Jaga Ketahanan Pangan dengan Pupuk Organik Turrima-Biotech Jadi Wujud Bela Negara

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Menjaga ketahanan pangan di Tanah Air kini sudah menjadi salah satu wujud bela negara. Dalam konteks zaman, semangat itu menemukan bentuk baru dengan menciptakan pupuk organik sehingga melestarikan bumi.



Lewat kampanye bertajuk “Feeding the World, Saving the Earth”, makna ini digaungkan PT Turrima Agro Biotech yang diluncurkan di Gerbang Bukit Pelangi, Sentul, Jawa Barat, akhir pekan lalu. Dengan menggandeng komunitas Masyarakat Tanpa Riba Miliarder Club (MMC), aksi ini mendapat dukungan simbolis dari jajaran TNI dan Polri.


Kehadiran Staf Khusus KSAD Brigjen Khairul Anwar Mandailing dan Brigjen Iwan Bambang Setiawan, serta beberapa perwira kepolisian dan TNI lainnya menjadi penanda penting adanya sinergi sipil–militer dalam menjaga bangsa. Bela negara kini tidak berhenti pada ranah pertahanan, tetapi juga merambah sektor pangan.


“Ekonomi kuat, negara kuat. Bela negara hari ini adalah menjaga tanah, pangan, dan masa depan,” tegas Brigjen Khairul di hadapan ratusan peserta.


Momen paling berkesan terjadi saat panitia membagikan ikat kepala bertuliskan “Bela Negara”. Tanpa aba-aba, seluruh peserta mengenakannya secara serentak. Atmosfer seketika berubah, sederhana tetapi kuat sebagai lambang kesatuan tekad.



“Patriotisme sejati hari ini ada di ladang dan sawah. Dengan pupuk organik, kita bukan hanya membantu petani, tetapi juga menjaga negeri ini dari ketergantungan,” tegas pendiri Turrima Agro Mas (Turrima-Agrotech) Mulyono.


Didirikan di Sragen, Jawa Tengah, pada 1998, Turrima berfokus pada riset bioteknologi pertanian. Produk pupuk organik Turrima telah diakui di tingkat internasional.


Di Afrika, pupuk ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi hingga 40 persen. Pada 2023, Menteri Pertanian dan Pengembangan Pedesaan Afrika Tengah Gabriel Mbairobe memberikan penghargaan khusus atas kontribusi tersebut.


Produk Turrima kini hadir di pasar Afrika, Kuwait, dan Malaysia, serta sedang memperluas jangkauan ke Singapura dan Thailand. Meski demikian, Mulyono menegaskan arah utama perusahaan tetap berpijak pada ketahanan pangan nasional.



“Global penting, tapi yang paling utama adalah memastikan rakyat Indonesia punya pangan sehat dan terjangkau,” katanya.


Ia berkeyakinan bahwa solusi pertanian yang sehat adalah kunci peradaban masa depan. Dengan riset bioteknologi, Turrima mengembangkan pupuk organik yang tidak hanya mengembalikan kesuburan tanah, tetapi juga terbukti meningkatkan produktivitas hasil panen padi hingga 40 persen. Hal ini juga sudah terbukti di beberapa negara seperti Afrika, Kuwait, dan Malaysia, serta dalam tahap ekspansi ke Singapura dan Thailand.


Mulyono menjelaskan, meski sudah go internasional arah utama Turrima tetap berpijak pada ketahanan pangan nasional. Global penting, tetapi yang paling utama adalah memastikan rakyat Indonesia memiliki pangan sehat dan terjangkau.


Tongkat estafet kini digenggam generasi kedua Turrima yakni Naufal Pahlevi dan Dzia Al Haq. Dengan pendekatan edukasi, kedua anak Mulyono tersebut terus berupaya mendekatkan pupuk organik ini kepada petani.



“Kami ingin teknologi ini bisa dipahami dengan sederhana, dipakai dengan mudah, dan dirasakan manfaatnya langsung oleh petani. Organik itu bukan gaya hidup mahal, tetapi jalan keluar bagi masa depan pertanian,” jelas Naufal.


Pesan itulah yang berusaha mereka sampaikan melalui tagline “Indonesia Indah, Indonesia Cerah, Turrima Berbagi Berkah”. Hal tersebut sekaligus menjadi pesan optimisme di tengah tantangan ekonomi global. Harapan itu dirangkum dalam gerakan kecil namun berdampak besar, mengembalikan kepercayaan diri bangsa lewat pangan.


Ke depan, pihaknya membawa visi yang lebih luas “Greening the Desert”. Sebuah kampanye untuk menghijaukan lahan-lahan tandus, khususnya di kawasan Afrika, dengan pendekatan bioteknologi ramah lingkungan. Turrima melihat peluang besar untuk menjadikan tanah gersang kembali subur, sehingga pangan bukan lagi persoalan geopolitik, melainkan hak universal umat manusia.


“Kalau tanah tandus bisa kembali hidup, dunia akan lebih seimbang. Indonesia bisa menjadi pionir dalam diplomasi pangan global. Dan kami ingin Turrima mengambil bagian dalam misi itu,” ungkap Dzia yang oleh orang tuanya diberi misi pemasaran internasional.  


Menurut Dzia, visi tersebut menempatkan Indonesia sebagai pemain aktif dalam solusi pangan dunia. Tidak hanya mengekspor produk, tetapi juga menawarkan model kemandirian pangan berkelanjutan yang bisa diterapkan di mana saja, dari desa di Jawa hingga padang pasir Afrika.


Ke depan, Turrima juga mengusung misi global “Greening the Desert” dengan memanfaatkan bioteknologi ramah lingkungan untuk menghijaukan lahan tandus, sekaligus menjadikan Indonesia bagian penting dalam diplomasi pangan dunia.


Kategori : News


Editor      : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama