila ia berdoa kepada-Mu.” (HR Tirmidzi). Suatu hari, Sa’ad melihat seorang laki-laki yang mengejek Ali bin Abi Thalib, Thalhah, dan Zubair. Sa’ad melarangnya, tetapi tidak diindahkan. Lalu ia berdoa kepada Allah, tiba-tiba muncullah seekor onta yang langsung melabrak orang tersebut hingga tewas.


Ia pernah diangkat menjadi gubernur wilayah Irak. Namun, penduduk Kuffah mengadu ke Umar bahwa Sa’ad tidak cakap dalam mengimami shalat. Umar memanggilnya untuk pulang, setelah bertemu Umar, ia menceritakan bahwa ia mengimami shalat seperti cara Nabi mengimami shalat. Agar tidak menimbulkan fitnah di negeri yang baru dikuasai kaum muslimin, Sa’ad diberhentikan dari jabatannya, tapi kepercayaan Umar terhadap Sa’ad tetap kokoh. Sesudah itu, ia menolak ditugaskan kembali menjadi gubernur Irak.


Sa’ad kehilangan penglihatan di akhir hayatnya. Ia meninggal di istananya di daerah al-‘Aqiq yang berjarak sekitar 5 mil dari kota Madinah. Ia adalah sahabat yang terakhir meninggal dari kalangan muhajirin. Ibnu hajar meriwayatkan dari Amir bin Sa’ad yang berkata, “Sa’ad adalah orang terakhir dari kalangan muhajirin yang meninggal (dari kalangan pria). Menjelang meninggalnya ia minta diambilkan jubah dari wol (bulu domba) dan berpesan: “Kafanilah aku dengan kain wol ini karena waktu berperang melawan kaum musyrikin pada perang Badar aku memakainya, dan memang aku sengaja menyimpannya untuk keperluan tersebut.


Ia meninggal dunia pada tahun 55 H dalam usia 80 tahun, dan selama hidupnya Sa’ad meriwayatkan sebanyak 271 hadis dari Nabi SAW.


Abu Ubaidah bin Al-Jarrah


Nabi Muhammad SAW ialah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa. 


Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.


Sahabatnya itu antara lain adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Nama lengkapnya Amir bin Abdullah bin al-Jarrah bin Hilal al-Fahri al-Qurasyi. Ia biasa dipanggil Abu Ubaidah dan digelari Amin al-Ummah dan Amir al-Umara’. Ia dilahirkan 30 tahun sebelum kenabian. Ia berpostur tinggi, kurus, jenggot tipis, dan rendah hati. Ia masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar as-Shiddiq.


Ketika perang Badar, Abu Ubaidah ikut memperkokoh dan membela kaum Muslimin, sedangkan ayahnya berada dalam barisan kaum Quraisy yang musyrik dan kafir. Dalam perang tersebut, ayahnya selalu memburu Abu Ubaidah, tetapi ia selalu mengelak, menghindar dan menjauh. Ayahnya tidak menyadari kenapa sang anak sengaja menghindar. Ia bahkan semakin penasaran dan sangat bernafsu. Ayah Ubaidah terus mengubernya hingga tak ada pilihan lain untuk Abu Ubaidah selain menghadapinya. Dalam perang itu Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya yang terus mendesaknya. Walaupun hatinya terasa berat tapi demi menegakkan amanat Allah dan rasul-Nya, Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya.


Setelah peristiwa itu, Allah menurun firman-Nya, “Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS al-Mujadilah [58]: 22).


Pada perang Uhud, dahi Rasulullah SAW terkena panah. Abu Ubaidah ingin mencabut lempengan besi tajam yang menancap itu dengan tangannya, tapi ia khawatir hal itu membuat Nabi SAW kesakitan. Abu Ubaidah akhirnya mencabut menggunakan kedua gigi depannya hingga giginya tanggal. Sejak itu ia dikenal si ompong.


Tentang Abu Ubaidah, Nabi SAW pernah berkata, “Tiap-tiap umat ada orang pemegang amanat, dan pemegang amanat umat itu adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.


Ketika menjabat sebagai panglima perang, Abu Ubaidah berhasil membebaskan kota Damaskus, Himsh, Anatokia, Ladziqiyah, Halb, dan pada akhirnya seluruh wilayah Syam dapat dibebaskan.


Semasa hidupnya, Abu Ubaidah meriwayatkan 14 hadis dari Nabi SAW. Ia meninggal dunia pada tahun 18 H dan jasadnya dimakamkan di Ghorbaristan.


Abdurrahman bin Auf


Nabi Muhammad SAW ialah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa. 


Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.


Sahabatnya itu antara lain adalah Abdurrahman bin Auf. Nama lengkapnya Abdurrahman bin Auf bin Abd Harits. Biasa dipanggil Abu Muhammad. Pada masa jahiliyah ia bernama Abd al-Ka’bah, lalu Nabi SAW menamainya Abdurrahman. 


Ia lahir tahun 44 sebelum hijrah, kulitnya putih kemerah-merahan dan halus, kedua tangannya lebar, dan jari-jarinya keras. Ia masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar dan termasuk salah satu di antara delapan orang yang mula-mula masuk Islam.


Abdurrahman sangat mahir dalam berdagang. Di kota Madinah, Nabi SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa’ad ibnu ar-Rabil al-Ausari, orang yang kaya raya.


Sa’ad berkata kepada Abdurrahman, “Hartaku akan kubagi menjadi dua bagian, dan separonya untukmu. Pilihlah istriku yang kamu sukai nanti aku ceraikan, dan kamu nikahi.


Abdurrahman menjawab, “Semoga Allah memberkahi keluarga dan hartamu. Tunjukkan di mana tempat pasar perdagangan di Madinah. Sa’ad menjawab, Oh baiklah, ada, yakni pasar Bani Qainuqa.


Abdurrahman memulai usahanya dengan berdagang keju dan minyak samin. Tidak lama kemudian ia sudah dapat mengumpulkan sedikit uang dari usaha keuntungan dagangnya. 


Suatu hari Nabi SAW bertanya kepadanya, “Apakah kamu sudah menikah?” Abdurrahman menjawab, “Benar, ya Rasulullah.” Nabi SAW bertanya, “Dengan siapa?” “Dengan wanita Anshor.” jawabnya. Nabi SAW kembali bertanya, “Berapa mahar yang kamu berikan?” Abdurrahman menjawab, “Sebutir emas” (maksudnya emas seperti dan seberat sebutir kurma).


Kemudian Nabi SAW menyuruhnya mengadakan walimah meskipun dengan seekor kambing. Lalu Abdurrahman mengundang kaum Muhajirin dan Anshar dalam suatu walimah sebagai pengumuman tentang pernikahannya.  


Abdurrahman menguasai perekonomian dan keuangan. Lagi pula hidupnya selalu disertai dengan kemujuran, taufik dan keberkahan. Tetapi kegiatannya dalam perdagangan itu tidak menghambat pelaksanaan akidahnya yang telah diyakini dan diperjuangkannya, ia selalu siap menangung segala resiko dan akibatnya.


Suatu hari kota Madinah diguncang dengan kedatangan satu kafilah niaga yang terdiri dari 700 kendaraan niaga milik Andurrahman. Aisyah lalu memberitahu Abdurrahman tentang berita gembira dari Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, “Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan merayap/merangkak.” Mendengar berita gembira ini, Abdurrahman langsung mendermakan satu kafilah niaga tersebut seraya berkata, “Kalau aku bisa masuk surga dengan berdiri, niscaya akan kulakukan.


Dalam sehari, Abdurrahman memerdekakan 30 orang budak. Ia juga banyak mendermakan hartanya kepada fakir miskin, kepada istri-istri Nabi, dan untuk keperluan militer kaum muslimin. Ketika akan meninggal, ia mewasiatkan 400 dinar bagi setiap orang yang ikut dalam perang Badar. Di samping itu, ia juga mewasiatkan 1000 ekor kuda dan 50.000 dinar untuk perjuangan di jalan Allah SWT.


