ISACA Gandeng Grab dan OVO Dorong Tata Kelola AI Beretika di Era Digital

JAKARTA, suarapembaharuan.com— Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan meningkatnya risiko siber, ISACA Indonesia Chapter berkolaborasi dengan Grab Indonesia dan OVO untuk memperkuat tata kelola teknologi yang beretika dan bertanggung jawab. Melalui konferensi tahunan GRACS IPSS 2025 (Governance, Risk, Assurance, and Cybersecurity Summit & Indonesia Privacy and Security Summit), ketiganya menegaskan pentingnya kepercayaan digital sebagai pilar utama dalam membangun ekosistem AI yang aman di Indonesia.



Dengan mengusung tema “Trust by Design: Privacy, Security, and AI Governance for the Future”, konferensi yang berlangsung di Ayana Midplaza Jakarta dan juga disiarkan secara hybrid melalui Zoom Meeting ini menjadi ajang penting bagi para pemimpin industri, regulator, akademisi, dan profesional teknologi. Lebih dari 20 narasumber nasional dan internasional hadir membahas isu-isu strategis seputar keamanan data, regulasi privasi, dan penerapan tata kelola AI yang berstandar global.


Kolaborasi ini hadir di tengah meningkatnya kebutuhan akan kepercayaan digital di berbagai sektor. Grab Indonesia, sebagai salah satu mitra utama, menegaskan komitmennya dalam membangun ekosistem digital yang aman, transparan, dan beretika. Grab menerapkan prinsip “Trust by Design” dalam setiap inovasinya, mulai dari pengelolaan data pengguna hingga pengembangan fitur berbasis AI yang dirancang untuk meningkatkan keselamatan, efisiensi, dan kenyamanan masyarakat.



ISACA Indonesia Chapter melihat kepercayaan sebagai fondasi utama dari setiap inovasi digital. Melalui penguatan tata kelola, manajemen risiko, serta keamanan dan privasi data, ISACA bersama para mitra strategisnya berupaya memastikan bahwa teknologi tidak hanya canggih, tetapi juga dapat dipercaya dan bermanfaat bagi masyarakat luas.


Dalam salah satu sesi, Allan Rahadian, Strategic Business Unit Manager and Digital Trust SGS, menyoroti pentingnya penerapan tata kelola yang jelas dalam pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan.


"Penerapan AI yang bertanggung jawab menuntut adanya tata kelola yang jelas. Solusinya dimulai dengan mengadopsi framework tata kelola AI yang diakui dan membangun struktur tata kelola yang kokoh. Ini bukan hanya soal teknis atau operasional, tapi juga harus mencakup penetapan kebijakan, etika, dan akuntabilitas. Tata kelola ini harus mencakup manajemen risiko, jaminan kualitas dan tata kelola data, serta yang tidak kalah penting, pembangunan budaya, pelatihan, dan kesadaran di seluruh organisasi," ungkap Allan Rahadian dalam keterangan tertulisnya, Jumat (31/10/2025). 



Allan menekankan bahwa keberhasilan implementasi AI tidak hanya diukur dari kecanggihannya, tetapi dari sejauh mana teknologi tersebut dijalankan secara etis dan bertanggung jawab. Dalam konteks ini, tata kelola menjadi kunci agar penerapan AI tetap sejalan dengan nilai-nilai kepercayaan dan keamanan publik.


Konferensi GRACS IPSS 2025 juga menyoroti pentingnya integrasi prinsip “Trust by Design” di seluruh siklus hidup sistem digital, mulai dari tahap perancangan hingga operasional. Dengan meningkatnya ketergantungan terhadap AI di berbagai sektor seperti keuangan, transportasi, kesehatan, dan pemerintahan, tata kelola yang kuat menjadi elemen krusial untuk menjaga privasi dan integritas data masyarakat.


ISACA Indonesia Chapter menegaskan komitmennya untuk terus menjadi mitra strategis pemerintah dan sektor swasta dalam memperkuat tata kelola TI nasional. Organisasi ini percaya bahwa membangun ekosistem digital yang tangguh tidak hanya membutuhkan inovasi teknologi, tetapi juga kepercayaan sebagai nilai dasar dalam setiap proses digitalisasi.



Menutup acara, Erikman Pardamean, Chairman GRACS IPSS 2025, menyampaikan pesan yang menggugah tentang makna sesungguhnya dari kemajuan teknologi.


"Pada akhirnya, kita tidak hanya membangun sistem, tetapi juga membangun kepercayaan. Karena kepercayaanlah yang membuat setiap inovasi digital menjadi benar-benar manusiawi. Dan itu adalah tanggung jawab kita bersama," ujar Erikman.


Pernyataan tersebut menggambarkan semangat utama GRACS IPSS 2025 bahwa masa depan digital Indonesia harus dibangun dengan mengutamakan keamanan, transparansi, dan etika dalam setiap langkah inovasi. Melalui kolaborasi antara ISACA, Grab, dan OVO, konferensi ini menegaskan kembali pentingnya tata kelola AI yang berorientasi pada kepercayaan publik agar Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pelopor dalam penerapan AI yang beretika dan bertanggung jawab.


Kategori : News


Editor      : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama