Latihan Garuda Shield 2022 Sukses, Aktivis 98 Sebut Investasi Masa Depan Indonesia

JAKARTA, suarapembaharuan.com -  Latihan gabungan akbar tentara dari 13 negara dalam tajuk Super Garuda Shield 2022 resmi ditutup, Minggu (14/8 2022). Sebanyak 4.337 personel militer yang sebagian besar tentara Amerika dan Indonesia. 


Ketua Majelis Nasional Perhimpunan Pergerakan 98 Sahat Simatupang. Ist

Selain itu tentara Australia, Jepang, Singapura mengikuti latihan bersama selama dua pekan tersebut. Latihan militer ini merupakan yang terbesar sejak diselenggarakannya Garuda Shield yang pertama kali pada 2009 lalu.


Latihan Garuda Shield 2022 ditanggapi positif Aktivis 98. Mereka mengatakan latihan itu sebagai investasi Indonesia dimasa depan. Hal itu dikatakan Ketua Majelis Nasional Perhimpunan Pergerakan 98 Sahat Simatupang. Ia menyebut, nilai Latihan Garuda Shield 2022 setera pertemuan KTT G 20 di Bali November mendatang.


"Panglima Andika Perkasa telah meletakkan pondasi yang kokoh bagi hubungan militer Indonesia dengan negara - negara yang memiliki militer kuat. Kita harus memaknai bahwa diluar hubungan militer akan diikuti hubungan people to people dalam relasi yang lebih luas." kata Sahat Simatupang, Senin (15/7/2022).


Meski sempat mengalami pasang surut hubungan militer Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) sejak masa Presiden Soekarno hingga Presiden SBY, namun, ujar Sahat,  perlahan hubungan militer Indonesia dan AS semakin membaik. 


Kerjasama militer Indonesia dan AS, tutur Sahat pernah terhenti ketika Indonesia menjalin hubungan yang mesra dengan Uni Soviet saat Indonesia membutuhkan peralatan dalam kampanye militer Trikora sebagai upaya pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda tahun 1961.


"Hubungan Indonesia dan AS kembali membaik ketika Presiden Soekarno turun dan digantikan oleh Presiden Soeharto yang condong ke negara-negara barat dibandingkan Soekarno yang ke Uni Soviet. Membaiknya hubungan diplomasi Indonesia dengan AS juga berdampak baik bagi kerjasama pertahanan di antara kedua negara." urai Sahat.


Melalui program kerjasama Militery Assintence Program (MAP) serta International Militery Education Training (IMET), Indonesia, ujar Sahat, mengirimkan tentara untuk mengikuti pendidikan militer di Amerika seperti National Defense University, War College, sekolah staf militer dan seminar-seminar kemiliteran yang diadakan oleh tentara Amerika Serikat. Sejak saat itu juga Amerika menjadi pemasok utama persenjataan tentara Indonesia. 


"Hubungan militer Indonesia dan AS kembali terhenti kerusuhan Santa Cruz di Timor Timor pada November 1991. Pada tahun 1995, Amerika menjatuhkan  embargo militer kepada Indonesia atas tuduhan pelanggaran HAM ketika peristiwa Santa Cruz tersebut. Dan embargo tersebut berdampak besar bagi militer Indonesia." kata Sahat.


Dengan berlakunya embargo militer Amerika terhadap Indonesia, AS, ujar Sahat, pernah menghentikan penjualan alutsista buatan mereka kepada Indonesia."Termasuk pemenuhan suku cadang bagi peralatan militer. Embargo militer Amerika Serikat terhadap Indonesia berakhir pada tahun 2005 setelah naiknya Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden menggantikan Megawati Soekarnoputri." katanya.


"Kami memberi tanggapan positif kepada Panglima TNI Andika Perkasa yang berhasil membawa TNI menjadi militer yang diperhitungkan negara dengan kekuatan militer besar seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Singapura. Andika bisa melakukan itu mungkin karena profil Andika Perkasa yang totality military dan bersih dari isu pelanggaran HAM. Bagi tentara Amerika, seorang pimpinan tertinggi militer yang diajak untuk kerjasama, haruslah militer yang bersih dari perbuatan tercela pelanggaran HAM." kata alumni IVLP Amerika Serikat ini.


Merujuk Jonah Blank dalam buku berjudul Regional Repsonses to US-China Competition in The Indo-Pacific, ujar jurnalis Tempo ini, mengutip analisis seorang perwira militer AS yang membandingkan kontrasnya prioritas petinggi angkatan bersenjata AS dan Indonesia.


"Latihan, kesiapan, dan peningkatan kemampuan jadi prioritas militer Amerika Serikat. Sementara, kecenderungan yang terjadi di Indonesia perwira militer justru lebih mengutamakan office calls, kunjungan kehormatan, parade, dan seremoni. Beberapa di antaranya seperti eksis media sosial menjenguk artis yang sedang sakit dll. Itu akan berpengaruh pada impresi kewibawaan TNI. Tentara di AS tidak pernah melakukan hal seperti itu, dan representatif profil totality military seperti itu ada pada diri Andika Perkasa." ujar Sahat.


Kedepan, sambung Sahat, disisa masa tugas Andika sebagai Panglima TNI, ia berharap Andika bisa meletakkan pondasi teknologi militer bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Disrupsi pertahanan dan keamanan negara, ujar Sahat, tak mungkin terelakkan di era teknologi digital 4.0.


"Itu sebabnya latihan gabungan seperti Garuda Shield itu menjadi penting. Itu adalah investasi masa depan Indonesia." ujar Sahat. Namun diluar itu, ia menyarankan agar Andika Perkasa meletakkan pondasi teknologi militer bagi kesejahteraan rakyat. 


Ia lantas membandingkan hasil rancang teknologi militer AS yang tidak boleh dijual ke negara manapun sebelum dikirim dan dipelajari Israel. Itu sebab, kata Sahat, teknologi militer Israel pasti selalu diatas teknologi militer AS dan negara - negara lain yang membeli persenjataan dari AS. Karena apa ? Karena posisi tawar Israel kuat. Militer Israel, kata Sahat, tidak hanya menguasai teknologi persenjataan melainkan non senjata seperti pertanian, kesehatan dan lain - lain.


Untuk itu, sambung Sahat, TNI harus punya posisi tawar yang kuat kepada negara - negara besar tersebut dengan memperkuat keuggulan komparatif seperti pertanian dan kesehatan dengan transformasi teknologi militer.


Kategori : News

Editor     : AHS


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama