BMKG Ingatkan Warga Sumut untuk Waspadai Banjir dan Longsor

DELISERDANG, suarapembaharuan.com -Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melakukan Konferensi Pers mengenai Prakiraan Awal Musim Hujan tahun 2021/2022 pada Kamis, 26 Agustus 2021 kemarin. Penentuan awal musim dilakukan melalui diskusi secara nasional dan melibatkan para ahli dari berbagai stakeholder terkait.


Ilustrasi


Kepala Stasiun Klimatologi Deli Serdang, Syahrial mengungkapkan, di Sumatera Utara terdapat dua pola hujan, yaitu pola hujan monsunal (1 puncak musim hujan) dan pola hujan ekuatorial (2 puncak musim hujan). Untuk menentukan awal musim, wilayah Sumatera Utara dibagi menjadi beberapa Zona Musim. 


"Zona Musim (ZoM) adalah wilayah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim Hujan dan periode musim hujan. Wilayah zona musim tidak mengikuti luasan ataupun batas administrasi kabupaten/kota," ujar Syahrial, Jumat (27/8/2021).


Syahrial mengatakan, awal musim hujan tahun 2021 di Sumatera Utara sebanyak 18% wilayah telah memasuki Musim Hujan sejak bulan Juli, 73% memasuki Musim Hujan pada bulan Agustus, dan 9% memasuki Musim Hujan pada bulan September 2021. 


Sifat musim hujan tahun 2021 sebanyak 64% diprakirakan Normal, 27% wilayah diprakirakan Atas Normal, dan 9% wilayah diprakirakan memiliki SIfat Musim Bawah Normal.


"Sebagian besar wilayah di Pantai Timur hingga Lereng Timur Sumut termasuk kota Medan telah memasuki Musim Hujan sejak bulan Juli 2021, sedangkan wilayah lainnya di pegunungan hingga Lereng Barat dan Pantai Barat Sumut diprakirakan memasuki Musim Hujan sejak akhir Agustus 2021 hingga pertengahan September 2021," katanya.


Disebutkan, puncak musim hujan diprakirakan sebanyak 73% terjadi pada bulan November, 9% wilayah terjadi pada bulan September, 9% wilayah terjadi pada bulan Oktober, dan 9% wilayah terjadi pada bulan Desember 2021.


Berdasarkan pantauan dinamika atmosfer, hingga saat ini El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) sama-sama dalam keadaan Netral. Keduanya adalah faktor iklim penting yang mempengaruhi terhadap variabilitas curah hujan di Indonesia, terutama pada skala waktu inter-annual.


Namun, berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan institusi-institusi internasional lainnya, terdapat indikasi/peluang bahwa ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina pada akhir tahun 2021. Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022. 


Masyarakat dihimbau untuk lebih mewaspadai kejadian cuaca ekstrem seperti hujan es, hujan lebat disertai kilat dan petir, yang dapat mengakibatkan terjadinya genangan, banjir, ataupun longsor.  Tidak hanya bencana, perubahan cuaca yang tidak menentu bisa membuat imunitas seseorang melemah sehingga menjadi rentan terkena penyakit. Terlebih situasi Indonesia saat ini belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi dan menjaga kesehatan selalu. 


Lebih lanjut lagi, periode musim hujan ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah luas tanam, melakukan panen air hujan, dan melakukan upaya menyimpan air yang lebih lama ke waduk, danau, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya sehingga berguna untuk periode musim kemarau tahun depan. 


Untuk menyebarluaskan informasi Prakiraan Awal Musim Hujan ini, dalam waktu dekat  akan dilakukan Press Release melalui Video Conference dengan mengundang beberapa stakeholder terkait di wilayah Sumatera Utara. 




Post a Comment

Lebih baru Lebih lama