Abdurrahman meninggal dunia dalam usia 75 tahun, dimakankan di pemakaman Al-Baqi. Selama hidupnya, ia meriwayatkan 65 hadis dari Nabi SAW.


Thalhah bin Ubaidillah


Nabi Muhammad SAW ialah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa. 


Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.


Sahabatnya itu antara lain adalah Thalhah bin Ubaidillah. Nama lengkapnya Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad at-Taimi al-Qurasyi. Ia biasa dipanggil Abu Muhammad. Ia lahir tahun 28 sebelum hijrah. Ia berwajah tampan, rambut lebat, kulit putih kemerah-merahan, dada dan kedua bahu lebar, postur tubuh pendek, dan kedua kaki besar.


Thalhah adalah salah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Pada suatu hari istrinya, Su’dan binti Auf, melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang istri segera menanyakan penyebab kesedihannya, Thalhah menjawab, “Uang yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan?” Maka istrinya berkata, “Uang yang ada di tanganmu itu bagi-bagikanlah kepada fakir miskin.” Maka dibagikanlah seluruh uang yang ada di tangan Thalhah tanpa meninggalkan sepersenpun.


Tentang Thalhah, Nabi SAW pernah mengatakan, “Thalhah dan Zubair; keduanya adalah tetanggaku di surga.” (HR Tirmidzi). Beliau juga mengatakan, “Barang siapa yang ingin melihat seorang syahid berjalan di muka bumi, hendaklah ia melihat Thalhah ibn Ubaidillah.” (HR Tirmidzi).


Sewaktu terjadi perang al-Jamal, Thalhah bertemu dengan Ali bin Abi Thalib. Ali memperingatkannya agar mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah mengenai betisnya, maka ia dipindahkan ke Basra, dan tak berapa lama kemudian karena lukanya yang cukup dalam ia menemui syahidnya pada tahun 36 H. Ia meninggal dalam usia 60 tahun dan dimakamkan di suatu tempat dekat padang rumput di Basra. Dan selama hidupnya ia meriwayatkan sebanyak 38 hadis dari Nabi SAW.


Sa’id bin Zaid


Nabi Muhammad SAW ialah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa. 


Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.”


Sahabatnya itu antara lain adalah Sa’id bin Zaid. Nama lengkapnya Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail bin Abdul Uzza bin al-‘Adawa. Ia biasa dipanggil Abu A’war. Ia dilahirkan di Makkah tahun 22 sebelum hijrah. Ia sosok sahabat yang terkenal memiliki gagasan cemerlang, pemberani, tubuhnya tinggi dan rambutnya lebat.


Said termasuk gelombang pertama yang masuk Islam sebelum Rasulullah SAW memasuki Darul Arqam. Ia memeluk Islam sebelum Umar bin Khaththab. Istrinya adalah adiknya Umar, yaitu Fathimah binti Khaththab. Ia juga yang menjadi penyebab Umar tertarik masuk Islam. 


Seluruh hidup Sa’id dicurahkan untuk tugas-tugas perang. Dia termasuk kalangan orang-orang yang disebut sebagai “Prajurit tak dikenal”. Setiapkali dicalonkan untuk menjabat pemerintahan ia selalu menolak dan menyarankan agar menunjuk orang lain. Hal ini disebabkan karena ia ingin melanjutkan karir kemiliterannya dan ingin mati syahid di medan fisabilillah.


Dalam usianya yang sudah mencapai 70 tahun lebih Sa’id, yang selalu siap terjun ke medan perang lebih condong memilih pendekatan dirinya dengan masjid Nabi SAW. Di situ ia menunaikan shalat fardhu dengan khusyuk dan sambil mengenang masa lalu.


Sa’id meninggal di al-Aqiq, daerah dekat kota Madinah, tahun 51 H, dan jasadnya dimakamkan di kota Madinah. Selama hidupnya Sa’id meriwayatkan 48 hadis dari Nabi SAW.


“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf [12]: 111).


Kategori : Opini


Editor      : AGS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama