Indonesia Luncurkan Peta Jalan Karbon Biru di COP30: Lindungi Pesisir, Sejahterakan Nelayan

BELEM, BRASIL, suarapembaharuan.com – Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kini punya senjata rahasia baru untuk melawan perubahan iklim: Karbon Biru.



Karbon Biru adalah istilah keren untuk kemampuan ekosistem laut dan pesisir kita—seperti hutan bakau (mangrove), padang lamun, dan rawa asin—dalam menyerap dan menyimpan polusi karbon. Kemampuan ini ternyata jauh lebih hebat dari hutan di darat!


Di Konferensi Iklim Dunia (COP30) di Brasil, Indonesia secara resmi meluncurkan Peta Jalan dan Panduan Aksi Karbon Biru.



*Apa Itu Peta Jalan Karbon Biru?*


Bayangkan Peta Jalan ini sebagai "Buku Panduan" yang akan memandu pemerintah, nelayan, dan semua pihak untuk menjaga dan memanfaatkan laut kita dengan cara yang benar.


Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, menjelaskan bahwa ini adalah langkah penting untuk menyatukan strategi darat dan laut.



“Peluncuran dokumen ini menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam menghubungkan aksi darat dan laut. Kami ingin memastikan kontribusi karbon biru dapat terintegrasi secara utuh dalam sistem nilai ekonomi karbon dan pasar karbon nasional,” ujar Menteri Hanif.


*Kenapa Karbon Biru Penting untuk Kita?*


1. Penyelamat Iklim: Mangrove dan padang lamun adalah penyerap karbon yang sangat efisien. Dengan menjaganya, kita membantu mengurangi pemanasan global.



2. Penjaga Pesisir: Ekosistem ini berfungsi sebagai benteng alami yang melindungi desa-desa pesisir dari ombak besar, badai, dan abrasi (pengikisan pantai).


3. Sumber Rezeki Baru: Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menegaskan bahwa menjaga ekosistem ini akan membuka peluang ekonomi baru yang berkelanjutan.



4. ⁠Keamanan Pangan: Laut yang sehat berarti hasil tangkapan ikan yang melimpah.


5. ⁠Ekonomi Lokal: Mangrove yang terjaga bisa menjadi sumber mata pencaharian baru, misalnya melalui ekowisata atau budidaya yang ramah lingkungan.


“Ekosistem karbon biru adalah aset iklim yang sangat berharga bagi Indonesia. Peta jalan ini adalah kerangka aksi yang menghubungkan sains, kebijakan, dan pendanaan,” kata Menteri Sakti.


*Kerja Sama Lintas Kementerian*


Peta Jalan ini adalah hasil kerja gotong royong dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), KLH/BPLH, dan Kementerian Kehutanan. Bahkan, ada dukungan teknis dari Global Green Growth Institute (GGGI) dan pendanaan dari Pemerintah Kanada.


Peluncuran di COP30 ini mengirimkan pesan kuat ke dunia: Indonesia tidak hanya punya hutan tropis terbesar, tetapi juga ekosistem karbon biru terbesar di dunia. Kita siap memimpin dunia dalam menjaga laut demi masa depan yang lebih hijau dan biru.


Kategori : News


Editor      : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama