BELEM, BRASIL, suarapembaharuan.com – Indonesia baru saja membuat langkah penting di Konferensi Iklim Dunia (COP30) di Brasil. Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, menyerahkan dua dokumen penting kepada PBB: NAP dan SNDC.
Kedua nama ini mungkin terdengar asing, tapi isinya adalah kabar baik untuk kita semua. Dokumen ini adalah rencana besar Indonesia untuk melawan perubahan iklim dan melindungi rakyat dari dampaknya.
1. NAP: Rencana 'Tahan Banting' dari Bencana
_NAP adalah singkatan dari National Adaptation Plan (Rencana Adaptasi Nasional).__
*Apa itu NAP?*
Bayangkan NAP sebagai "Buku Panduan Siaga Bencana Iklim" Indonesia. Isinya adalah strategi jangka panjang untuk membuat kita semua lebih "tahan banting" terhadap cuaca ekstrem.
*Apa Manfaatnya untuk Kita?*
NAP memastikan pemerintah fokus pada hal-hal penting yang terancam oleh perubahan iklim, seperti:
Air Bersih: Bagaimana agar kita tidak kekurangan air saat musim kemarau panjang.
Pangan: Bagaimana agar sawah dan kebun kita tetap panen meskipun cuaca tidak menentu.
Kesehatan: Bagaimana mencegah penyakit yang muncul akibat perubahan iklim.
Infrastruktur: Bagaimana membangun jalan, jembatan, dan rumah yang kuat menghadapi banjir atau badai.
Menteri Hanif menegaskan bahwa NAP ini dibuat dengan melibatkan banyak pihak, termasuk kelompok yang paling rentan seperti penyandang disabilitas. Ini adalah bukti bahwa rencana ini benar-benar untuk semua orang.
2. SNDC: Janji Indonesia Kurangi Polusi
_SNDC adalah singkatan dari Second Nationally Determined Contribution (Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional versi Kedua)_ .
Apa itu SNDC? SNDC adalah "Janji Resmi" Indonesia kepada dunia untuk mengurangi polusi gas rumah kaca (penyebab utama pemanasan global).
*Apa Manfaatnya untuk Kita?*
Dokumen ini berisi target yang jelas:
Udara Lebih Bersih: Indonesia berjanji akan mengurangi polusi sebesar 12% di bawah level tahun 2019 pada tahun 2035.
Transisi Energi: SNDC menjadi peta jalan untuk mengubah cara kita mendapatkan energi, dari yang kotor (misalnya batu bara) menjadi yang bersih (misalnya matahari dan angin).
PBB (diwakili oleh Simon E. Stiell) memuji langkah Indonesia ini. Mereka melihat SNDC sebagai contoh nyata bagaimana sebuah negara bisa punya rencana ambisius untuk lingkungan, bahkan di tengah transisi pemerintahan.
*Kesimpulan: Dari Janji ke Aksi Nyata*
Penyerahan kedua dokumen ini di COP30 menegaskan bahwa Indonesia tidak lagi hanya berjanji. Kita sudah punya rencana detail (NAP) dan target yang jelas (SNDC) untuk melindungi rakyat dan bumi.
Langkah ini membuka peluang kerja sama dan pendanaan internasional, yang artinya akan ada lebih banyak sumber daya untuk mewujudkan rencana "tahan banting" dan "udara bersih" ini di seluruh Indonesia.
Kategori : News
Editor : AHS

Posting Komentar