Kisah Pemudik Kena Karantina Gara- gara Laporan Istri

BANYUMAS, suarapembaharuan.com – Bagi Wagiman dan Rasikun, bisa tiba di kampung halaman dalam rangka Idulfitri untuk kumpul bersama keluarga tercinta di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), ternyata membawa masalah baru.


Istimewa

Niat kedua pria yang pulang kampung secara diam - diam dari perantauan di Jakarta, dan harapannya untuk bisa tiba di rumahnya, akhirnya kandas di tengah jalan. Kedua orang ini dibawa oleh Ketua RT maupun RW, untuk masuk gedung karantina.


Wagiman dan Rasikun menceritakan itu ketika disambangi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di gedung karantina GOR Satria di Kabupaten Banyumas. Ganjar sengaja menemui warga perantau yang memaksa pulang meski pemerintah mengeluarkan larangan mudik.


Saat bertemu dua pemudik itu, awalnya Ganjar ngobrol tentang kesannya dikarantina. Namun saat ditanya alasan kenapa dikarantina, salah satu pemudik bernama Wagiman mengatakan, ia terpaksa karantina karena dilaporkan oleh istrinya.


Istimewa

“Saya dilaporkan istri pak. Gara-gara istri lapor ketua RT, saya langsung dikarantina,” ucap Wagiman.


Sontak saja jawaban Wagiman ini membuat Ganjar, Bupati Banyumas Achmad Husein dan beberapa pejabat lain tertawa. Ternyata hal itu bukan candaan belaka. Wagiman mengatakan bahwa ia benar-benar dilaporkan istrinya hingga ia harus dikarantina.


“Benar, saya dilaporkan istri. Istri saya yang lapor ke pak RT bahwa saya datang dari Jakarta. Langsung sampai sini dikarantina, belum ketemu anak istri dikarantina di sini,” ucapnya.


Meski awalnya jengkel, namun setelah mengetahui bahwa semua pemudik yang datang ke Banyumas pada tanggal 6-17 Mei dikarantina selama lima hari. Ia pun menyadari kesalahannya karena nekat mudik dan mau dikarantina di tempat itu.


Istimewa

“Ya saya menerima, tidak apa-apa lima hari dikarantina di sini. Saya pesan pada saudara-saudara lainnya nggak usah mudik. Kalau ingin keluarga sehat semua, jangan mudik. Mudik juga sengsara, karena akan dikarantina seperti saya,” ucapnya.


Pemudik lain, Rasikun juga mengatakan hal yang sama. Ia rela dikarantina karena memang itu sudah menjadi peraturan bersama.


“Saya pulang kemarin, tanggal 6. Langsung ada perangkat desa yang mendatangi rumah dan meminta saya dikarantina. Saya ikut saja, karena sudah peraturan mau gimana lagi,” ucapnya.


Ia juga berpesan pada pemudik lain untuk menunda kepulangan ke kampung halaman. Selain bisa menularkan penyakit ke keluarga, mereka juga harus sengsara karena dikarantina.


Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, kisah Wagiman justru menjadi kisah yang inspiratif. Sebab, ia dikarantina karena laporan dari istrinya.


“Jadi dia dilaporkan istrinya ke RT. Istrinya bilang, bahwa suaminya akan mudik dari Jakarta tanggal sekian. Maka saat pulang langsung ketahuan. Partisipasi masyarakat Banyumas hebat sekali dan fair. Kalau masyarakat mendukung seperti ini, ini akan jadi contoh buat semuanya,” kata Ganjar.


Gubernur juga mendukung upaya yang dilakukan Pemkab Banyumas yang mengarantina semua pemudik yang pulang pada 6-17 Mei. Lima hari lamanya, mereka dikarantina untuk efek jera.


“Daerah lain tidak semua melakukan seperti ini, tapi beberapa melakukan. Mudah-mudahan semua bisa melakukan, sehingga orang akan mudik jadi mikir, nanti pulang dikarantina ndak jadi lebaran. Maka orang akan memilih tidak pulang dan semuanya jadi aman,” pungkasnya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama