Tanpa Literasi Kritis dan Cerdas, Peradaban Manusia Tak Beridentitas


Oleh : Hasan Hasir


Pada beberapa minggu terakhir ini jagad medsos riuh oleh berita-berita yang menelan korban jiwa, ada polisi tembak polisi, pesawat latih meluncur bebas membentur bumi, truk pertamina seruduk pengguna jalan raya lainnya. Di antara berita-berita viral itu, ada satu fenomena yang sedang ramai jadi buah bibir, yaitu Citayam Fashion Week.


Hasan Hasir

Nama Citayam, saat ini tak hanya akrab di warga ibu kota. Tapi sekarang netizen di berbagai daerah sudah tak asing lagi dengan nama itu, kendati belum tahu tepatnya berada di mana letak Citayam?


Citayam Fashion Week istilah baru aksi peragaan busana yang dilakukan di ruang terbuka di jalan kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), tepatnya di Stasiun MRT BNI Dukuh Atas dan Terowongan Kendal. Citatayam Fashion Week yang didominasi kalangan muda ini mirip konsep Harajuku fashion street di negeri Sakura, Jepang.


Tersohornya even busana Citayam ini tak hanya mengundang daya tarik kalangan remaja. Aksi busana Citayam juga menggoda perhatian sejumlah tokoh nasional dan selebritis. Bahkan kedatangan mereka di sana  tak canggung ikut berbaur melakukan aksi. (Nama-nama tokoh sengaja tak saya sebutkan. Khawatir dituding mengampanyekan).


Sedikit kisah dari Citayam. Informasinya nama Citayam diambil dari dua bahasa Sunda. Citayam terdiri atas dua kata, yakni Cit (dari kata peucit) dan ayam, menjadi pameuncitan ayam, yang dalam bahasa Indonesia bermakna pemotongan ayam. 


Informasi lain menyebutkan, nama Citayam sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, yang merupakan kawasan perkebunan milik orang Belanda. Dikenal dengan Land Tjitajam. Citayam termasuk dalam daerah Residen Batavia (Jakarta), Afdeeling (Kabupaten) Buitenzorg (Bogor), District (Kewedanaan) Paroeng.


Menurut sumber yang saya baca. Di era kolonialisme dulu, Citayam adalah lokasi yang sudah maju. Pada masa itu di daerah itu sudah ada stasiun kereta sejak 1873 yang didirikan oleh perusahaan kereta api Belanda, Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Stasiun ini menghubungan antara jalur kereta api Jakarta-Bogor. 


Sekarang Citayam kembali datang memalingkan banyak pasang mata dan mengundangnya datang ke sana. Banyak pihak mulai menghubung-hubungkan potensi Citayam Fashion Week dengan bidang lain,  industri wisata, ekonomi kreatif dan UMKM.


Citayam Fashion Week bukan satu-satunya kegiatan produktif yang berhasil diraih anak muda Indonesia. Selain fashion street itu, ada segudang kegiatan produktif digagas anak-anak muda Indonesia.


Salah satu kreatifitas yang tak kalah potensial menjadi wisata edukasi adalah kegiatan literasi yang digalakkan teman-teman pelajar dari salah satu desa yang ada di wilayah Kwanyar.


Meski para pelajar ini tinggalnya di desa yang tergolong pelosok, tapi mereka tak surut dari mengembangkan kegiatan literasi. Bahkan beberapa dari mereka sudah menerbitkan sejumlah buku, berupa novel. Mereka membentuk komunitas kepenulisan.


Bertujuan mengembangkan kiprahnya di dunia kepenulisan. Mereka melakukan berbagai usaha untuk mempromosikan kegiatan literasinya, diantaranya  dengan mengadakan pameran buku yang dihelat di pusat kecamatan. Menggelar bedah buku, dan mereka juga rajin mengadakan seminar-seminar literasi.


Usaha mereka memang belum bernasib manis seperti anak-anak muda di Citayam. Bagaimana pun kesuksesan Citayam Fashion Week bukanlah usaha tunggal yang dilakukan anak-anak muda di sana. Ada banyak pihak yang ikut berperan, mulai dari netizen yang secara berantai memviralkan, ada pula tokoh pejabat yang ikut mempromosikan dan lain-lainnya.


Kesuksesan yang sama seharusnya juga sangat mungkin bisa dicapai di kegiatan apa pun di daerah mana pun. Termasuk kegiatan literasi Kwanyar. Tentunya bila ada kepedulian yang kompak dari berbagai pihak untuk ikut andil mempromosikan dan mengembangkan. 


Literasi dan berbusana sama-sama dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Keduanya menjadi penanda berkembangnya kehidupan sosial. Tapi suatu peradaban belum cukup dikatakan beridentitas hanya dengan memiliki inovasi-inovasi dan cara berbusana. Tapi lebih dari itu masyrakatnya mesti memiliki wawasan literasi yang kritis dan cerdas.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama