Pahlawan Pendidikan Bangsa

Oleh Imam Nur Suharno

Pendidik di Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat


Bangsa Indonesia akan kembali memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya tanggal 17 Agustus. Peringatan HUT ini mengingatkan bahwa untuk meraih kemerdekaan ada para pahlawan yang telah berjuang meraih kemerdekaan Indonesia. Jika dahulu para pahlawan kemerdekaan berjuang merebut kemerdekaan, kini para guru berjuang untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) dalam berbagai profesi. 


Imam Nur Suharno

Pahlawan pada masa penjajahan berjuang untuk meraih kemerdekaan bangsa Indonesia. Kini kita sebagai guru berjuang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Jika dahulu para pahlawan berjuang dengan menggunakan senjata bambu runcing, kini para guru berjuang menggunakan pulpen dan teknologi. Jika dahulu para pahlawan sebagai garda terdepan dalam melawan penjajah, kini para guru sebagai garda terdepan dalam melawan kebodohan. 


Semangat perjuangan para pahlawan dalam kemerdekaan bangsa tidak dapat dipisahkan dengan semangat perjuangan para guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru sebagai ujung tombak dan pahlawan pendidikan mesti mendapatkan perhatian yang lebih. Sebab tanpanya, tidak akan ada artinya pendidikan. Hal ini menunjukkan peran guru dalam pembangunan bangsa melalui pendidikan.


Wujud termulia di dunia adalah manusia. Bagian manusia termulia adalah hatinya. Dan, guru dalam hal ini bekerja (mengabdikan diri) untuk menyempurnakan, mengangkat derajat, membersihkan dan menggiringnya untuk mendekatkan diri kepada Allah (al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin).


Pendidikan memiliki peran penting dan strategis dalam pembangunan bangsa. Sejak awal para pendiri bangsa menggariskannya dalam salah satu tujuan bernegara dalam pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. 


Sebelum Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantoro sebagai bapak pendidikan menyatakan, melalui pendidikan manusia Indonesia bisa maju dan beradab, sejajar dan dikenal di antara bangsa-bangsa di dunia.


Faktor terpenting pendidikan itu adalah guru. Guru sebagai garda terdepan dan pahlawan pendidikan. Tidak sedikit di antara kita yang telah berhasil diantarkan oleh guru untuk menduduki posisi penting dalam berbagai posisi, seperti di dunia usaha, pemerintahan, militer, dan di posisi penting lainnya. 


Guru sebagai gerbang awal dalam pembentukan kepribadian siswa. Hal ini mengandung makna, guru memberikan pengaruh yang bermakna bagi terwujudnya manusia seutuhnya. Yaitu, manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia. Ditangan guru (atas izin Allah SWT) terletak masa depan bangsa.


Masing terngiang dalam benak kita tentang sejarah hancurnya bangsa Jepang. Pasca pemboman Hiroshima dan Nagasaki, Kaisar Jepang, Hirohito mengumpulkan para pejabatnya, termasuk pemimpin pasukan perang Jenderal Toyo untuk menanyakan tentang satu hal. ”Berapa jumlah guru yang masih hidup?” 


Mengapa Kaisar Hirohito tidak menanyakan jumlah sisa jenderal yang masih hidup, atau menanyakan hal lainnya, selain guru? Ia menyadari bahwa seorang guru akan dapat melahirkan ribuan jenderal, pengusaha, birokrasi, dan orang penting lainnya. Dengan jumlah guru yang masih tersisa saat itu, bangsa Jepang berbenah diri. 


Dengan memberikan perhatian terhadap guru, bangsa Jepang mampu bangkit dan menjadi negara maju seperti yang kita lihat saat ini. Karena itu, jika bangsa Indonesia ingin menjadi bangsa yang maju, mandiri dan disegani oleh bangsa-bangsa di dunia, maka belajarlah dari Jepang. 


Pahlawan adalah pintu masuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Guru adalah pintu masuk mencerdaskan kehidupan bangsa, lentera kehidupan. Terima kasih para pahlawan kemerdekaan dan terima kasih pula para guru yang memerdekaan bangsa dari kebodohan, karena jasamu kini kami dapat berkontribusi untuk bangsa meskipun tidak seberapa. Merdeka!


Perlindungan Guru


Beberapa waktu yang lalu, kasus guru honorer Supriyani yang dituduh memukul murid di SDN 4 Baito, Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara mestinya menjadi perhatian dari pihak terkait untuk membuat regulasi tentang perlidungan guru. Hal ini menjadi penting karena berkaitan kenyamanan guru dalam menjalankan profesinya. Sebab kecemasan guru dapat berdampak pada kecemasan siswa.


Kenyamanan dan keramahan di lingkungan sekolah dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi hati guru dalam menjalankan profesinya. Kondisi hati guru ini akan turut memengaruhi kondisi hati siswa. Beberapa waktu lalu sejumlah kasus hukum menimpa guru. Guru terjerat hukum pidana karena mendisiplinkan siswa. 


Kejadian tersebut membuat kondisi hati guru yang tidak nyaman ketika mendidik siswa. Jika suasana hati guru tidak nyaman maka akan melahirkan ketidaknyamaan hati siswa. Dalam melaksanakan tugas, guru menyadari sepenuhnya bahwa perlu kode etik sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku yang diejawantahkan dalam bentuk nilai moral dan etika. Kode etik ini melahirkan kenyaman hati guru dalam menjalankan tugasnya.


Kode etik diperlukan dengan beberapa alasan sebagaimana dikatakan oleh Mohamad Surya dalam Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, antara lain: untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku; mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana, sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan; melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus penyimpangan tindakan; dan melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku.


Kode etik guru ini meliputi, pertama, kode etik hubungan guru dengan peserta didik. Yaitu: guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.


Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat; guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.


Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan; guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.


Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan; guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.


Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya; guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya.


Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil; guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya; guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.


Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan; guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.


Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama; dan guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.


Kedua, kode etik hubungan guru dengan orangtua/wali siswa. Yaitu: guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa dalam melaksannakan proses pendidikan; guru mrmberikan informasi kepada orangtua/wali siswa secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.


Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya; guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpatisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan; guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya. 


Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan; dan guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. 


Ketiga, kode etik hubungan guru dengan masyarakat. Yaitu: guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan; guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.


Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat; guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya; guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.


Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat; guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat; dan guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam masyarakat.


Keempat, kode etik hubungan guru dengan sekolah. Yaitu: guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah; guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses pendidikan; guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif. 


Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah; guru menghormati rekan sejawat; guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat; guru menjunung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan standar dan kearifan professional; guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.


Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran; guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat; guru memliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.


Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya; guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyaan keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat; guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya.


Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya; guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum; dan guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.


Kelima, kode etik hubungan guru dengan profesi. Yaitu: guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi; guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang studi yang diajarkan; guru terus menerus meningkatkan kompetensinya. 


Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggungjawab atas konsekuensinya; guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya. 


Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya; guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya; dan guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran. 


Keenam, kode etik hubungan guru dengan organisasi profesinya. Yaitu: guru menjadi anggota arganisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan; guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.


Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat; guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya; guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.


Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensis organisasi profesinya; guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya; dan guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.


Ketujuh, kode etik hubungan guru dengan pemerintah. Yaitu: guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan Perundang-Undang lainnya; guru membantu Program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan berbudaya.


Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dan UUD1945; guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran; dan guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.


Dengan demikian, guru sebagai pahlawan pendidikan bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa sangat layak mendapatkan jaminan perlindungan dan kesejahteraan agar guru dapat fokus menjalankan profesinya secara profesional. Buktikan!


Kategori : Opini


Editor     : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama