Rumus Literasi yang Menginspirasi

Oleh Imam Nur Suharno

Penulis Lebih dari 65 Judul Buku dan Pembina Majalah Husnul Khotimah, Kuningan Jawa Barat


Imam Nur Suharno

Literasi merupakan kemampuan penting dalam kehidupan sehari-hari yang memungkinkan individu untuk memahami, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan informasi secara efektif. Dalam konteks pendidikan dan pengembangan diri, literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif. 


Pada artikel kali ini penulis akan membahas tentang rumus literasi dengan rumus N-4 (Ningali, Niteni, Niru, dan Nambahi) sebagai metode untuk meningkatkan kemampuan literasi dan memahami informasi dengan lebih baik. Dengan memahami dan mengaplikasikan rumus literasi ini, diharapkan kita dapat meningkatkan kemampuan literasi dan menjadi lebih efektif dalam mengkomunikasikan informasi.


Pertama, NINGALI. Ningali adalah membaca dengan kesadaran dan perhatian. Ningali merupakan konsep dalam falsafah Jawa yang menekankan pentingnya membaca dengan kesadaran dan perhatian yang tinggi. Dalam konteks literasi, ningali dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca tidak hanya dengan mata, tetapi juga dengan hati dan pikiran.


Ningali dapat diuraikan menjadi beberapa aspek penting dalam literasi, yaitu pertama, kesadaran, perhatian, pemahaman, dan fefleksi. Dengan menerapkan ningali, seseorang dapat meningkatkan kemampuan literasi dan memahami teks dengan lebih baik. Ningali juga dapat membantu untuk mengembangkan kemampuan analisis, kritis, dan kreatif dalam membaca.


Kedua, NITENI. Niteni adalah mengingat dengan penuh perhatian. Niteni menekankan pentingnya mengingat hasil bacaan dengan penuh perhatian dan kesadaran. Dalam konteks literasi, niteni dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat kembali hasil bacaan tidak hanya dengan mata, tetapi juga dengan hati dan pikiran.


Niteni dapat diuraikan menjadi beberapa aspek penting dalam literasi, yaitu pertama N - Nalar (logika), I - Imaji (imajinasi), T - Teks (teks itu sendiri), E - Emosi (emosi), N - Niat (niat dan tujuan), dan I - Introspeksi (introspeksi). Dengan menerapkan rumus literasi niteni, seseorang dapat meningkatkan kemampuan literasi dan memahami teks dengan lebih baik. Niteni juga dapat membantu untuk mengembangkan kemampuan analisis, kritis, dan kreatif dalam membaca.


Ketiga, NIRU. Niru adalah meniru dan mengikuti. Niru menekankan pentingnya meniru dan mengikuti contoh yang baik. Dalam konteks literasi, niru dapat diartikan sebagai kemampuan untuk meniru dan mengikuti gaya penulisan, struktur, dan teknik yang digunakan oleh penulis lain.


Niru dapat diuraikan menjadi beberapa aspek penting dalam literasi, yaitu pertama meniru gaya penulisan, mengikuti struktur, dan menggunakan teknik. Dengan menerapkan niru, seseorang dapat meningkatkan kemampuan menulis dan menghasilkan karya yang lebih baik. Niru juga dapat membantu untuk mengembangkan kemampuan analisis, kritis, dan kreatif dalam menulis.


Keempat, NAMBAHI. Nambahi adalah menambahkan dan mengembangkan sesuatu. Dalam konteks literasi, nambahi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menambahkan dan mengembangkan ide, gagasan, atau konsep yang sudah ada.


Nambahi dapat diuraikan menjadi beberapa aspek penting dalam literasi, yaitu mengembangkan ide, menambahkan informasi, dan meningkatkan kualitas. Dengan menerapkan nambahi seseorang dapat meningkatkan kemampuan menulis dan menghasilkan karya yang lebih baik. Nambahi juga dapat membantu untuk mengembangkan kemampuan analisis, kritis, dan kreatif dalam menulis.


Tradisi Literasi

Jika menengok ke belakang, sebenarnya aktivitas menulis sudah menjadi tradisi para ulama terdahulu. Kita mengenal Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Malik, Imam Ahmad, dan imam-imam lainnya, termasuk ulama terkemuka saat ini Yusuf Qaradhawi, bukan karena bertemu mereka, akan tetapi melalui karya-karya tulisnya.


Melalui ketajaman pena itulah mereka akan selalu terkenang sampai akhir zaman.Ibnu Taimiyah telah menulis 300 buku dari berbagai disiplin ilmu. Abu Amru bin al-Bashri menulis buku yang jumlahnya sampai memenuhi rumahnya hingga hampir mencapai atap. Dan, sang teladan Rasulullah SAW sendiri memiliki sekretaris pribadi dari kalangan sahabat sejumlah 65 orang (Lihat dalam buku 65 Sekretaris Nabi SAW karya Muhammad Mustafa Azami).


Al-Jahidz pernah mengutip ucapan seorang penyair, “Mereka meninggal dan tersisalah apa-apa yang mereka perbuat, seakan-akan peninggalan abadi mereka hanyalah apa yang mereka tulis dengan pena.”


Saking pentingnya berdakwah melalui tulisan, Rasulullah SAW menegaskan melalui sabdanya, “Barangsiapa meninggal dan warisannya berupa tinta dan pena (yang dituliskan dalam buku) akan masuk surga.”


Maha Benar Allah SWT yang telah berfirman; “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukanlah orang gila.” (QS al-Qalam [68]: 1-2).


Dengan menerapkan rumus literasi N-4, kita dapat meningkatkan kemampuan literasi dan memahami informasi dengan lebih baik. Semoga dengan bekal kemampuan literasi yang baik, kita mampu memproduksi tulisan-tulisan yang membawa kebaikan serta menjadi sarana dakwah dan tarbiyah, sehingga dapat memberikan pencerahan bagi umat. Amin.


Kategori : Opini


Editor     : ARS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama